Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pantai Bongen Sekayu Kembali Muncul, Fenomena Langka Setiap Kemarau

(Pantai Bongen Sekayu Kembali Muncul, Fenomena Alam Langka Setiap Kemarau) IDN Times/Yuliani
Intinya sih...
  • Fenomena unik Sungai Musi yang surut menciptakan 'Pantai Bongen' di Sekayu, Sumsel, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
  • Tradisi mandi bongen di Pantai Bongen Sekayu pun selalu ramai didatangi warga setiap sorenya, dengan partisipasi dari semua lapisan masyarakat.
  • Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Muba mengadakan Festival Bongen Pantai Sekayu setiap tahun untuk mengembangkan pariwisata daerah.

Musi Banyuasin, IDN Times - Fenomena unik setiap musim kemarau menjadi momen yang ditunggu-tunggu warga Sekayu, Musi Banyuasin (Muba), Sumsel. Memasuki awal Agustus, debit air aliran Sungai Musi semakin surut dan menciptakan hamparan pasir di tepian sungai sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat.

Meski jauh dari laut, namun warga Sekayu memiliki 'Pantai Bongen', yakni bagian dangkal Sungai Musi yang surut dan meninggalkan pasir. Bongen adalah istilah lokal untuk menyebut pasir yang muncul di dasar sungai ketika air susut, antara Agustus hingga September di Sekayu, Muba. 

Menyusutnya air sungai sangat ditunggu oleh masyarakat karena menjadi fenomena yang unik dan indah. Bahkan dari Water Front Sekayu, warga ramai-ramai menikmati sunset di atas pasir dipadu dengan keindahan sungai Musi. 

1. Warga tetap lestarikan tradisi Mandi Bongen

(Warga Sekayu saat mengunjungi Pantai Bongen) IDN Times/istimewa

Pantai Bongen Sekayu pun selalu ramai didatangi warga setiap sorenya. Tak sedikit warga mandi di sungai yang sudah dangkal. Tradisi ini dikenal dengan istilah mandi bongen, artinya mandi dengan pasir. Maka dari sini dikenal kebudayaan Mandi Bongen yang menjadi kebudayaan mandi dengan pasir masyarakat pesisir Sungai Musi Kota Sekayu di waktu sungai dangkal.

Kebudayaan mandi bongen ini juga tidak hanya dilakukan masyarakat golongan tertentu saja, akan tetapi semua lapisan atau golongan masyarakat berpartisipasi untuk ikut memeriahkan tradisi mandi bongen tersebut. Bahkan tradisi unik ini banyak menimbulkan opini-opini berkaitan dengan mitos, alam, serta sejarahnya yang kompleks sekali.

2. Demi kenyamanan, Pantai Bongen rutin dibersihkan

(Warga Sekayu ramai-ramai bersihkan Pantai Bongen) IDN Times/istimewa

Rama, salah satu warga Sekayu mengatakan dirinya tak pernah melewatkan kesempatan untuk mengajak keluarganya ke Pantai Bongen setiap puncak kemarau.

"Biasanya air sungai benar-benar surut saat Agustus, jadi Pantai Bongen sudah kelihatan dengan jelas. Nggak usah jauh-jauh liburan keluar kota untuk mencari pantai. Di Sekayu ada pantai Bongen yang tak kalah cantiknya," ujar karyawan swasta ini.

Menurutnya fenomena Bongen ini cukup langka karena hanya terjadi saat kemarau panjang dan sungai benar-benar kering. Maka ia dan keluarganya tak ingin melewati momen ini.

"Minggu (hari ini) pagi ini ada kegiatan bersih-bersih di sana (Pantai Bongen). Biasanya banyak sampah kecil yang mengendap dan demi kenyamanan pengunjung selalu dibersihkan," terangnya.

3. Pemkab Muba rutin gelar Festival Bongen setiap tahun

(Pantai Bongen Sekayu Kembali Muncul, Fenomena Alam Langka Setiap Kemarau) IDN Times/Yuliani

Kepala Dinas Pariwisata dan Olahraga (Dispopar) Muba, M Fariz mengatakan, setiap tahun pihaknya selalu mengadakan Festival Bongen Pantai Sekayu. Biasanya kegiatan diisi dengan festival musik, seni budaya, olahraga, dan kuliner.

"Diharapkan pariwisata daerah ini semakin berkembang dan memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal. Maka itu kita selalu menggelar event Festival Bongen setiap Agustus," ujarnya Minggu (28/7/2024).

Selain itu pemerintah daerah juga mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan serta budaya lokal dalam mengembangkan potensi pariwisata.

“Bagi para wisatawan yang ingin merasakan keindahan langka Pantai Bongen, agar dapat tetap menjaga kelestarian lingkungan. Silakan menikmati fenomena alam yang hanya ada di Sekayu ini, biasanya terjadi pada Agustus sampai September," tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deryardli Tiarhendi
Yuliani
Deryardli Tiarhendi
EditorDeryardli Tiarhendi
Yuliani
EditorYuliani
Follow Us