Luasan Karhutla Sumsel 2025 Menyusut, Didominasi Lahan Mineral

- Luasan Karhutla Sumsel 2025 menyusut 55,2% dari tahun sebelumnya
- Kebakaran terjadi di lahan gambut dan mineral, dengan kebakaran lahan mineral mengalami peningkatan
- Upaya pencegahan karhutla terus dilakukan tim gabungan Manggala Agni dan BPBD
Palembang, IDN Times - Kepala Balai Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan (KLH) Ferdian Kristanto mengungkapkan, berdasar hasil analisa citra satelit, luasan lahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sumatra Selatan periode Januari-Agustus 2025 mencapai 1.416,9 hektare (ha). Angka ini menunjukkan penurunan luasan kebakaran sekitar 55,2 persen dibanding periode yang sama pada 2024 yang mencapai 3.160,3 ha.
"Kondisi lahan yang ada saat ini masih basah atau faktor hujan sangat membantu dalam pencegahan karhutla. Terlebih saat ini Sumsel dan Jambi masih melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC)," ungkap Ferdian Kristanto kepada IDN Times, Rabu (20/8/2025).
1. Hujan dan kondisi lahan basah perkecil risiko kebakaran

Ferdian mencatat, kebakaran lahan di Sumsel terjadi di dua jenis lahan pertama gambut dan kedua mineral. Meski secara umum luasan kebakaran mengalami penurunan, pihaknya mencatat kebakaran di lahan mineral mengalami kenaikan jika dibanding tahun sebelumnya.
Pada 2024 luas lahan mineral yang terbakar mencapai 1.796,3 ha, sementara tahun ini luas lahan mineral terbakar mencapai 1.381,9 ha atau turun 23,1 persen. Sedangkan kebakaran di lahan gambut hanya menyumbang 35 ha berbanding terbalik dengan luasan lahan gambut terbakar mencapai 1,364 ha di tahun 2024 atau turun 97,4 persen.
"Saat ini kondisi di lapangan masih banyak yang basah dan ada yang masih terendam," ungkap dia.
2. Karhutla terjadi karena faktor alam dan manusia

Kebakaran paling luas pada 2025 terjadi di Ogan Ilir mencapai 317 ha, disusul Musi Banyuasin 314 ha dengan rincian mineral seluas 305,2 ha dan gambut 8,9 ha. Lalu Ogan Komering Ulu (OKU) 190,4 ha dan Musi Rawas seluas 151,7 ha.
Sementara sejumlah daerah lain seperti Empat Lawang, Lahat, dan Pagar Alam juga mengalami kejadian karhutla, namun dengan skala yang jauh lebih kecil.
Jika dibandingkan dengan 2024, wilayah-wilayah utama penyumbang karhutla masih sama. Tahun lalu, Ogan Ilir mencatatkan kebakaran seluas 320,6 ha, sementara Musi Banyuasin bahkan lebih tinggi, yakni 534,9 ha dan gambut 1.167,1 ha. Kedua daerah ini mengalami penurunan, namun tetap menjadi zona merah karhutla Sumsel.
"Di Ogan Ilir, kejadian karhutla masih kerap dipicu oleh aktivitas pembukaan kebun untuk tanaman palawija. Kondisi ini diperparah oleh faktor angin serta ketersediaan bahan bakar alami yang mudah terbakar," jelas dia.
3. Aktivitas pembukaan lahan jadi salah satu faktor kebakaran

Upaya pencegahan karhutla terus dilakukan tim gabungan Manggala Agni dan BPBD dalam melakukan pemadaman dan pemantauan lahan yang terbakar. Dirinya mencatat kebakaran terjadi karena dua faktor yakni, alam dan manusia.
"Selain faktor alam karena bahan bakar alami (kekeringan) yang tersedia, ada juga faktor manusia dengan membuka lahan dengan cara dibakar. Beberapa isu di lapangan adanya peralihan komoditas dari karet ke sawit, karena dianggap lebih menguntungkan secara ekonomi saat ini." jelas dia.