Karhutla di Sumsel Turun Hingga 70 Persen, Petugas Gabungan Ditarik

BPBD siapkan penanganan bencana akibat perubahan musim

Palembang, IDN Times - Musim kemarau basah yang terjadi di tahun 2020, berdampak besar terhadap penurunan jumlah titik hotspot penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumsel. Untuk tahun ini, jumlah hotspot hanya mencapai 4.232 titik atau turun jauh dari tahun 2019 yang mencapai 17.024 titik.

"Jumlah hotspot turun hingga 70 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor kemarau basah, dan persiapan penanganan karhutla yang dilakukan sedini mungkin," ungkap Kabid Kedaruratan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori, Rabu (11/11/2020).

1. Penetapan status siaga di awal tahun berpengaruh pada pencegahan karhutla

Karhutla di Sumsel Turun Hingga 70 Persen, Petugas Gabungan DitarikPembahasan sekat kanal menggunakan sumur bor (IDN Times/Rangga Erfizal)

Ansori menambahkan, persiapan dini dalam penanganan karhutla tahun ini dianggap paling berpengaruh. Pasalnya, Pemprov Sumsel langsung menetapkan Status Siaga Karhutla di awal tahun, demi mencegah kejadian kebakaran hebat pada 2019 terulang.

"Saat ini sudah masuk musim hujan kembali, artinya peluang kebakaran lahan itu semakin kecil," jelas dia.

Baca Juga: Sumsel Perpanjang Siaga Darurat Karhutla Sampai 30 November 2020

2. Personel di lokasi karhutla mulai ditarik

Karhutla di Sumsel Turun Hingga 70 Persen, Petugas Gabungan DitarikProses water bombing oleh tim satgas Udara Karhutla Sumsel (IDN Times/Rangga Erfizal)

Ansori juga menuturkan, Status Siaga Karhutla Sumsel akan ditutup pada 31 November mendatang. Berapa personel gabungan dari TNI, Polri, dan BPBD Sumsel yang berada di lapangan, sudah mulai ditarik dari lokasi rawan karhutla.

"Tinggal beberapa satuan di kabupaten masih stand by. Mereka tidak lagi di lapangan tetapi memantau di kantor," ujar dia.

3. BPBD Sumsel mulai fokus penanganan bencana lain

Karhutla di Sumsel Turun Hingga 70 Persen, Petugas Gabungan DitarikProses pemadaman tim darat (IDN Times/Rangga Erfizal)

Untuk wilayah yang paling besar mengalami kebakaran dari Januari hingga November, yakni Banyuasin dengan 103 hektare (ha) lahan dan Ogan Ilir 97,4 ha lahan, sehingga total keseluruhan lahan terbakar di seluruh wilayah mencapai 268 ha. Sedangkan pada 2019 lalu, ada 328.457 ha lahan yang terbakar.

"Saat ini kami fokus dalam mengatasi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor akibat perubahan cuaca dari kemarau ke hujan," jelas dia.

Baca Juga: Waspada Bencana Saat Musim Hujan, Pemprov Sumsel Gelar Apel Siaga

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya