113 Titik Panas Melonjak di Sumsel Selama Juni, Musi Rawas Terbanyak

- Kenaikan titik panas terjadi dalam rentang 1-20 Juni 2025
- Hanya Palembang yang belum terdeteksi hotspot sepanjang tahun
- BPBD Sumsel siapkan 7 helikopter waterbooming untuk tangani karhutla
Musi Rawas, IDN Times - Sebaran titik panas (hotspot) di Sumatra Selatan semakin naik selama Juni 2025. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel mencatat, sebarannya mencapai 113 titik dan naik drastis dibandingkan Mei yang hanya 108 titik.
Untuk sebaran titik panas terbanya Juni berada di Musi Rawas yang mencapai 24 titik, Musi Banyuasin 20 titik, Muara Enim 17 titik, Lahat 12 titik, PALI 11 titik, Muratara 6 titik, Ogan Ilir dan Banyuasing masing-masing 5 titik. Kemudian di OKI 4 titik, Prabumulih 3 titik, OKU dan OKU Selatan masing-masing 2 titik. Lalu Pagar Alam dan Lubuklinggau masing-masing 1 titik.
1. Kenaikan terjadi dalam rentang 1-20 Juni

Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel Sudirman mengatakan, hotspot terdeteksi di Sumsel mulai naik pada Mei sebanyak 108 titik. Namun bulan ini, terhitung 1-20 Juni angkanya sudah 113 titik.
"Kami sudah menerima laporan di setiap kabupaten dan kota. Saat ini Palembang, OKU Timur, dan Empat Lawang yang tercatat masih nol titik," ujarnya, Sabtu (21/6/2025).
2. Hanya Palembang belum terdeksi hotspot sepanjang tahun

Sudirman menambahkan, sepanjang tahun ini jumlah titik panas di Sumsel mencapai 270 titik. Terbanyak terjadi di Muba 48 titik, Muara Enim 41 titik, Mura 35 titik, PALI 32 titik, Muratara 21 titik. Sedangkan daerah lainnya di bawah angka tersebut. "Hanya Palembang yang belum terdeteksi hotspot sepanjang tahun ini," ungkapnya.
Sementara untuk jumlah hotspot secara tahunan, pada 2024 sebanyak 4.661 titik, 2023 ada 20.547 titik, 2022 ada 2.364 titik, 2021 ada 2.794 titik, 2020 ada 4.536 titik dan 2019 ada 17.391 titik.
3. BPBD siapkan 7 helikopter waterbooming

Kepala BPBD Sumsel, M Iqbal Alisyabana mengatakan, pihaknya telah menyiapkan tujuh helikopter water bombing untuk menangani karhutla di Sumsel. Dari tujuh helikopter tersebut, empat unit siap terbang, tiga unit lainnya dalam pemeliharaan rutin, dan dua unit sisanya digunakan untuk patroli.
"Nantinya keberadaan helikopter ini akan disesuaikan dengan kondisi lapangan di Sumsel," katanya.
Iqbal masih menghitung kebutuhan tambahan helikopter menjelang musim kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga November 2025. Terutama pada puncaknya diprediksi terjadi antara Agustus hingga Oktober 2025.
"Kami berharap kebutuhan helikopter tidak terlalu banyak. Jika permintaan bertambah, itu berarti wilayah yang terbakar semakin luas. Oleh karena itu kami akan fokus pada langkah-langkah pencegahan untuk meminimalkan kebutuhan helikopter," ungkap Iqbal.