Banjir di Palembang Tertinggi Selama 30 Tahun Terakhir

Curah hujan tinggi terakhir kali terjadi pada 6 Oktober 1989

Palembang, IDN Times - Hujan yang melanda Palembang dengan intensitas sedang hingga deras dalam beberapa hari terakhir, disebut sebagai fenomena alam paling tinggi sejak 30 tahun terakhir.

"Hujan deras yang mengguyur Palembang dari kemarin (5/10/2022) sore sampai hari ini terakumulasi mencapai 188.7 mm, dan merupakan curah hujan tertinggi selama 30 tahun terakhir selama Oktober," ujar Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis, melalui siaran pers yang diterima IDN Times, Kamis (6/10/2022).

Baca Juga: Palembang Dikepung Banjir Setelah 3 Jam Hujan Deras

1. La Nina dan IOD negatif mendorong peningkatan curah hujan

Banjir di Palembang Tertinggi Selama 30 Tahun TerakhirPalembang dikepung banjir (IDN Times/Istimewa)

Fenomena curah hujan ekstrem ini merupakan intensitas tertinggi kedua hingga 137 mm. Sebab hal semacam ini terakhir kali terjadi pada 6 Oktober 1980. Sedangkan untuk keseluruhan bulan, curah hujan harian pada 6 Oktober 2022 merupakan intensitas terbesar pertama.

"Cuaca ekstrem ini karena menguatnya La Nina dan IOD negatif yang mendorong peningkatan curah hujan," kata dia.

2. Cuaca ekstrem di Palembang mulai terjadi sejak 2 Oktober 2022

Banjir di Palembang Tertinggi Selama 30 Tahun TerakhirPalembang dikepung banjir (IDN Times/Istimewa)

Selain itu, potensi terjadinya hujan ekstrem pada Oktober 2022 merupakan kondisi alam dengan fenomena cuaca skala sinoptik dan lokal, yang dipengaruhi faktor-faktor pendorong terjadinya curah hujan ekstrem.

"Sejak 2 Oktober 2022 Palembang sudah memasuki musim hujan ekstrem," timpalnya.

3. Curah hujan di Palembang diatas rata-rata sepanjang Oktober 2022

BMKG memperingatkan secara keseluruhan Sumatra Selatan (Sumsel) telah berada pada periode musim hujan, dengan prakiraan sifat hujannya sebagian besar di atas normal.

"Artinya selama musim hujan 2022/2023, curah hujannya akan berada di atas rata-ratanya. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko bencana hidromoteorologis seperti banjir dan tanah longsor," jelas dia.

Baca Juga: Muaratara Dikepung Banjir, Dinkes Siapkan Anti Bisa Ular

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya