Antisipasi Karhutla, Masyarakat Diminta Tak Bakar Lahan

- BPBD Sumsel mengimbau masyarakat untuk tidak membakar lahan guna mencegah potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
- 12 daerah di Sumsel telah dipetakan rawan karhutla, dengan kemungkinan peningkatan hotspot yang dapat memicu kebakaran lahan.
- Sumsel membutuhkan setidaknya 10 helikopter untuk penanganan karhutla, termasuk delapan helikopter water bombing dan dua helikopter patroli.
Palembang, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel mengimbau masyarakat tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Masyarakat diminta untuk mewaspadai perubahan cuaca ekstrem yang berpotensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
"Sebanyak 99 persen karhutla disebabkan oleh ulah manusia. Kami mengingatkan masyarakat untuk tidak membakar lahan. Jika terjadi kebakaran, segera laporkan ke BPBD agar bisa ditangani dengan cepat sebelum meluas," ungkap Kabid Penanganan Darurat, BPBD Sumsel, Sudirman, Rabu (21/5/2025).
1. Ada 12 daerah rawan karhutla

Sudirman menjelaskan, sejauh ini sudah ada 12 daerah yang dipetakan rawan karhutla. Potensi meningkatnya hotspot atau titik panas meningkatkan kemungkinan kebakaran lahan dapat terjadi suatu waktu.
"12 daerah itu ada di OI, OKI, Banyuasin, Muba, Muara Enim, PALI, Lahat, OKU Timur, Mura, Muratara, OKU, dan OKU Selatan," jelas dia.
2. Ogan Ilir sudah siaga lebih dulu

Langkah dalam mengantisipasi karhutla tersebut, dalam waktu dekat akan diambil oleh Pemprov Sumsel sambil menunggu kabupaten dan kota menetapkan status siaga di tingkat daerah. Beberapa kabupaten tercatat telah lebih dulu menetapkan status siaga dan menggelar apel kesiapsiagaan di wilayahnya masing-masing.
"OI kemarin sudah apel siaga, kemudian sudah 3 kejadian karhutla jadi saat ini penetapannya tinggal menunggu tanda tangan bupati saja. Banyuasin dan Muba juga sama, tinggal menunggu tanda tangan kepala daerah. Kalau dua daerah sudah menetapkan, baru provinsi bisa menaikkan status," jelas dia.
3. Juni dijadwalkan ada upaya modifikasi cuaca

Sudirman mengatakan, dari hasil analisa BPBD, Sumsel membutuhkan setidaknya 10 helikopter untuk penanganan karhutla. Helikopter tersebut terdiri dari delapan helikopter water bombing dan dua helikopter patroli.
"Tidak menutup kemungkinan jumlahnya bisa bertambah, tergantung situasi hotspot dan kondisi karhutla di Sumatera Selatan," jelas dia.
Selain itu, juga telah diajukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) ke BNPB dan Kementerian Lingkungan Hidup. OMC diperkirakan akan dilaksanakan pada akhir Juni mendatang, dengan durasi sekitar satu pekan, menyesuaikan dengan pertumbuhan awan untuk proses penyemaian.
"Namun, pelaksanaan tersebut menunggu Surat Keputusan (SK) penetapan dari pemerintah provinsi," jelas dia.