Realokasi Anggaran Pembasahan Gambut, Sumsel Tetap Buat Dua Sekat Kanal

TRGD akan bangun dua sekat kanal di Muba dan Muratara

Palembang, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Pemprov Sumsel) telah menetapkan status siaga kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 2021 beberapa waktu lalu. Status siaga tersebut berjalan di tengah kondisi pandemik COVID-19. Alhasil ada realokasi dan refocusing anggaran sebesar Rp3 miliar.

"Dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Sumsel untuk pembasahan gambut tahun ini turun menjadi Rp9 miliar dari sebelumnya mencapai Rp12 miliar," ungkap Kepala Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Sumsel, Dharna Dahlan, Sabtu (13/3/2021).

1. Muratara dan Muba dianggap rawan tahun ini

Realokasi Anggaran Pembasahan Gambut, Sumsel Tetap Buat Dua Sekat KanalPembahasan gambut menggunakan sumur bor (IDN Times/Rangga Erfizal)

Menurut Dharna, pemangkasan anggaran tersebut masih lebih baik dibanding tahun 2020 yang hanya mendapatkan Rp2,5 miliar dari total anggaran. Meski ada pemangkasan pihaknya tahun ini akan menambah dua sekat kanal baru di dua kabupaten, sekaligus melakukan perbaikan sejumlah sumur bor yang sudah ada.

"TRGD dan BRGM akan membangun sekat kanal di kawasan yang rawan terbakar. Seperti di Musi Rawas Utara (Muratara) dan Musi Banyuasin (Muba), karena daerah ini memang paling rawan terbakar," jelas dia.

Baca Juga: Lahan Gambut yang Terbakar di Muba Padam Setelah 2 Hari

2. Awal tahun Sumsel telah kecolongan karhutla

Realokasi Anggaran Pembasahan Gambut, Sumsel Tetap Buat Dua Sekat KanalIlustrasi Water Bombing memadamkan api akibat karhutla (IDN Times/Rangga Erfizal)

Untuk luasan lahan gambut di Sumsel, TRGD mencatat ada 1,27 juta hektare (ha) dengan luasan lahan terluas Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebesar 638.379 ha. Lalu Banyuasin 303.350 ha, Musi Banyuasin 254.050 ha, Musi Rawas Utara 28.000 ha.

Selanjutnya, ada Muara Enim 21.860 ha Penukal Abab Lematang Ilir 19.771 ha dan Musi Rawas 4.977 ha. Menurutnya, karena anggaran terbatas maka gambut yang diintervensi tahun ini akan dipilih sesuai pengamatan secara spesifik mengenai kerawanannya.

"Tahun 2020 lalu, tidak ada kawasan gambut yang terbakar karena curah hujan yang tinggi. Namun, tahun ini semua pihak perlu waspada karena di awal tahun saja sudah terjadi kebakaran di lahan gambut dalam di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin," tutur Dharna. 

3. Air di gambut tetap akan berkurang saat kemarau

Realokasi Anggaran Pembasahan Gambut, Sumsel Tetap Buat Dua Sekat KanalSekat Beton yang digunakan BRG untuk menjaga lahan gambut (IDN Times/Rangga Erfizal)

Menurut Dharna, metode pembasahan gambut dengan sumur bor dan pembuatan sekat kanal sangat efektif dalam menjaga tinggi permukaan air. Mekanisme tersebut, akan menahan jumlah air keluar dari kawasan gambut.

"Walaupun air dipastikan tetap menurun di musim kering, namun tidak sekering seperti di kawasan yang belum diintervensi," jelas dia.

4. Hari tanpa hujan di Sumsel berjalan tiga bulan, waspada karhutla

Realokasi Anggaran Pembasahan Gambut, Sumsel Tetap Buat Dua Sekat KanalProses pemadaman oleh tim BPBD Sumsel (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sementara itu, Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumatra Selatan, memprediksi musim kemarau dakan lebih kering dari tahun 2020. Hal ini diprediksi akan memperparah kekeringan dan dapat menyebabkan karhutla.

"Tahun ini agak kering. Sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau. Dasarian kedua Mei sudah mulai kemarau, curah hujan mulai rendah. Potensi karhutla mulai muncul dengan puncak kemarau terjadi di bulan Agustus 2021 mendatang," Kepala Stasiun Klimatologi Palembang, Hartanto.

Hartanto menambahkan, kondisi kemarau akan berjalan dengan hari tanpa hujan (HTH) selama tiga bulan. BMKG telah melihat sinyal awal kondisi kekeringan karena tidak adanya hujan saat kemarau tiba.

"HTH Sumsel tahun ini kita prediksi sekitar tiga bulan di puncak kemarau. HTH akan dimulai dari, Juni, Juli, Agustus sampai September awal. Prediksi tidak sekering 2019, tapi lebih kering dari 2020," jelas dia.

Dalam tiga bulan itu, BMKG memprediksi intensitas hujan kurang dari 50 milimeter per 10 hari. Kondisi karhutla sangat berpotensi terjadi di cuaca panas kering yang diakibatkan intensitas hujan tersebut. Kondisi HTH juga akan memperluas potensi karhutla.

"Saat kemarau peluang hujan semakin kecil atau di bawah 50 milimeter/10 hari. Sekarang untuk intensitas masih tinggi," kata Hartanto.

Baca Juga: Karhutla di Musi Banyuasin Hanguskan 9 Hektar Lahan Gambut

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya