Potret Pasar Cinde Palembang, Kini Jadi Danau Tempat Bebek Berenang

- Pasar Cinde di Palembang mangkrak sejak 2018, kontraktor dan tim keamanan sudah tak terlihat
- Lokasi pembangunan dipasangi pagar seng yang rusak, bangunan baru belum selesai, kondisi pasar semakin memprihatinkan
- Gubernur Sumsel berencana membangun ulang Pasar Cinde setelah status hukumnya dinaikkan ke penyidikan oleh Kejati Sumsel
Palembang, IDN Times - Suasana pasar Cinde tak lagi sama sejak pasar tersebut mangkrak 2018 silam. Pembangunan pasar beserta pusat perkantoran dan hunian apartemen 12 lantai tak kunjung terlaksana. Bahkan kontraktor dan tim keamanan pembangunan yang berada di Pasar Cinde sudah tak lagi pernah terlihat sejak lama.
Pintu yang sebelumnya digunakan untuk akses masuk ke dalam pasar kini terkunci gembok dari dalam. Tak ada kendaraan berat atau petugas pembangunan yang berjaga di sana. Lokasi tersebut benar-benar ditinggalkan kontraktor sejak Pemprov Sumsel mencabut kontrak pembangunan mangkrak 2022 silam.
"Sudah tidak ada yang jaga. Pembangunan juga sudah lama tidak dilanjutkan. Aktivitas seperti biasa pedagang berjualan di lapak-lapak relokasi," ungkap salah satu petugas parkir di Pasar Cinde kepada IDN Times, Senin (21/4/2025).
1. Cinde kini dipenuhi akar dan semak belukar

Lokasi pembangunan Pasar Cinde dipasangi dengan pagar seng yang menutupi akses masyarakat untuk melihat ke dalam bangunan pasar. Beberapa pagar pembatas tersebut dalam kondisi memprihatinkan, ada yang hampir roboh karena tak terurus.
Jalan setapak yang digenangi air karena tak berfungsinya selokan di pasar tersebut membuat kondisi makin memprihatinkan. Pagar seng yang rusak membuat kita dapat memasuki pasar tersebut dengan mudah. Saat dulu kontraktor masih bekerja, akses keluar masuk pasar yang tengah direvitalisasi tersebut harus berizin. Namun kini, siapa saja bisa masuk dengan mudah melihat kondisi yang memprihatinkan di dalamnya.
Belasan bangunan baru berupa kios atau lapak yang terletak di lantai dasar pasar terlihat sudah dibangun oleh kontraktor. Bangunan berbahan dasar beton tersebut tak sepenuhnya selesai. Baru sebagian disiapkan oleh pengembang sebagai tahap awal pembangunan lapak yang diproyeksi bakal dibangun sebanyak 1.500 kios titik tersebut.
Seng pembatas yang rusak membuat kita bisa melihat lebih jauh kondisi terkini mangkraknya pasar tersebut. Saat melangkah pertama, kita akan melihat kondisi semak belukar menutupi hampir seluruh bangunan pasar. Kita pun harus berhati-hati melangkah lantaran akar-akar pohon memenuhi kondisi pasar yang tak terawat tersebut.
"Kalau mau masuk bisa lewat depan disitu ada yang jaga coba saja izin. Tapi kalau gak mau lewat atas bisa lewat samping, ada seng yang rusak bisa tembus ke dalam di lokasi dekat pedagang ikan," ungkap Nita salah satu pedagang sambil menunjukan letak pagar pembatas tersebut.
2. Ikon tiang Cendawan kian tertutup tanaman rambat

Pada bagian depan gedung Pasar Cinde masih berdiri bangunan lama pasar yang tidak di bongkar oleh kontraktor. Keputusan yang diambil kala itu, Pasar Modern Cinde akan tetap memakai simbol Cendawan yang menjadi ikon pasar. Dari belasan tiang Cendawan hanya tersisa tiang pada bagian depan pasar saja yang masih dipertahankan.
Ikon tiang Cendawan sendiri tidak banyak dimiliki pasar di Indonesia. Tiang tersebut merupakan teknologi bangunan yang ditemukan dan dipakai pada awal abad ke-20 yang ditemukan hanya dua di Indonesia yakni, Pasar Johar Semarang dan Pasar Cinde Palembang. Pasar Johar Semarang diarsiteki Thomas Karsten pada 1933. Sementara pasar Cinde diarsiteki Abikusno Tjokrosuyoso yang merupakan asisten Karsten.
Sisa-sisa tiang Cendawan ini lah yang menjadi saksi pasar yang dibangun pada 1957-1958 dan dihancurkannya pada 2017 silam. Kini pada tahun 2025 bangunan yang seharusnya menjadi pusat ekonomi masyarakat Palembang tersebut semakin tak terurus.
Ranting pohon dan semak belukar merambat memeluk bangunan lama dan lemut yang menghiasi dinding yang kian rusak. Status Cagar Budaya yang disemat Pasar Cinde kian memudar.
Nita menyebutkan, mereka sudah lelah menanti pasar tersebut selesai dibangun. Sejak tak ada progres pembangunan mereka sudah menduga proyek ini akan mangkrak dikerjakan.
"Dengan berjualan di lapak sementara ini, konsumen jadi malas datang ke pasar. Sekarang tak seramai dulu (sebelum dibongkar), tapi masih ada yang datang untuk berbelanja," jelas dia.
3. Cinde hanya jadi penampungan air di musim hujan

