Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

OJK Optimistis Ekonomi Syariah Sumsel Bisa Tumbuh dari Peran UMKM

Arifin Susanto
Kepala OJK Sumsel Arifin Susanto (Dok Welly untuk IDN Times)
Intinya sih...
  • Total aset keuangan syariah di Sumsel sekitar Rp4,7 triliun, belum sebanding dengan potensi ekonomi daerah yang besar.
  • Pertumbuhan ekonomi syariah masih belum mampu bersaing dengan keuangan konvensional, pangsa pasar berada pada kisaran satu digit.
  • Tingkat pembiayaan bermasalah perbankan syariah di Sumsel tercatat di angka 2-3 persen, OJK Sumsel turut menyokong pertumbuhan digitalisasi layanan keuangan syariah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatra Selatan dan Bangka Belitung Arifin Susanto optimistis pertumbuhan ekonomi syariah mampu bangkit lewat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal. Tetapi, keyakinan itu harus sejalan dengan edukasi dan literasi ekonomi syariah yang seimbang. Sehingga, lanjutnya, inklusi keuangan syariah bisa menyentuh sektor riil secara langsung.

"Sektor UMKM memang jadi salah satu sasaran utama pembiayaan syariah. Tapi, porsi pembiayaan syariah yang mengalir ke UMKM masih belum dominan dalam struktur pembiayaan menyeluruh," ujarnya, dalam kegiatan Perkembangan Keuangan Syariah dan UMKM pada Rabu 24 Desember 2025.

1. Ekonomi syariah menghadapi tantangan besar

Logo baru Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).
Logo baru Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Berdasarkan data OJK, total aset keuangan syariah di Sumsel tercatat di angka sekitar Rp4,7 triliun secara year on year (yoy). Namun nilai itu kata Arifin, belum sebanding dengan potensi ekonomi daerah yang cukup besar, khususnya dari sektor UMKM lokal.

"Salah satu faktor penghambat akselerasi keuangan syariah adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap produk-produk syariah," kata dia.

Arifin mengaku, perkembangan keuangan syariah di Sumsel menghadapi tantangan besar, meliputi minimnya literasi dan inklusi pemahaman syariah. Padahal lanjutnya, secara konsep dan skema, produk keuangan syariah dinilai cukup fleksibel dan kompetitif untuk mendukung pembiayaan usaha.

2. Ekonomi syariah berkaitan erat dengan perkembangan ekosistem utuh

Ilustrasi ekonomi syariah.
Ilustrasi ekonomi syariah. (forshei.org)

Bukti pertumbuhan ekonomi syariah di Sumsel masih belum mampu bersaing dengan keuangan konvensional kata dia, dilihat dari pangsa pasar perkembangan syariah yang sampai saat ini berada pada kisaran satu digit

“Keuangan syariah bukan hanya soal produk, tetapi bagaimana membangun ekosistem utuh. Tantangannya, bagaimana literasi dan inklusi berjalan beriringan, serta benar-benar terhubung dengan aktivitas ekonomi masyarakat,” ujar Arifin.

3. Perkembangan ekonomi syariah tertinggal dari perbankan konvensional

Ilustrasi paradigma ekonomi syariah
Ilustrasi paradigma ekonomi syariah (pixabay.com/Megan Rezaxin Conde)

Sementara dari tingkat pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) perbankan syariah di Sumsel tercatat di angka 2-3 persen. Angka ini relatif terjaga, namun  perlu diantisipasi agar tak menjadi penghambat ekspansi pembiayaan.

"Terutama, ke sektor produktif. Apalagi, pembiayaan syariah masih tertinggal jika dibandingkan dengan perbankan konvensional," jelasnya.

Arifin menyampaikan, selain penguatan literasi, OJK Sumsel turut menyokong pertumbuhan digitalisasi layanan keuangan syariah serta integrasi pembiayaan di sektor produktif untuk mendorong kenaikan angka dan menciptakan efek nyata di masyarakat.

"Dalam membangun ekosistem syariah, butuh terobosan. Misalnya, bagaimana event besar di kawasan Jakabaring bisa kembali menggebyarkan keuangan syariah, sehingga masyarakat melihat langsung manfaatnya,” kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us

Latest News Sumatera Selatan

See More

Prediksi BMKG: 12 Wilayah Sumsel Hujan Deras hingga 1 Januari 2026

28 Des 2025, 18:07 WIBNews