Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pernyataan IDI Soal Penganiayaan Koas: Harusnya Tak Libatkan Keluarga

Terlapor DT saat mendatangi Polda Sumsel untuk menjalani pemeriksaan (Dok: tangkapan layar)
Intinya sih...
  • Ketua IDI Sumsel menekankan pentingnya menjaga etika dan kompetensi dalam praktik kedokteran.
  • Dokter koas diharapkan dapat menghindari kekerasan dan bertanggung jawab dalam tugasnya tanpa melibatkan keluarga dalam urusan akademis dan profesi.
  • Rektor Unsri Taufiq Marwa menurunkan tim internal untuk menelusuri fakta kejadian di kafe Palembang, meminta semua pihak menahan diri agar kasus ini dapat ditindaklanjuti secara profesional dan transparan.

Palembang, IDN Times - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumsel angkat bicara terkait kasus penganiayaan menimpa dokter koas bernama Muhammad Lutfi. Kekerasan yang melibatkan keluarga sesama dokter muda tersebut dinilai tak harus terjadi.

Ketua IDI Sumsel, Abla Ghanie mengatakan, para dokter yang ditempa dalam pendidikan dan praktik, seharusnya mampu menjaga etika dan mental serta meningkatkan kompetensi untuk pengabdian kepada masyarakat.

"Calon dokter sudah harus bertanggung jawab dalam tugasnya dan tidak melibatkan keluarga dalam urusan akademis dan profesi dimasa pendidikannya," ungkap dia, Jumat (13/12/2024).

1. Lutfi dan LY belum tergabung dalam IDI

Terlapor DT saat mendatangi Polda Sumsel untuk menjalani pemeriksaan (Dok: tangkapan layar)

Abla mengatakan, antara korban Muhammad Lutfie dan LY sama-sama berstatus dokter koas. Keduanya belum tergabung dalam organisasi profesi kedokteran.

"Tapi sebagai Ketua IDI, kita berharap koas yang akan menjadi dokter nantinya harusnya menghindari hal-hal seperti ini. Karena seorang dokter akan siap bertugas melayani pasien dalam situasi apapun," jelas dia.

2. Ingatkan calon dokter untuk bekerja tak tentu jam

Potongan video penganiayaan dokter koas di Palembang (Dok: potongan layar Sumsel terciduk)

Terkait dugaan masalah jadwal jaga yang menjadi pemicu kekerasan, Abla menilai seharusnya bisa diselesaikan secara baik-baik tanpa perlu main hakim sendiri. Para dokter koas seharusnya memahami fungsi praktik yang mereka lakukan.

"Pada tahap tersebut (koas), dokter muda dibekali praktik langsung menghadapi pasien. Baik di jam kerja dan jam jaga yang kadang-kadang kalau ada pasien-pasien emergency kita akan bekerja diluar jam yang seharusnya," jelas dia.

3. Serahkan pemeriksaan pidana ke polisi

Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Sunarto (IDN Times/Rangga Erfizal)

Senada, Rektor Universitas Sriwijaya Taufiq Marwa mengatakan, keprihatinan institusi dari kejadian yang ada. Menurutnya, setiap bentuk kekerasan di dalam dan di luar kampus tidak dapat dibenarkan.

Pihaknya sudah menurunkan tim internal untuk menelusuri fakta yang terjadi di salah satu kafe di Palembang tersebut.

"Kami telah menerima informasi bahwa kasus ini juga telah dilaporkan dan kini sedang ditangani oleh pihak Polda Sumsel. Kami memberikan apresiasi kepada aparat kepolisian dan berharap menindaklanjuti kasus ini secara profesional dan berkeadilan," jelas dia.

4. Semua pihak diminta menahan diri

Pengacara terduga pelaku DT Titis Rachmawati (IDN Times/Rangga Erfizal)

Taufik meminta semua pihak untuk menahan diri agar tidak membuat perkara ini semakin keruh. Dirinya memastikan Unsri berkomitmen menciptakan kondisi aman dan kondusif dalam dunia pendidikan.

"Sebagai lembaga pendidikan, kami berharap kasus ini dapat berjalan dengan baik, adil, dan transparan demi memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan kepada semua pihak yang terlibat," jelas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
Rangga Erfizal
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us