Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengusaha Truk Desak Gubernur Sumsel Evaluasi Aturan Isi Solar Malam

Potret kondisi saat antrean mengular di sejumlah SPBU di Palembang.
Potret kondisi saat antrean mengular di sejumlah SPBU di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)
Intinya sih...
  • APTRINDO Sumsel menolak kebijakan penyaluran bio solar malam hari yang dapat merugikan pengusaha hingga Rp60 miliar.
  • Pembatasan penyaluran biosolar pada siang hari dinilai tidak wajar oleh para sopir, seringkali tidak mendapat solar setelah antrean panjang.
  • Sopir truk juga mengeluhkan pembayaran tunai tak diterima di SPBU dan masalah aplikasi MyPertamina, meminta Herman Deru untuk memeriksa ulang kebijakan tersebut.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sumsel menolak kebijakan Gubernur Sumsel Herman Deru terkait penyaluran BBM jenis bio solar pada malam hari. Kebijakan ini dinilai dapat merugikan para pengusaha hingga Rp60 miliar.

Pasalnya, para pengusaha angkutan menilai kebijakan ini memunculkan kesulitan baru bagi mereka. Tak hanya pengusaha, para pelanggan yang menggunakan jasa mereka pun dapat terkena imbasnya.

"Dampaknya dirasakan pengusaha dan berimbas ke pelanggan. Dampak dari Surat Edaran (SE) ini justru tidak mendukung kelancaran distribusi logistik terutama kami yang ada di bidang pengangkutan," ungkap Ketua Aptrindo Sumsel, Supriyadi, Senin (24/11/2025).

1. Sudah antre panjang masih tak dapat solar

Potret kondisi saat antrean mengular di sejumlah SPBU di Palembang.
Potret kondisi saat antrean mengular di sejumlah SPBU di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Pembatasan penyaluran BBM jenis biosolar pada siang hari, yang digeser menjadi pukul 22.00–04.00 WIB, dinilai tidak wajar oleh para sopir. Mereka mengaku sering dipersulit, bahkan setelah mengantre panjang, tak jarang tetap tidak mendapat solar.

"Sebelumnya sudah ada Perwali dimana truk hanya boleh masuk kota pukul 21.00 WIB, sedangkan antrean di SPBU dimulai pukul 22.00 WIB. Akhirnya antrean memanjang, alhasil banyak sopir tidak dapat (Solar). Belum lagi mereka harus melakukan aktivitas bongkar muat," jelas dia.

2. Para pengusaha terancam denda jika terlambat

Potret kondisi saat antrean mengular di sejumlah SPBU di Palembang.
Potret kondisi saat antrean mengular di sejumlah SPBU di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Tak hanya itu saja, para sopir turut mengeluh tidak diterimanya pembayaran tunai oleh operator SPBU. Saat ini seluruh transaksi pembelian BBM harus menggunakan MyPertamina.

"Terlebih para sopir truk banyak mengalami permasalahan pada aplikasi MyPertamina. Hal ini juga jadi salah satu faktor yang menghambat pekerjaan dan pada akhirnya juga menyebabkan antrean panjang," jelas dia.

Supriyadi menilai kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Jika tidak segera diselesaikan, situasi tersebut dapat mengganggu perekonomian Sumsel.

"Hubungan kerja sama antara pengusaha dan pelanggan juga terganggu. Mana lagi kami akan terkena denda jika terjadi keterlambatan pengantaran," jelas dia.

3. Minta SPBU di dekat pelabuhan buka 24 jam

Potret kondisi saat antrean mengular di sejumlah SPBU di Palembang.
Potret kondisi saat antrean mengular di sejumlah SPBU di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Dirinya pun mendesak kepada Herman Deru untuk memeriksa ulang kebijakan terkait penyaluran BBM yang ada, karena dinilai makin menyulitkan para sopir.

"Kami minta agar SPBU di dekat pelabuhan dapat dibuka 24 jam dan benar-benar pendistribusian solar diperbanyak. Kalau bisa solar ditambah lebih banyak untuk kebutuhan para sopir," jelas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us

Latest News Sumatera Selatan

See More

Harga Emas Palembang Sesuku Stabil Mulai Rp13,2 Juta, Yuk Investasi

24 Nov 2025, 10:37 WIBNews