Makanan Minuman dan Tembakau Pengaruhi Inflasi di Sumbar Januari 2025

- Inflasi Sumatra Barat Januari 2025: 0,03% MoM, 1,24% YoY
- Faktor pendorong inflasi: makanan, minuman, tembakau (4.6%), pakaian (0.73%), kesehatan (2.71%)
- Deflasi terjadi pada perumahan, listrik, bahan bakar rumah tangga (6.65%) dan informasi, komunikasi, jasa keuangan (0.19%)
Padang, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi yang terjadi di Sumatra Barat (Sumbar) pada Januari 2025 berada pada angka 0,03 persen secara month to mont (MoM). Sementara secara year on year (YoY) tercatat sebesar 1,24 persen.
"Perbandingannya dengan tahun lalu, kita memulainya dengan deflasi sebesar 0,32 persen. Sementara tahun ini inflasi sebesar 0,03 persen," kata Kepala BPS Sumbar, Sugeng Arianto dalam keterangan resminya, Selasa (4/2/2025).
Ia mengatakan, ada beberapa faktor pendorong terjadinya inflasi di Sumatra Barat pada awal tahun 2025 ini seperti pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.
1. Inflasi di Sumbar terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau

Sugeng mengungkapkan, untuk inflasi yang terjadi tersebut tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 4,6 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,73 persen. Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,22 persen," katanya.
Selain itu, kelompok kesehatan sebesar 2,71 persen. Kelompok transportasi sebesar 1,3 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,78 persen. Kelompok pendidikan sebesar 2,98 persen. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,39 persen. Terakhir kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,71 persen.
"Subkelompok yang mengalami inflasi YoY tertinggi adalah subkelompok rokok dan tembakau sebesar 6,52 persen dan diikuti oleh subkelompok makanan sebesar 4,33 persen dan subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 2,67 persen," katanya.
2. Masih ada deflasi

Meskipun telah terjadi inflasi pada awal 2025 ini, Sugeng mengungkapkan masih ada terjadinya deflasi pada beberapa kelompok.
"Kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 6,65 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,19 persen," katanya.
"Subkelompok yang mengalami deflasi YoY yaitu subkelompok listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 30,95 persen. Selanjutnya subkelompok yang mengalami inflasi YoY adalah subkelompok penyediaan air dan layanan perumahan lainnya sebesar 6,21 persen," katanya.
3. Inflasi tertinggi di Pasaman Barat

Sugeng mengatakan, inflasi terbesar di Sumatra Barat pada Januari 2025 terjadi di Kabupaten Pasaman Barat pada angka 2.38 persen dengan IHK sebesar 108,4.
"Terendah terjadi di Kota Padang sebesar 0,81 persen dengan IHK sebesar 106,39," katanya.