Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sumsel Dipasok Bawang Merah dari Enrekang, Jaga Inflasi Jelang Nataru

ilustrasi bawang (unsplash.com/Dmytro Glazunov)
Intinya sih...
  • Kabupaten Enrekang di Sulawesi Selatan menjadi penghasil bawang merah terbesar ke-4 di Indonesia.
  • Wilayah ini memasok bawang merah sebanyak 175.933 ton per tahun, memenuhi pasar di Sulawesi, Kalimantan, Papua, dan sebagian Pulau Jawa.
  • Kerja sama antar daerah (KAD) dilakukan untuk mendorong stabilitas harga pangan di Sumatra Selatan.

Palembang, IDN Times - Tim Pengendali Inflasi Daerah Sumatra Selatan (TPID Sumsel) melakukan berbagai macam berupaya untuk menekan kenaikan harga atau inflasi sejumlah komoditas jelang hari besar Natal 2024 dan Tahun Baru (Nataru) 2025. Salah satunya dengan memasok bawang merah dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Upaya menjaga stabilitas inflasi ini diwujudkan lewat kerja sama antar daerah (KAD) yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Enrekang bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan dan Pemprov Sumsel.

1. Selain Brebes dan Solok, Enrekang jadi daerah penghasil bawang merah terbesar

Pj Gubernur Sumsel Elen Setiadi dan Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Elvira Lianita (IDN Times/Rangga Erfizal)

Penjabat (Pj) Gubernur Sumsel Elen Setiadi mengatakan, alasan Kabupaten Enrekang dipilih sebagai wilayah pemasok bawang merah, karena wilayah tersebut merupakan penghasil tanaman hortikultura terbesar keempat di Indonesia.

"Utamanya bawang merah, yang terbesar ke-4 secara nasional setelah Brebes, Solok, dan Nganjuk," katanya dalam keterangan rilis yang diterima, Jumat (13/12/2024).

2. Produksi bawang merah di Enrekang mampu memenuhi kebutuhan di Palembang dan daerah lainnya

ilustrasi bawang-bawangan (pixabay.com/Shutterbug75)

Tercatat, produksi bawang merah dari Kabupaten Enrekang mencapai 175.933 ton per tahun dan hasil produksi tersebut juga sudah memenuhi pasar bawang merah di wilayah Sulawesi, Kalimantan, Papua, dan sebagian ke Pulau Jawa.

Sebelumnya, kata Elen, Palembang sudah pernah menggelar KAD dengan pemerintah Sulsel dalam memenuhi kebutuhan bawang merah. Harapannya, dari kerja sama yang dilakukan bisa mendorong stabilitas harga pangan di Sumsel.

"KAD diharapkan dapat memotong jalur distribusi, dan dapat menekan harga jual komoditas, serta ke depan Pemprov Sumsel bisa mengadopsi praktik pertanian hortikultura bawang merah," jelasnya.

3. Harga bawang merah naik dipengaruhi produksi menurun di kondisi curah hujan tinggi

ilustrasi bawang merah yang telah dikupas kulitnya (pexels.com/greenwish)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel pada November 2024, bawang merah menjadi komoditas utama penyumbang inflasi, selain tomat, emas perhiasan, minyak goreng, dan tarif angkutan udara.

Menurut Kepala BPS Sumsel Moh. Wahyu, kenaikan harga tomat dan bawang merah sejalan dengan penurunan pasokan dari daerah sentra di tengah curah hujan yang meningkat. Tingginya kenaikan harga pada komoditas bawang merah karena sentra panen komoditas itu tak produksi maksimal.

"Sumsel, produksi (bawang merah) di Muara Enim inflasi tinggi karena kenaikan harga berkali lipat," kata dia.

Namun jika dilihat dari pergerakan inflasi secara year on year (yoy) atau setahun ke belakang, angka inflasi Sumsel masih 0,73 persen, kemudian secara year to date (Januari-November 2024) inflasi Sumsel di angka 0,70 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Feny Maulia Agustin
Hafidz Trijatnika
Feny Maulia Agustin
EditorFeny Maulia Agustin
Follow Us