Partisipasi Pemilih Sumbar Turun, Pengamat: Daya Tarik Pilkada Kurang

- Partisipasi pemilih Pilkada Sumatra Barat 2024 diprediksi menurun dibandingkan Pilpres dan Pileg Februari 2024
- Sosialisasi dan diseminasi Pilkada kurang kuat dibandingkan Pilpres dan Pileg, menyebabkan partisipasi masyarakat menurun
- Dominasi Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang kuat serta tidak adanya calon sesuai keinginan masyarakat menjadi alasan partisipasi pemilih menurun
Padang, IDN Times - Angka partisipasi pemilih di Sumatra Barat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 diprediksi menurun dibandingkan Pilpres dan Pileg Februari 2024 lalu.
Hasil perhitungan internal disampaikan tim paslon Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi-Vasko, Kamis (28/11/2024) semakin sedikit partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pilkada kali ini.
Tim Mahyeldi-Vasko mencatat, partisipasi pemilih hanya sebesar 57,10 persen saja. Sementara, pada Pilpres dan Pileg lalu, partisipasi pemilih mencapai 75 persen.
1. Daya tarik Pilkada kurang

Pengamat politik dari Universitas Andalas (Unand), Asrinaldi saat dihubungi IDN Times mengatakan ada beberapa hal yang membuat partisipasi masyarakat menurun. "Pilkada ini memang daya tariknya tidak sehebat pelaksanaan Pilpres dan Pileg yang dilaksanakan pada Februari lalu," katanya, Kamis (28/11/2024).
Menurutnya, hal itu menjadikan sosialisasi dan diseminasinya tidak terlalu kuat, sehingga berdampak terhadap partisipasi masyarakat yang menurun.
2. Proses pencalonan didominasi KIM

Selain alasan tersebut, menurut Asrinaldi, proses pencalonan dari awal memang sudah ada persoalan dengan dominasi Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang sangat kuat.
"Hal itu juga menjadi persoalan. Untung ada putusan MK Nomor 60 yang memberikan peluang untuk pasangan lain untuk maju," katanya.
Menurutnya, jika dibuka peluang untuk pasangan lain berkontestasi pada Pilkada 2024 ini, dapat dipastikan angka partisipasi akan meningkat. "Karena, calon-calon itu adalah yang memang punya basis politik yang mendukung pasangan calon yang maju, begitu logikanya," katanya.
3. Tidak ada calon sesuai keinginan masyarakat

Asrinaldi menjelaskan, alasan lainnya membuat tingkat partisipasi pemilih menurun adalah tidak adanya calon sesuai keinginan masyarakat.
"Masih ada head to head, masih ada yang melawan kotak kosong dan dominasi-dominasi dari partai politik yang membuat masyarakat malas untuk menyalurkan suaranya," katanya.