Bergeser ke bagian tengah bangunan, Pasar Cinde menjadi layaknya sebuah kolam retensi atau danau buatan yang menampung air di musim hujan. Layaknya sebuah penampungan air, warna airnya berwarna coklat kehijauan dengan dalam sekitar 100 hingga 200 sentimeter.
Beton berupa pasak bangunan yang tertancap di sana hampir tenggelam karena debit air yang tinggi di musim hujan. Seekor bebek bahkan terlihat asik berenang mengitari kolam tersebut. Tak ada yang berani masuk ke dalam bangunan tersebut, para pedagang hanya memandang kondisi pasar dari kejauhan yang kian suram.
"Sudah lama tidak ada aktivitas di dalam, cuma jadi kolam besar saja. Tiap hujan tambah parah, airnya tidak surut-surut," jelas dia.
Para pedagang lama yang menghuni pasar Cinde hanya bisa pasrah dan menunggu pembangunan dapat terlaksana. Pasalnya sudah hampir 10 tahun mereka menerima janji-janji pengerjaan akan segera selesai. Tak sedikit dari mereka ada yang sudah membayar lunas untuk menempati gedung baru yang dijanjikan.
"Harapannya segera dibangun, jangan biarkan pedagang pasar menunggu tanpa kejelasan," jelas dia.
PT Magna Beatum sempat mengklaim telah memasang 2 ribu tiang dari total 2.300 tiang yang akan menyanggah bangunan pasar Cinde. Janji kontraktor akhir Januari 2020 pedagang yang sudah direlokasi akan segera menempati pasar dengan total 60 persen dari 400 kios sudah laku terjual.
Kala itu, kontraktor pasar Cinde mengklaim progres pasar sudah mencapai 32 persen dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang siap untuk penyelesaian bangunan. Namun pandemik COVID-19 menjadi kambing hitam dalam pengerjaan yang sempat terhenti tiga bulan sebelum akhirnya benar-benar mangkrak.
4. Warga prihatin lihat Cinde semakin suram

Hal senada diungkapkan Arman warga diseputaran Pasar Cinde, yang menilai pembangunan pasar kian suram karena tidak ada kejelasan. Kondisi air yang menggenangi pasar dikhawatirkan menjadi sarang nyamuk di saat musim hujan terlebih saat malam hari kondisinya gelap gulita.
"Ini sudah seperti rawa, bukan pasar lagi. Banyak nyamuk juga sekarang terutama saat sore hari. Kami takutnya ada ular di sana karena tempatnya tidak terurus dengan baik," jelas dia.
Kesan angker pun terlihat di sana. Menurutnya 1,2 hektare (ha) lahan di Pasar Cinde tak terurus dengan semak belukar dan air yang menggenanginya.
"Minimal ada petugas dari pemerintah yang membersihkan, jangan dibiarkan begitu. Kita berharap pembangunan bisa dilakukan lah, jangan dibiarkan mangkrak bertahun-tahun," jelas dia.
5. Cinde baru dapat dibangun jika ada kejelasan hukum

Pemprov Sumsel berencana membangun ulang Pasar Cinde usai mangkrak lama. Hal ini disampaikan Gubernur Sumsel Herman Deru beberapa waktu lalu. Dirinya menilai pembangunan harus segera terealisasi namun harus ada kejelasan hukum mengenai pembangunan.
"Jika legal opinion (opini hukum) keluar segera, kami langsung anggarkan dan mulai pembangunan. Tujuan kami adalah mengembalikan fungsi awal pasar sekaligus menyesuaikan dengan perkembangan zaman," ungkap Herman Deru, Selasa (15/4/2025).
Deru menjelaskan, legal opinion tersebut dibutuhkan agar Pemprov Sumsel memiliki dasar yang kuat untuk membangun kembali pasar yang ada sesuai aturan hukum. Dirinya menilai, selama ini Pasar Cinde menjadi ikon dari pasar tradisional sehingga nilai-nilai yang ada harus dipertahankan.
"Identitas Pasar Cinde sebagai pasar tradisional harus dipertahankan. Ini adalah kebanggaan masyarakat, khususnya para pedagang dan pelanggan setia. Tidak boleh ada pencampuran fungsi seperti apartemen di area tersebut," jelas dia.
6. Kejati Sumsel incar pelaku penyebab mangkraknya Cinde

Sejauh ini Kejati Sumsel sudah menaikan status hukum Pembangunan Pasar Cinde dari penyelidikan ke penyidikan. Sejumlah mantan pejabat Pemprov Sumsel, Pemkot Palembang dan pihak kontraktor sudah diperiksa.
Sejumlah alat bukti pun sudah disita penyidik untuk menelusuri benang merah carut marut pembangunan pasar Cinde. Kasi Penkum Kejati Sumsel Vanny Yulia Eka Sari tak menutup kemungkinan akan ada penetapan tersangka setelah penyidik bekerja.
"Untuk informasi terbaru nanti kami informasikan lebih lanjut," jelas dia.