Sopir Truk Mandi Keringat dan Rela Keliling Palembang Demi Solar

Kendaraan besar antre berkilometer dari SPBU hingga ke jalan

Palembang, IDN Times - Panas matahari yang menyengat membuat suasana makin gerah di siang hari ini, Jumat (12/8/2022). Hal itu dirasakan Mang Us (58), sopir truk barang lintas provinsi yang mengantre untuk mengisi Solar di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) Palembang. Sembari duduk dari kabin truk, sesekali Mang Us menyeka keringatnya yang menetes.

Mang Us mengeluh jika harus mengantre selama berjam-jam untuk mengisi BBM. Kelangkaan dan pembatasan BBM bersubsidi jenis Solar sudah ia rasakan berbulan-bulan. Mang Us pun bingung dengan yang terjadi dan berharap solusi dari pemerintah.

"Jujur panas, lalu capek menunggu seperti ini. Kejadian ini sudah jalan dua bulan, untuk cari solar saja susah. Habis waktu kita hanya untuk mengantre BBM," ungkap Mang Us kepada IDN Times, Jumat (12/8/2022).

Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Diminta Fokus Selesaikan Harga BBM

1. Sopir truk harus mencari SPBU untuk antre berjam-jam

Sopir Truk Mandi Keringat dan Rela Keliling Palembang Demi SolarKondisi antrean BBM bersubsidi jenis solar di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Antrean truk mengular sepanjang satu hingga tiga kilometer menjadi pemandangan biasa akhir-akhir ini di wilayah Sumatra Selatan (Sumsel). Bahkan antrean BBM membuat kemacetan di sepanjang jalan lintas yang menghubungkan antar provinsi di Sumatra.

Kebanyakan mobil yang mengantre adalah truk, bus, hingga mobil jenis pick up. Mereka rela menunggu berjam-jam untuk mendapatkan Solar subsidi di SPBU.

"Solar ini kebutuhan. Kita mengangkut barang gak mungkin isi BBM yang tidak disubsidi (Dexlite). Kalau pun Solar subsidi habis di satu tempat, kita harus berkeliling mencari antrean baru," jelas dia.

Baca Juga: Pria di Muara Enim Perkosa Tetangga dengan Keterbelakangan Mental

2. Fenomena susah mencari solar terjadi tak hanya di Sumsel

Sopir Truk Mandi Keringat dan Rela Keliling Palembang Demi SolarMang Us (58) salah satu sopir truk lintas provinsi yang merasakan dampak langkanya BBM bersubsidi. (IDN Times/Rangga Erfizal)

Mang Us yang sehari-hari mengangkut truk untuk membawa barang elektronik ke berbagai daerah di Sumatra terpaksa ikut antre. Menurutnya, kelangkaan Solar dengan antrean panjang tidak hanya terjadi di Bumi Sriwijaya, rata-rata hampir di seluruh daerah di Sumatra mengalami fenomena serupa.

"Bangka Belitung juga sama, antreannya panjang. Cuma di sana agak teratur. Kita rugi waktu, rugi uang, barang tetap harus diantarkan. Namun jika antrean panjang terus terjadi, kita harus berpacu waktu mengejar kapal untuk penyeberangan," jelas dia.

Setiap sopir yang ditemui mengaku harus antre sekitar tiga hingga lima jam per hari. Belum lagi ada rencana pemerintah menggunakan aplikasi MyPertamina sebelum mengisi BBM dianggap makin membuang banyak waktu.

"Dari awal saja tata kelola sudah menyulitkan. Kita kan sopir truk inginnya cepat, mau minta tata kelolanya diperbaiki susah. Begini lah keadaannya," jelas dia.

3. Harus ke luar Palembang demi Solar

Sopir Truk Mandi Keringat dan Rela Keliling Palembang Demi SolarAntrean truk mencari solar di Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Hal serupa dirasakan Suroto (45) pengemudi truk yang ditemui IDN Times di SPBU Jalan Tanjung Api-Api Palembang. Suroto ikut mengantre sejak pukul 11.30 WIB. Namun dua jam mengantre, mobil truk yang dibawanya masih berada di Jalan Noerdin Pandji atau satu kilometer dari lokasi SPBU yang dituju.

"Kalau lagi apes, pembelian pun dibatasi. Padahal kita sudah menakar, isi segini dapat Solar segini. Berapa jarak tempuh juga bisa kita takar," ujar dia.

Pemandangan semacam itu menurutnya sudah sering terjadi. Ia bahkan harus berkeliling Palembang hingga ke luar kota mencari Solar bersubsidi. Sesekali, Suroto keluar dari mobil untuk mencari tempat berteduh. Ketika antrean yang mengular menunjukan pergerakan, dirinya berlari kecil ke truk untuk menghidupkan kendaraan.

"Saya bahkan sering mengisi di Banyuasin kalau antrean di Palembang sudah tidak masuk akal. Mau bagaimana lagi, itu lah wilayah terdekat," ujar dia.

Dirinya mengakui antrean panjang truk pasti mengganggu pengemudi lain. Pasalnya, antrean yang panjang tentu memakan badan jalan hingga berkilo-kilometer sehingga muncul kemacetan. Suroto pun meminta masyarakat mengerti, sebab antrean ini tidak dikehendaki mereka para sopir truk.

"Kita mengantre ini karena keadaan. Bisa tiga jam kita duduk di kabin hanya untuk mendapat Solar. Belum tahu ke depan akan lebih lama atau cepat," ujar dia.

4. Dampak kelangkaan Solar rugikan seluruh masyarakat

Sopir Truk Mandi Keringat dan Rela Keliling Palembang Demi SolarPara sopir truk terpaksa buka baju karena teriknya cuaca hari ini (IDN Times/Rangga Erfizal)

Beberapa SPBU yang menjual BBM bersubsidi jenis Solar dan Pertalite akan menyebabkan kemacetan panjang. Hal ini juga terjadi di beberapa SPBU Jalan RE Martadinata, Jalan Residen Abdul Rozak, Jalan MP Mangkunegara, hingga Jalan Brigjen Hasan Kasim Palembang. Setiap harinya sepanjang Juli dan Agustus, antrean mengular membuat kemacetan.

Peristiwa ini mengundang komentar masyarakat. Mereka kesal namun juga kasihan dengan pengendara yang kesulitan mendapat BBM di wilayah Lumbung Energi seperti Sumsel.

"Sumsel ini kan lumbung energi. Gas, minyak, batu bara, jadi kekayaan alamnya. Namun antrean minyaknya panjang. Yang dirugikan masyarakat akibat antre panjang. Kendaraan harus berhimpitan untuk berjalan," ungkap Aidil Yansyah (32), warga Perumnas Palembang.

Ia berharap pemerintah dan Pertamina segera mencarikan solusi. Dampak-dampak kelangkaan mulai terasa dari sulitnya mencari BBM hingga kemacetan.

"Saya rasa penjualan kendaraan juga butuh dibatasi. Kalau hanya mengurangi konsumsi itu bukan solusi bijak pemerintah," tutup dia.

Baca Juga: Komplotan Penipu Biaya Transfer BRI Asal Sumsel Berhasil Dibekuk

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya