Berkah Alam Tumutan Tujuh Semende, Kampung Terang Berkat Turbin

- Warga Desa Danau Gerak menggunakan turbin sebagai sumber penerangan sebelum PLN masuk pada tahun 2021.
- Turbin dibuat secara swadaya oleh warga dan masih digunakan meskipun PLN sudah masuk, karena curup (sumber mata air) tidak pernah kering.
- Di Desa Cahaya Alam, warga ingin kembali menggunakan turbin karena biaya listrik PLN mahal dan sering terjadi pemadaman saat hujan deras.
Muara Enim, IDN Times - Dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil batu bara terbesar di Indonesia, Kabupaten Muara Enim di Provinsi Sumatra Selatan rupanya menyimpan potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang melimpah yakni air. Bagi masyarakat setempat, peluang ini dimanfaatkan untuk menjadi solusi agar desa terang benderang tanpa bergantung dari listrik PLN yang belum masuk ke pelosok pada saat itu.
Seperti di Desa Danau Gerak, yang merupakan desa paling ujung yang terletak di Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU) Kabupaten Muara Enim dan cukup terisolir. Letaknya yang berada di kaki Bukit Barisan dan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, membuat desa ini sempat ‘gelap gulita’ akibat tak ada jaringan listrik.
PLN baru saja masuk ke desa tersebut pada tahun 2021 lalu. Sebelumnya, warga desa mengandalkan turbin yang digerakkan oleh air dari sumber Tumutan Tujuh langsung dari Bukit Barisan.
1. Jaringan PLN baru masuk tahun 2021

Jamrah, salah satu warga Desa Danau Gerak mengatakan, dulu saat minyak tanah masih melimpah mereka pakai lampu dari kaleng susu. Namun sekitar 2008-2009, warga mencoba gunakan kincir dengan memanfaatkan air dan ternyata berhasil.
Tanpa bantuan pemerintah dan pihak swasta, masyarakat secara urunan membuat kincir dari kayu. Awal pembuatan, biaya tidak semahal turbin. Membuat kincir kayu menghabiskan dana tak lebih dari Rp1 juta. Maka itu, masyarakat di Desa Danau Gerak masih menggunakan dana swadaya, setahun setelahnya pada pertengahan 2010 warga beralih ke turbin.
"Memang daya lampu kurang stabil, namun masih mendingan daripada gelap gulita. Jangan harap bisa pakai alat elektronik lainnya karena listrik dari turbin ngak bisa mencovernya," bebernya.
Bertahun-tahun bergantung pada turbin barulah PLN masuk tahun 2021. Namun warga tetap enggan meninggalkan turbin dan masih dimanfaatkan untuk penerangan. Menurutnya, turbin masih dipakai karena curup (sumber mata air) masih ada dan tidak pernah kering bahkan di musim kemarau sekalipun.
2. Turbin dimiliki oleh kelompok masyarakat

Jamrah menambahkan, dulu saat menggunakan kincir kapasitas listrik sangat terbatas, cuma malam saja lampu dihidupkan. Namun sejak pakai turbin sampai sekarang, lampu terus menyala 24 jam.
"Kalau mati sendiri artinya macet, harus dicek apakah ada trouble. Biasanya di turbin kemasukan kayu atau terjadi penyumbatan. Makanya warga gotong-royong ke turbin melakukan perbaikan," ujarnya.
Sekdes Danau Gerak, Heru (33) mengatakan, saat ini ada delapan turbin dengan satu turbin beranggotakan 15 orang dan menerangi 96 rumah. Total penduduk di Danau Gerak ada 286 KK dengan 1.068 populasi yang mendiami 198 rumah.
"Turbin ini disewakan bagi warga nonanggota kelompok per tahun Rp600 ribu, dijatah 1 lampu untuk satu rumah. Sedangkan karena sumber dana swadaya dari kelompok, jadi anggota hanya membayar Rp120 ribu setahun. Dan spesial untuk anggota kelompok dijatahi lima lampu per rumah," jelasnya.
3. Mata air Tumutan Tujuh bersumber dari Bukit Barisan

