Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Balada Makelar dan Streamer di Tengah Perubahan dan Kemajuan Zaman

Ilustrasi makelar pekerjaan freelance yang tidak terikat kontrak.
Ilustrasi makelar pekerjaan freelance yang tidak terikat kontrak (IDN Times/Rangga Erfizal)
Intinya sih...
  • Makelar mobil mengandalkan jaringan untuk mencari pembeli dan penjual, dengan komisi antara 1 hingga 10 persen dari nilai jual kendaraan.
  • Freelance makelar mobil bekerja dengan risiko tanpa jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan, bergantung pada relasi untuk mendapatkan transaksi.
  • Streamer freelance bekerja secara bebas tanpa kontrak, mengandalkan pendapatan dari donasi dan pemberian penonton, serta harus bersaing dengan streamer lainnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Di balik maraknya jual beli kendaraan bekas, makelar mobil muncul sebagai pemain penting. Meski tak terikat showroom atau dealer resmi, mereka bergerak luwes layaknya pekerja freelance dengan mengandalkan jaringan dan komisi dari setiap transaksi.

Bekerja tanpa terikat kontrak tak membuat mereka bergerak tanpa profesionalitas. Mereka menjembatani pembeli dan penjual dengan bayaran berbasis komisi. Banyak kaum Gen Z saat ini yang berkecimpung di dunia ini.

"Nyari makan untuk sehari-hari dari sini (jual-beli). Kalau gak ada jual-beli tidak dapat uang," ungkap Aris kepada IDN Times, Jumat (19/9/2025).

1. Andalkan jaringan dalam mencari pembeli dan penjual

Ilustrasi makelar pekerjaan freelance yang tidak terikat kontrak (IDN Times/Rangga Erfizal)
Ilustrasi makelar pekerjaan freelance yang tidak terikat kontrak (IDN Times/Rangga Erfizal)

Aris menilai pekerjaannya berbeda dengan sales showroom. Ia merasa lebih bebas karena tidak terikat target bulanan. Upahnya pun tidak tetap, melainkan baru diterima setelah berhasil membawa pembeli.

Dari setiap transaksi, ia biasanya mendapat komisi antara 1 hingga 10 persen dari nilai jual kendaraan, tergantung kesepakatan.

"Keberhasilan transaksi bergantung seberapa luas jaringan kita. Semakin banyak kendaraan yang dijual semakin banyak uang yang dimiliki," jelas dia.

2. Freelance tetap memiliki risiko

Ilustrasi makelar pekerjaan freelance yang tidak terikat kontrak (IDN Times/Rangga Erfizal)
Ilustrasi makelar pekerjaan freelance yang tidak terikat kontrak (IDN Times/Rangga Erfizal)

Tidak seperti sales yang mengandalkan brosur dan promosi resmi, makelar mobil bekerja dengan modal jaringan. Relasi dengan teman, kerabat, hingga kenalan baru bisa menjadi pintu transaksi.

Sekali ada informasi mobil yang dijual, mereka akan bergerak cepat mencari pembeli. Begitu juga sebaliknya, saat ada calon pembeli mencari mobil bekas, makelar langsung menghubungkan dengan penjual.

"Saya juga pernah bekerja sebagai pegawai selepas kuliah. Ada untung dan ruginya bekerja sebagai pekerja lepas, kadang untung dan mendapat penghasilan lebih dari pekerja. Namun, risikonya juga besar terlebih tidak ada jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan seperti kalau kita bekerja secara formal," jelas dia.

Sebagai orang yang bekerja dalam bayang-bayang industri otomotif para makelar hadir di ruang yang tak terjangkau dealer resmi. Profesi ini semakin berkembang seiring maraknya jual beli online yang menjadi bagian dari industri modern.

"Selama transaksi jual beli masih ada makelar pasti tetap ada," jelas dia.

3. Jalani pekerjaan secara bebas

illustrasi streamer (pexels.com/RDNE Stock project)
illustrasi streamer (pexels.com/RDNE Stock project)

Hal senada dijalankan Gusti Devina (36) seorang freelancer yang memanfaatkan dunia digital sebagai tempat mencari uang. Berbekal gawai dan perlengkapan streaming, mereka bekerja secara bebas tanpa terikat kontrak kerja.

"Menjadi streamer ini bagian dari pekerjaan yang bebas. Tidak terikat kontrak. Tapi konsekuensinya, semua harus diatur sendiri mulai dari konten, promosi sampai interaksi dengan penonton," jelas dia.

Seperti halnya makelar, streamer freelance juga bergantung pada dukungan penonton. Mereka bisa mendapat pendapatan dari fitur donasi dan pemberian dari penonton.

"Kadang tidak menentu pendapatannya, bisa dapat jutaan, bisa juga ratusan ribu. Semua tergantung penonton dan seberapa sering siaran," jelas dia.

4. Harus sesuaikan kebutuhan audiens

ilustrasi live streamer (pexels.com/George Milton)
ilustrasi live streamer (pexels.com/George Milton)

Sebagai lulusan komunikasi, ia paham betul bahwa menjadi streamer bukan hanya soal tampil di depan kamera, tetapi juga bagaimana membangun interaksi dengan penonton. Pengalaman masa kuliah sebagai penyiar radio memberinya bekal berharga untuk menguasai teknik komunikasi yang efektif, membuat audiens merasa dekat meski hanya lewat layar.

"Kalau dulu orang bilang kerja harus pakai seragam, sekarang cukup pakai headset dan kamera. Yang penting konsisten, penonton akan datang sendiri," jelas dia.

Gusti menyadari, pekerjaan sebagai freelancer streamer tersebut merupakan pekerjaan yang rentan tanpa perlindungan undang-undang (UU). Mereka pun harus bergelut dengan persaingan sesama streamer sehingga perlu menyesuaikan konten dengan kebutuhan para audiens.

"Harapan saya ke depannya para freelancer juga dapat perlindungan sehingga ada jaminan terhadap pekerjaan yang kami lakukan," jelas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us

Latest News Sumatera Selatan

See More

Catat! Jadwal 2 Lokasi Pasar Murah September Terbaru di Palembang

19 Sep 2025, 16:36 WIBNews