Analisa Blueprint BI: Diyakini Perkuat Transparansi Keuangan Digital

- BI membangun akses keuangan digital terbuka dan transparan lewat Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.
- Sistem blueprint BI merubah perilaku masyarakat dalam memanfaatkan layanan keuangan, termasuk digitalisasi perbankan dan interkoneksi dengan fintech.
- Blueprint BI diharapkan menjadi pilar utama dalam segala transaksi keuangan, memperluas inklusi di masyarakat, dan membuka akses formal bagi populasi unbanked dan UMKM di Indonesia.
Palembang, IDN Times - Bank Indonesia (BI) kini dalam proses membangun peran strategis akses keuangan digital secara nasional lewat Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025. Ke depan, BSPI 2025 pun akan dikembangkan lebih lanjut menuju BPSI 2030. Harapannya, BSPI mampu memperkuat transparansi dan jadi pilar inklusi ekonomi.
"Digitalisasi bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga soal keterbukaan. Dengan sistem yang terstandar, aktivitas keuangan bisa lebih mudah dipantau, transparan, serta terhindar dari risiko penyalahgunaan," kata Kepala BI Kantor Wilayah Sumatra Selatan (Sumsel) Bambang Pramono, Senin (29/9/2025).
1. Sistem BSPI disebut bisa mengawasi transaksi keuangan real time

Selain membangun akses keuangan secara terbuka, sistem blueprint atau cetak biru milik BI ini diharapkan bisa merubah perilaku masyarakat dalam memanfaatkan kecepatan layanan keuangan, sesuai slogan CEMUMUAH. Yakni Cepat, Mudah, Murah, Aman dan Andal. Bambang meyakini, lewat sistem digital transparan tersebut bisa membentuk ekosistem ekonomi-keuangan digital.
"Termasuk digitalisasi perbankan, interkoneksi dengan fintech, perlindungan konsumen, hingga menjaga kepentingan nasional. Intinya, setiap transaksi digital dari bank, fintech, maupun platform pembayaran asing, akan berada dalam koridor yang dan bisa diawasi real time," jelasnya.
2. BSPI disebut bisa mencatat rekam jejak transaksi secara akurat

Bambang mencontohkan, bukti nyata sistem Blueprint BI yang sudah berhasil terserap di masyarakat yakni terbentuk dalam dua instrumen utama. Mencakup pemanfaatan QRIS dan BI-Fast. Layanan itu merupakan bagian anda sistem cetak biru yang dikembangkan Bank Indonesia dalam membangun transparansi akses keuangan digital.
Berdasarkan perkembangan, QRIS telah menyatukan berbagai layanan pembayaran digital ke dalam satu standar kode, sehingga setiap transaksi lebih mudah dilacak dan terhindar dari tumpang tindih data. Sementara layanan BI-FAST menggantikan sistem kliring konvensional dengan transfer antarbank real time secara 24 jam 7 hari.
"Layanan ini bukan hanya lebih cepat dan murah, tapi juga memberikan rekam jejak transaksi akurat," kata Bambang.
3. Diyakini mampu jaga fungsi bank sentral

Pengembangan akses digitalisasi terhadap pertumbuhan finansial strategis secara nasional lanjut Bambang, ditarget jadi pilar utama dan tulang punggung dalam segala transaksi keuangan termasuk di sektor ritel. Tujuan ke depan pada BSPI 2030, sistem keuangan ini bisa mendorong efisiensi ekonomi dan memperluas inklusi di masyarakat.
Apalagi secara umum, Blueprint BI mempunyai visi memastikan fungsi bank sentral dalam peredaran uang, kebijakan moneter, dan stabilitas sistem keuangan, serta mendorong inklusi keuangan. Digitalisasi keuangan melalui program cetak biru lanjut Bambang, diharapkan mampu mendorong inklusi keuangan.
"Termasuk bisa membuka akses formal bagi 91,3 juta populasi unbanked dan 62,9 juta UMKM di Indonesia ke dalam ekonomi dan keuangan formal secara sustainable melalui pemanfaatan digitalisasi," jelas dia.