Warga Lais Protes Debu Batu Bara, PT BCM Sebut Sudah Siram Jalan

- Ratusan warga Tanjung Agung Raya Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin melakukan unjuk rasa terkait eksploitasi tambang batu bara milik PT Basin Coal Mining (BCM).
- PT BCM melakukan penyiraman jalan desa dan membersihkan material batu bara yang berjatuhan, serta menampung aspirasi warga jika merasa dirugikan.
- Warga memprotes debu batu bara yang mencemari udara dan merusak lingkungan, serta menuntut penanganan stockpile agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Musi Banyuasin, IDN Times - Ratusan warga Tanjung Agung Raya Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) melakukan unjuk rasa terkait eksploitasi tambang batu bara milik PT Basin Coal Mining (BCM) di jalan lintas Desa Tanjung Agung, Selasa (5/11/2024).
Para warga memprotes terkait debu batu bara yang sudah mencemari udara dan juga merusak lingkungan sehingga menyulitkan warga untuk berkebun.
Sehingga pada Rabu (6/11/2024) PT BCM pun langsung melakukan penyiraman jalan desa dengan mengerahkan mobil Tanki sekaligus membersihkan material batu bara yang berjatuhan. Pihak perusahaan juga menyebutkan jika penyiraman ini dilakukan rutin setiap hari.
1. Perusahaan sebut ada mobil tanki siram jalan setiap hari

Agus Risyadi selaku Kepala Tehnik Tambang PT BCM mengatakan, pihak perusahaan secara komitmen terus melakukannya secara optimal dan berkelanjutan. Bahkan perusahaan tambang batubara ini berjanji akan terus menampung aspirasi warga setempat jika ada yang merasa dirugikan.
"Misalnya terkait polusi debu, semua itu sudah kita atasi secara maksimal. Selama ini setiap harinya dikerahkan sejumlah mobil tanki air yang melakukan penyiraman sepanjang jalan dan disiram secara tak terbatas agar jalan tidak berdebu," ujarnya, Rabu (6/11/2024).
2. Warga juga protes terkait limbah dan keberadaan stockpile

Selain jalan berdebu, tuntutan lain dari warga seperti limbah dan keberadaan stockpile juga menjadi prioritas perhatian mereka agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Kalau untuk persoalan jalan berdebu, itu biasa karena dilalui kendaraan tambang. Namun bukan bearti kita biarkan. Karena kita sudah rekrut pekerjaan untuk membersihkannya secara rutin sehingga bisa diminimalisir," ungkapnya.
Dijelaskan Agus, untuk persoalan limbah dari batubara, pihak perusahaan juga sudah menyiapkan ada 4 Kolam Pengendap Lumpur (KPL) termasuk di paritan yang semuanya diarahkan ke KPL.
"Intinya kami dari perusahaan tidak menutup mata atau pembiaran. Persoalan lingkungan sudah pasti menjadi yang utama dalam mengatasinya. Setiap hari selalu kita bersihkan dan secara rutin dilakukan," ujarnya.
3. Warga hanya ingin keluhan terkait lingkungan diatasi

Sementara itu Kades Tanjung Agung Selatan, Indera Kesuma mengatakan, pihaknya berharap kepada pihak perusahaan agar tetap selalu mendengar keluhan masyarakat jika diperlukan.
"Kalau permohonan dari aksi demo perusahaan harus memikirkannya, karena sebelumnya telah menghasilkan kompensasi dan masyarakat sudah menyetujui bahkan masalah jalan juga dipenuhi. Terkait aksi ingin menutup stockpile kita berharap memikirkan ulang karena masih banyak yang hidup dari perusahaan dan ada baiknya dimusyawarahkan lebih lanjut," ujarnya
Pihaknya tak menampik jika keberadaan perusahaan batu bara di wilayahnya memberikan dampak positif bagi masyarakat. Apalagi sebagian besar warga terserap sebagai tenaga kerja sehingga meningkatkan pendapatan.
"Tenaga kerja yang berasal dari lokal juga banyak terserap dengan adanya perusahaan ini, karena sebelumnya banyak pengangguran. Artinya tingkat perekonomian masyarakat sudah meningkat, ganti rugi juga sudah dilaksanakan bahkan dengan harga yang cukup tinggi," tutupnya.


















