Lebih 25 Ribu Hektare Lahan Pertanian Terdampak Banjir di Sumbar

- Normalisasi sungai menjadi prasyarat utama sebelum aktivitas pertanian dapat kembali berjalan aman.
- Pemerintah mendorong percepatan normalisasi sungai dengan dukungan alat berat untuk menghindari banjir susulan.
- Risiko banjir susulan tetap ada jika normalisasi tidak segera dilakukan, berpotensi merusak lahan pertanian dan bangunan di sekitarnya
Padang, IDN Times – Banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra Barat tidak hanya berdampak pada permukiman warga, tetapi juga meninggalkan kerusakan besar pada sektor pertanian. Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mencatat lebih dari 25 ribu hektare lahan pertanian terdampak bencana tersebut.
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengatakan, kerusakan lahan terjadi seiring meluapnya sungai dan derasnya aliran air yang membawa material lumpur serta bebatuan.
"Kondisi ini membuat sebagian area pertanian tertutup endapan, bahkan mengalami perubahan kontur akibat pendangkalan dan pelebaran alur sungai," kaya Mahyeldi, saat diwawancarai Pimpinan Redaksi IDN Times Uni Lubis, Selasa 30 Desember 2025.
1. Pemulihan pertanian menunggu normalisasi sungai

Mahyeldi menilai, pemulihan sektor pertanian tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Normalisasi sungai menjadi prasyarat utama sebelum aktivitas pertanian dapat kembali berjalan aman.
“Sungai-sungai itu penuh, melebar ke kiri dan kanan, bahkan kedalamannya sampai tiga meter. Kalau hujan turun lagi, air bisa kembali meluas dan mengancam lahan pertanian serta rumah warga,” kata Mahyeldi.
Untuk itu, pemerintah mendorong percepatan normalisasi sungai dengan dukungan alat berat. Upaya ini dinilai penting agar aliran air kembali ke jalur semula dan tidak terus menggenangi sawah maupun kebun warga.
Pemprov Sumbar, kata dia, telah mengajukan dukungan alat berat kepada BNPB, Kementerian PUPR, serta memaksimalkan peralatan yang tersedia di daerah untuk mempercepat pengerjaan normalisasi.
2. Khawatir banjir susulan

Curah hujan yang masih tinggi membuat risiko banjir susulan tetap ada. Pemprov Sumbar menilai, jika normalisasi tidak segera dilakukan, lahan pertanian yang telah terdampak berpotensi kembali rusak, bahkan lebih parah.
"Beberapa rumah warga yang berada di sekitar area pertanian juga berada dalam kondisi rawan. Jika aliran air kembali meluas, tidak hanya lahan yang terancam, tetapi juga bangunan di sekitarnya," kata dia.
3. Pertanian jadi sasaran pemulihan berikutnya

Setelah penanganan darurat dan perbaikan alur sungai, Mahyeldi menyebut, sektor pertanian akan menjadi salah satu fokus lanjutan dalam fase rehabilitasi dan rekonstruksi. Kerusakan lahan dalam skala luas membuat pemulihan pertanian harus dilakukan secara bertahap dan terukur.
Pemerintah menyadari dampak bencana terhadap pertanian tidak bersifat jangka pendek. Karena itu, pembenahan kawasan terdampak diarahkan agar lahan bisa kembali dimanfaatkan dengan risiko bencana yang lebih kecil.
Dengan lebih dari 25 ribu hektare lahan pertanian terdampak, pemulihan sektor ini menjadi tantangan besar bagi Sumatra Barat.
"Kami berharap, melalui normalisasi sungai dan penanganan pascabencana yang terencana, aktivitas pertanian warga dapat kembali berjalan secara bertahap dan lebih aman," ujarnya.

















