Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Suhu Panas di Palembang Dipicu Matahari Tak Tertutup Awan

ilustrasi cuaca panas (pixabay.com)

Palembang, IDN Times - Suhu panas di sejumlah wilayah Indonesia berada pada kondisi tertinggi, begitu juga di Palembang. Bahkan dalam beberapa hari belakang, suhu udara mencapai 34 derajat celsius dengan potensi hujan dan berawan sangat rendah.

"Kondisi terik matahari yang terjadi beberapa hari ini disebabkan berkurangnya tutupan awan. Matahari tak tertutup awan sehingga suhu panas menyengat," ujar Humas BMKG SMB II Palembang, Sinta Veronika, Selasa (17/5/2022).

1. Potensi pertemuan awan hujan menurun

ilustrasi mencatat suhu udara (pixabay.com/mabelamber)

Selain faktor matahari tak tertutup awan, cuaca terik menyengat di Palembang dipengaruhi musim kemarau dan potensi pertemuan awan hujan menurun perlahan. Kendati awan hujan yang rendah, namun potensi turun hujan masih tetap ada karena wilayah Indonesia merupakan kepulauan dan memiliki perairan luas.

"Proses konvektif selalu ada. Dalam hal ini faktor dinamika atmosfer yang dapat mempengaruhi terjadinya hujan sekali waktu juga masih aktif," jelas dia.

2. Ada belokan di daerah konvergensi atau pertemuan titik hujan

Ilustrasi terik matahari (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Pasokan uap air yang tersedia menjelang musim kemarau tidak sebanyak pada saat musim hujan. Secara analisa, ada konvergensi dan belokan di sekitar Sumsel yang menyebabkan potensi hujan terjadi namun minim potensi.

"Kondisi ini juga terjadi di Palembang. Hujan bisa terjadi, tapi karena daerah konvergensi (pertemuan titik hujan di awan) ada belokan, maka turun hujan menjadi rendah," terangnya.

3. Prediksi BMKG Palembang hampir tidak ada hujan selama satu bulan ke depan

Pexels.com

Hasil analisa BMKG Palembang untuk semua wilayah di Sumsel berpotensi hujan mulai rendah dan prediksi hampir tidak ada dalam satu bulan ke depan. Sebab puncak kemarau diperkirakan terjadi pada Juli-September 2022.

Ia mengimbau masyarakat menghadapi musim kemarau dengan beradaptasi terhadap suhu udara maksimum di siang hari yang lebih panas dibanding saat musim hujan.

"Seperti menjaga lingkungan dengan tidak membakar hutan atau lahan, mewaspadai potensi bahaya kebakaran di pemukiman, dan menggunakan air bersih secara bijak," tandas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Feny Maulia Agustin
EditorFeny Maulia Agustin
Follow Us