Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Gencarkan Isu EBT, Sumatra Menolak Punah Ajak Pemerintah Kurangi PLTU

Koalisi Sumatra Menolak Punah memperingati hari bumi dengan kampanye tolak eksploitasi batu bara yang kian masif (Dok: Koalisi Sumatra Menolak Punah)
Intinya sih...
  • Koalisi Sumatra Menolak Punah kampanye melawan PLTU batu bara di Sumatra
  • Rezim Prabowo dituduh mendukung proyek batu bara, gas, dan nikel tanpa memperhatikan transisi energi
  • Masyarakat di sekitar PLTU mengalami dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan akibat polusi udara dan sungai yang tercemar

Palembang, IDN TImes - Di tengah krisis iklim, Koalisi Sumatra Menolak Punah menggelar kampanye menyoroti dampak destruktif Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara yang kian masif terjadi di Sumatra.

Bertepat dengan Hari Bumi pada 22 April, koalisi tersebut mengangkat tema "Sumatra Menolak Punah" sebagai penegasan bahwa Pulau Sumatra hingga hari ini masih bergantung dengan energi kotor.

"Ini bukan sekadar perayaan simbolik. Ini seruan perlawanan. Sumatra hari ini berada dipersimpangan. Terus bergantung pada energi kotor, atau berani beralih demi masa depan yang lestari," ungkap Ali Akbar Konsolidator Sumatera Terang untuk Energi Bersih (STuEB), Rabu (22/4/2025).

1. Rezim Prabowo dinilai tak serius atasi kerisis lingkungan

Koalisi Sumatra Menolak Punah memperingati hari bumi dengan kampanye tolak eksploitasi batu bara yang kian masif (Dok: Koalisi Sumatra Menolak Punah)

Pada peringatan Hari Bumi, koalisi ini melihat langkah dan kebijkan Rezim Prabowo semakin beringas dan terkesan membabi buta dalam mendukung hilirisasi proyek batu bara, gas, dan nikel. Isu transisi energi dinilai semakin terpinggirkan dengan langkah yang dibuat pemerintah sehingga tidak ada keinginan nyata dalam menjalankan transisi energi.

"Pembiayaan eksploitasi pada sumber daya alam seperti hilirisasi batu bara merupakan kebijakan yang kontra produktif dengan agenda transisi energi yang sedang dilakukan negara Indonesia," jelas dia.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan dalam dua tahun terakhir di sembilan PLTU dari ujung utara hingga selatan terdapat 47 pelanggaran lingkungan hidup yang dilakukan kesembilan PLTU. Dari total temuan yang ada 12 diantaranya telah dilaporkan ke penegak hukum di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI.

"Belum ada pergerakan yang signifikan dari negara untuk menjalankan agenda transisi energi. Yang muncul adalah strategi akal-akalan seperti co-firing, gasifikasi batu bara dan biomas, yang semuanya bertujuan untuk melanggengkan batu bara sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik di Sumatra," jelas dia.

2. Ribuan orang merasakan dampak buruk PLTU

Koalisi Sumatra Menolak Punah memperingati hari bumi dengan kampanye tolak eksploitasi batu bara yang kian masif (Dok: Koalisi Sumatra Menolak Punah)

Hal senada disampaikan Koordinator aksi "Sumatera Menolak Punah" Arlan, yang mengatakan sampai saat ini ada 4.920 jiwa masyarakat di kawasan PLTU di pulau Sumatra yang harus menanggung dampak polusi udara. Tak sampai di situ, penggunaan sungai sebagai akses pengangkut batu bara turut menyebabkan dampak negatif terhadap perekonomian dan lingkungan.

"Dampak negatif keberadaan angkutan batu bara dan stockpile batu bara menyebakan terjadinya pendangkalan dan tercemarnya Sungai Musi. Di sisi lain aktivitas angkutan batu bara dan tambang batu bara di Sumsel sangat meresahkan masyarakat mulai dari rusaknya lingkungan, hilangnya mata pencaharian masyarakat dan menurunnya kualitas kesehatan," ungkap Arlan.

Dirinya meminta keseriusan pemerintah daerah dan pusat dalam menyikapi kondisi eksploitasi batu bara yang kian masif. Pihaknya mencatat banyak perusahaan pengangkut batu bara di sepanjang sungai Musi yang melanggar aturan sehingga pemda seharusnya dapat mencabut izin dan menutup semua stockpile yang ada.

"Sungai Musi sebagai jantung perekonomian masyarakat harus segera diselamatkan dari serta evaluasi angkutan batu bara yang selama ini membawa bencana terhadap Masyarakat di Sumsel," jelas dia.

3. Gubernur Sumsel diminta jadi pelopor isu transisi energi

Koalisi Sumatra Menolak Punah memperingati hari bumi dengan kampanye tolak eksploitasi batu bara yang kian masif (Dok: Koalisi Sumatra Menolak Punah)

Pihaknya meminta kepada Gubernur Sumsel Herman Deru berani memimpin gerakan transisi energi untuk mempercepat dipensiunkannya PLTU batu bara sehingga isu transisi energi yang adil dan berkelanjutan dapat diwujudkan.

"Selain itu ia mendesak presiden Prabowo untuk mewujudkan proses pemulihan baik terhadap lingkungan maupun korban yang telah jatuh akibat investasi tambang batu bara dan pembangkit energi fosil di Sumsel khususnya Sumatra," jelas dia.

4. Masyarakat terancam kehilangan mata pencarian akibat PLTU

Koalisi Sumatra Menolak Punah memperingati hari bumi dengan kampanye tolak eksploitasi batu bara yang kian masif (Dok: Koalisi Sumatra Menolak Punah)

Direktur Perwakilan Perkumpulan Sumsel Bersih Bonifasius Ferdinandus Bangun menganggap, 22 April 2025 harus menjadi momentum Pemda Sumsel dalam menyelamatkan masyarakat dari bencana alam dan kerusakan lingkungan. Sepanjang 2024-2025 di Sumsel diterpa berbagai macam bencana alam mulai dari banjir dan kebakaran hutan akibat kerusakan lingkungan yang memperparah perubahan iklim.

Sementara saat ini bauran energi Provinsi Sumsel sebesar 24,14 persen telah melebihi target baur energi nasional dengan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang terpasang saat ini sebesar 989,12 Mega Watt. Seharusnya Sumsel dapat menjadi contoh untuk mengajukan pengurangan PLTU batu bara sebesar EBT yang terpasang.

"Percepatan transisi energi yang adil dan berkelanjutan merupakan hal yang penting dilakukan oleh Pemprov Sumsel Selatan memitigasi kerusakan lingkungan. Maka seruan stop dan evaluasi pembangunan PLTU batubara baru di Sumsel harus dilakukan karena setiap pembangunan PLTU dan tambang akan berbanding lurus dengan hilangnya lahan pertanian dan perkebunan yang menjadi sumber perekonomian masyarakat," jelas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
Rangga Erfizal
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us