Menurutnya, sampai sekarang warga di desanya dan desa tetangga sangat bergantung pada mata air Tumutan Tujuh untuk sumber pangan dan energi. Karena sebagian besar desa yang terletak di dataran tinggi Semende dan berada di kaki Bukit Barisan masih memanfaatkan turbin sampai sekarang.
"Bisa dikatakan seluruh sungai di Muara Enim, dari sini (Tumutan Tujuh) mata airnya. Barulah nanti bergabung di Desa Pulau panggung. Karena kami dekat dengan sumber mata air ini, secara otomatis kami bertanggung jawab menjaganya jangan sampai rusak," ungkapnya.
Tumutan Tujuh sendiri berasal dari tujuh mata air yakni Air Hitam, Cawang Tengah, Air Deras, Luang Dalam, Enim Kiri, Enim Tengah, dan Lubuk Nipis. Ketujuhnya berada di berbagai desa yang semuanya keluar dari Bukit Barisan dan nanti akan bergabung di Desa Pulau Panggung. Ada aturan tak tertulis terkait menjaga Tumutan Tujuh ini, dimana adat desa setempat menunjuk para Datuk yang bertanggung jawab atas air dan turbin.
"Ada Datuk Air yang mengurus sumber air dan irigasi. Lalu Datuk Turbin yang memang khusus menangani turbin dan bertanggung jawab dengan pemeliharaannya. Kemudian dari sisi keagamaan ada Datuk Masjid. Semuanya ditunjuk secara aklamasi sesuai dengan bidangnya dan dipercaya oleh warga mampu menangani ketiga urusan tersebut," jelasnya.
4. Warga hidup berdampingan dengan satwa liar

Warga desa juga sangat menjaga hutan di Bukit Barisan dan hidup berdampingan dengan satwa liar di sana. Mereka percaya, kalau hutan dibuka dengan sembarangan, maka semua harimau akan turun ke dusun. Tak jarang warga yang sering ke hutan menemukan jejak harimau namun tidak menjadi masalah.
Maka itu ada aturan ketat jika hutan tidak oleh dibuka, baik untuk pemukiman maupun kebun. Selain dijaga warga, ada polisi kehutanan yang memang melalui proses perizinan dahulu.
"Di atas (hutan) itu ada siring, oleh warga disebut babakan (sumber air) memang tidak boleh dibuka termasuk untuk kebun. Itu sudah aturan desa turun-temurun, karena mata air yang dilewati siring tidak boleh dibuka untuk kebun. Jika itu dilanggar maka berpotensi longsor dan imbasnya desa terdekat," terangnya.
Demi menjaga Babakan ini, untuk menebang kayu pun dilarang keras. Hukum adat di Danau Gerak mengatur jika ada yang menebang 1 batang kayu saja maka dendanya Rp1 juta untuk 1 kayu. Kemudian si penebang harus menanam lagi.
"Alhamdulilah warga kita tidak berani. Karena sejak dari leluhur dulu di atas Babakan tidak boleh ditebang. Itulah yang menjadikan Tumutan Tujuh terus melimpah sepanjang musim dan turbin kami terus bergerak," ungkapnya.
5. Listrik PLN mahal dan sering byar pet

Lain halnya dengan Desa Cahaya Alam di Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU), warga menyebut sejak PLN masuk desa sudah tak lagi memakai turbin dan hanya tersisa instalasinya saja. Waktu itu, turbin berkapasitas 45 ribu watt sempat beroperasi, namun karena kesalahan teknis dari operator turbin menyebabkan mesin turbin panas (overheat).
Syarif mengaku, saat turbin rusak dulu mereka kesulitan mendapatkan suku cadangnya karena belum secanggih sekarang. Maka itu di Desa Cahaya Alam sudah benar-benar melepaskan turbin. Seluruh instalasi seperti kabel dan pipa sudah dipindahkan ke Dusun Datar Pauh yang masih menggunakan turbin.
"Sebagai warga yang dulu memanfaatkan turbin, masih besar keinginan warga Desa Cahaya Alam kembali menggunakan turbin untuk penerangan. Karena banyak keluhan, biaya listrik PLN sangat mahal dan sering byar pet. Apalagi jika hujan deras, ada kabel tertimpa dahan bisa dipastikan pemadaman 2-3 hari," ujarnya.
6. Warga Datar Pauh menggunakan lampu 3-5 watt

