Kisah Pendongeng di Sumsel, Senang Lihat Antusiasme Anak

Sastra Tutur Masyarakat Sumsel Besar Bersama Peradaban

Palembang, IDN Times - Tradisi tutur atau tradisi lisan menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Sumatra Selatan (Sumsel). Secara turun temurun tradisi bertutur diwariskan dari mulut ke mulut dari orang tua ke generasi muda salah satunya lewat medium dongeng.

Hal ini lah membuat para pendongeng di Sumsel tak pernah habis dimakan zaman. Setiap generasi ke generasi memiliki kisahnya sendiri.

Begitu juga dengan Ninuk Sundari salah satu pendongeng profesional di Sumsel. Ia bertekad menjaga kelestarian sastra tutur yang ada di Bumi Sriwijaya.

"Sumsel memiliki sastra tutur yang panjang dan bagus. Bahkan setiap daerah memiliki tradisi tuturnya masing-masing," ungkap Ketua Kampung Dongeng Sumsel, Ninuk Sundari, Kepada IDN Times, Sabtu (18/3/2023).

1. Sumsel kaya akan ragam sastra tutur

Kisah Pendongeng di Sumsel, Senang Lihat Antusiasme AnakKomunitas kampung dongeng Sumsel (Dok: Kampung Dongeng Sumsel)

Belasan tahun menjadi pendongeng profesional membuat Ninuk memahami keragaman sastra tutur di Sumsel. Keragaman tersebut membentang dari wilayah pegunungan di sisi barat Sumsel hingga wilayah pesisir di timur Sumsel.

Setiap daerah memiliki hikayatnya masing-masing yang disampaikan lewat cerita daerah, pesan moral, dan nasihat.

"Di Sumsel semakin ke sini dongeng semakin dinikmati oleh masyarakat. Terbukti dengan hidupnya kembali budaya mendongeng, ditambah hadirnya pendongeng-pendongen cilik di kelas-kelas pendongeng cilik," ungkap dia.

2. Tahun 2011 Ninuk memutuskan untuk jadi pendongeng profesional

Kisah Pendongeng di Sumsel, Senang Lihat Antusiasme AnakKomunitas kampung dongeng Sumsel (Dok: Kampung Dongeng Sumsel)

Ninuk menuturkan, kecintaannya akan dunia dongeng telah tumbuh sejak dirinya kecil ketiga duduk dibangku sekolah dasar. Perjalanan panjang akan kecintaan dengan dongeng membuat dirinya menetapkan hati untuk serius menjadi pendongeng profesional pada tahun 2011 silam.

"Saya bertemu dengan Komunitas Kampung Dongeng, di sana saya mendapat wadah untuk menyalurkan hobi saya mendongeng," jelas dia.

Dirinya mengatakan, sangat senang dan antusias ketika dirinya mendongeng mendapat respons antusias dari anak-anak. Hal ini membuat dirinya yakin, dongeng adalah bagian hidupnya.

"Saya senang dengan respons antusias anak-anak. Hal ini yang membuat saya ketagihan untuk mendongeng," jelas dia.

3. Dongeng jadi sarana transfer ilmu mudah

Kisah Pendongeng di Sumsel, Senang Lihat Antusiasme Anakilustrasi mendongeng sebelum tidur (pexels.com/cottonbro)

Kegiatan dongeng semakin menarik banyak minat anak dan orang tua. Mereka sadar dongeng banyak memberikan manfaat dan menjadi literasi awal bagi anak-anak.

"Dongeng menjadi metode efektif menyampaikan pengetahuan," jelas dia.

Ninuk menilai, transfer informasi dari dongeng disukai semua kalangan. Anak usia dini misalnya, mereka lebih menyukai dongeng fabel dengan tokoh utamanya binatang seperti kancil-buaya, kura-kura dan kelinci. Sedangkan untuk anak SD-SMP lebih menyukai dongeng yang bercerita tentang ketokohan.

"Bahkan saya pernah mendongeng di salah satu universitas negeri di Palembang, mereka justru ingin mendengar dongeng yang santai dan tidak serius seperti fabel," jelas dia.

4. Semakin banyak anak muda tergerak untuk mendongeng

Kisah Pendongeng di Sumsel, Senang Lihat Antusiasme Anakilustrasi mendongeng (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurutnya Generasi Z dan Generasi Milenial semakin hari semakin tertarik dengan dongeng. Terbukti dari kegiatan di Kampung Dongeng Sumsel saat ini, diisi oleh para relawan hampir keseluruhan merupakan anak muda.

"Sekarang banyak yang mau jadi pendongeng. Untuk di Kampung Dongeng saja untuk anak mudanya ada sekitar 10 orang, anak SD bahkan 30 orang," jelas dia.

Ramainya anak muda yang tertarik menggeluti dongeng membuat dirinya optimistis sastra tutur di Sumsel akan tetap terjaga.

"Kepedulian pemerintah terhadap sastra tutur juga patut diapresiasi. Dinas Perpustakaaan dan Kebudayaan mulai menggerakan lomba-lomba mendongeng. Peserta pun semakin antusias dan ramai," jelas dia.

5. Sastra tutur hadir bersama peradaban di Sumsel

Kisah Pendongeng di Sumsel, Senang Lihat Antusiasme Anaksejarawan dan budayawan Sumsel, Vebri Al Lintani (IDN Times/Dokumen Pribadi)

Senada, Budayawan Palembang Vebri Al-Lintani menuturkan jika sastra tutur di Sumsel sudah ada sejak masyarakat Sumsel belum mengenal huruf. Penyampaiannya dilakukan secara turun temurun oleh nenek moyang masyarakat Sumsel.

"Sastra tutur ini sudah ada sejak orang belum mengenal huruf," jelas dia.

Vebri menjelaskan, daerah di Sumsel memiliki ciri khasnya sendiri dalam sastra tutur. Seperti wilayah Basemah, ada sastra tutur Tudut, berisi tentang ajaran agama Islam disampaikan secara lisan setelah masuknya Islam ke Sumatra.

Lalu ada Nenggung Palembang, jenis sastra tutur kerap digunakan untuk menidurkan anak. Di wilayah Pedamaran ada incang-incang sastra tutur disampaikan lewat pantun atau syair masyarakat Pedamaran. Selanjutnya Banyuasin dengan sastra lisan Serambe kegunaannya untuk membentuk pribadi dan karakter anak.

"Masih banyak ragam sastra tutur lainnya. Sastra tutur ini berisikan nilai-nilai kebudayaan masyarakat. Untuk itulah sastra tutur harus diketahui dan diwariskan ke generasi muda," jelas dia.

Baca Juga: Kisah Pendongeng di Lampung, Kenalkan Dongeng dengan Cara Kreatif

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya