Ekonomi Turun 1,4 Persen, Herman Deru Sangkal Terjadi Resesi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru menyangkal telah terjadi resesi di Bumi Sriwijaya. Padahal dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, selama dua triwulan berturut-turut, kondisi perekonomian mengalami angka minus hingga 1,40 persen year on year (yoy).
"Kita hanya kontraksi saja, di mana ada pengaruh dari jebloknya ekonomi dunia. Kontraksi itu ada di angka 1,4 persen," ungkap Deru, Sabtu (7/11/2020).
Baca Juga: [BREAKING] Ekonomi Minus 3,49 Persen, Indonesia Resmi Resesi!
1. Cegah resesi dengan pemberian stimulan
Untuk menjaga angka kontraksi tersebut agar tidak terus memburuk, Herman menilai Pemprov Sumsel harus mengambil langkah tepat dalam memberikan stimulan dari dua sektor. Sektor pertama perdagangan dan sektor kedua pariwisata.
"Diperlukan stimulan terhadap sektor perdagangan. Salah satu alasannya agar dapat menghidupkan sektor UMKM yang ada," jelas dia.
2. Beberapa sektor yang alami penurunan
Adapun dari segi produksi, lapangan usaha yang mengalami kontraksi dalam dua triwulan adalah, lapangan usaha penyediaan akomodasi, serta makan minum. Sektor tersebut mengalami kontraksi hingga 10,42 persen. Dari sisi pengeluaran, kontraksi tertinggi terjadi pada komponen ekspor luar negeri sebesar 14,15 persen.
Di sisi lain, secara kuartal ekonomi Sumsel triwulan III 2020 tumbuh sebesar 4,12 persen. Dari sisi produksi lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum pun mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 13,65 persen.
"Tetapi Sumsel harus bersyukur termasuk provinsi yang masih sangat baik angkanya," jelas dia.
3. Peran swasta dibutuhkan untuk bantu hilirisasi perindustrian
Senada, Plt Kepala Dinas Perdagangan Sumsel, Iwan Gunawan mengemukakan, cara yang akan ditempuh untuk menghadapi resesi ekonomi adalah, dengan membangkitkan sektor perdagangan. Menurutnya, perdagangan menjadi salah satu yang krusial karena dapat menopang sektor lain seperti, infrastruktur, investasi serta sumber daya alam (SDA).
Untuk itu dalam sektor perdagangan dibutuhkan peran swasta atau investor untuk melakukan hilirisasi industri. Sebab, sebagian besar barang ekspor nonmigas yang dihasilkan masih dalam bentuk mentah.
"Seperti karet, sawit, kopi, kelapa dan barang perkebunan lainnya. Belum ada hilirisasi yang mampu mengolah barang tersebut menjadi produk jadi. Inilah yang akan kita dorong nantinya," jelas Iwan.
Baca Juga: Mengenal Margi Prayitno, Sosok Kepala BKN Palembang yang Legowo