Kini turbin hanya dipakai di Dusun IV atau Datar Pauh, Desa Cahaya Alam. Dalam dusun ini terdapat 30 KK dan menggunakan turbin berkapasitas 5 ribu watt untuk penerangan. Rata-rata warga Datar Pauh menggunakan lampu 3-5 watt. Selain bisa untuk penerangan, listrik dari turbin bisa menyalakan televisi dan charger HP.
Instalasi listrik turbin pun sangat sederhana, dimana kabel berukuran 5 sentimeter ditopang batang bambu dan bercabang ke setiap rumah. Bahkan kabel yang dulunya PLTA sekarang dialihfungsikan ke PLN.
"Instalasi PLN belum masuk kesini (Datar Pauh), baru apinya saja. Jadi PLN menggunakan kabel yang dulunya dari turbin. Makanya di Datar Pauh bercabang sumber energinya, ada dari turbin (penerangan) dan dari PLN untuk elektronik lainnya," bebernya.
Datuk Turbin, Rahmat didampingi teknisnya Junta mengatakan, turbin di Datar Pauh digerakkan sumbernya masih dari Tumutan Tujuh. Kalau mati lampu di dusun, sang teknisi, Junta langsung turun mengecek turbin meskipun dinihari karena dikhawatirkan ada penyumbatan. Andai tidak cepat ditangani turbin berpotensi ambruk.
“Secara rutin kami menguras lumpur seminggu sekali agar air tetap banyak dan tekanan kuat. Kalau dangkal, tekanan tenaganya berkurang. Biasanya saat pengurasan pintu air ditutup," ujarnya.
Sejak turbin ini dibangun tahun 2016, pernah sekali servis ganti kelahar dan alat turbin tergantung kerusakan. Anggaran diambil dari iuran wajib warga per bulan 1 anggota Rp10 ribu.
"Biasanya warga langsung bayar setahun. Jika ada yang bayar bulanan dan macet selama 3 bulan, nanti tim kita turun akan langsung melepas instalasinya. Namun jarang ada kejadian seperti itu, rata-rata warga kompak dan iuran itu juga tergolong murah dibandingkan listrik PLN," terangnya.
7. HaKI beri pendampingan sekaligus pasang instalasi turbin

Sementara itu, Nopianus, pendamping dari Hutan Kita Institut (HaKI) untuk Desa Cahaya Alam mengatakan, pihaknya melakukan pendampingan sekaligus pendanaan terhadap turbin di Datar Pauh, termasuk mendirikan Demonstration Plot (Demplot) HaKI disana.
"Awalnya ada 27 orang yang melakukan pengerjaan pemasangan turbin ini selama dua bulan. Jadi dulu mereka manggil mekanik dari desa sebelah, untuk belajar lalu langsung sekaligus praktik. Barulah HaKI masuk melihat potensi mikrohidro ini dan kami bantu," ujarnya.
Pada saat mereka masuk, warga benar-benar dibantu pemahaman perihal mikrohidro termasuk operasional turbin dan perawatanya. Maka itu HaKI membeli turbin dan instalasinya, kemudian warga desa membuat siring dan membangun lokasi pemasangan turbin. Dana yang dialokasikan pada saat itu berkisar Rp65-70 juta.
"Tidak bisa sembarangan untuk memasang turbin ini apalagi menentukan kapasitasnya. Karena debit air juga harus diukur untuk memberi tegangan perputaran dinamo. Jadi waktu itu kita benar-benar ukur pakai alat, sehingga terpasanglah turbin berkapasitas 5.000 watt saat ini," terangnya.
HakI sendiri sebelumnya memiliki turbin berkapasitas 45 ribu watt di Lembak khusus yang dulunya sampai menerangi Desa Cahaya Alam, demplot, dan perkebunan. Namun karena butuh dinamo baru, jadi akan diupayakan terlebih dahulu.
"Kondisi turbin masih sangat bagus, semua lengkap hanya butuh dinamo saja. Ke depan akan kita cari lokasi pemasangan yang pas sehingga bisa digunakan untuk perkebunan. Sedangkan turbin yang ada saat ini khusus untuk kebutuhan warga Dusun Datar Pauh," ucapnya.