Pedagang Pempek Palembang Perkecil Ukuran Pasca Harga Migor Naik

Tak masalah untung tipis asal tetap menjaga kualitas

Palembang, IDN Times - Setelah pemerintah mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng pada 16 Maret 2022, harga minyak goreng kemasan meningkat dua kali lipat di Palembang.

Bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Palembang, harga minyak goreng yang naik turut memengaruhi produksi, penjualan, dan keuntungan harian pedagang pempek. Bahkan banyak pedagang pempek yang terpaksa memutar otak agar bisa memproduksi produk berkualitas meski biaya modal meningkat tajam.

1. Pedagang pempem memperkecil ukuran produk

Pedagang Pempek Palembang Perkecil Ukuran Pasca Harga Migor NaikSentral penjualan pempek palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Lia pemilik Warung Makan Andalas mengaku, camilan paling laris dibeli konsumen adalah pempek, model, dan tekwan. Namun karena harga minyak goreng naik, ia bingung mengatur modal masak agar tetap mendapatkan untung harian yang stabil.

"Karena dari pempek biasanya untung kita banyak. Kalau jualan nasi itu sedikit dibandingkan pempek. Tapi karena harga minyak goreng naik, kita tetap coba jualan dengan strategi mengecilkan ukuran biar mendapat untungnya sama," kata dia.

Menurutnya kenaikan harga minyak goreng tentu tidak hanya memengaruhi pelaku UMKM, namun mereka yang juga berjualan di pasar. 

"Banyak pedagang yang curhat gak sengaja. Ngomongin minyak murah, barang gak ada. Minyak mahal, eh malah banyak. Mau gak mau tapi pasti dibeli minyak ini," ungkapnya.

Baca Juga: Tergiur Minyak Murah, Ibu Rumah Tangga di Palembang Tertipu Rp7,5 Juta

2. Pedagang pempek di Palembang syok harga minyak goreng naik dua kali lipat

Pedagang Pempek Palembang Perkecil Ukuran Pasca Harga Migor NaikPempek makanan khas palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Titi pemilik Pempek Izzu Palembang menambahkan, kenaikan harga minyak goreng hingga dua kali lipat sempat membuatnya syok. Ia bercerita dampak bagi pedagang terutama soal jumlah keuntungan yang diperoleh.

"Kaget, sebelum Rabu (16/3/2022) masih ada minyak goreng dengan harga subsidi untuk kemasan bagus, tiba-tiba besoknya menjadi Rp24.000 sampai Rp25 ribu per liter," tambah dia.

Titi menyebut saat minyak goreng harganya masih subsisidi, pemerintah cukup banyak membantu UMKM. Namun dengan harga yang tak menentu membuatnya harus mengurangi stok pempek krispi.

"Kalo pempek krisipi harus banyak minyaknya. Satu hari bisa 5 liter minyak goreng. Kalau begini imbas keuntungan kami kecil. Harapannya mudah-mudahan bisa normal lagi," timpalnya.

Baca Juga: Palembang Gelar Bazar Minyak Goreng di 18 Kecamatan, Catat Waktunya

3. Biaya produksi pembuatan pempek naik 15 persen

Pedagang Pempek Palembang Perkecil Ukuran Pasca Harga Migor NaikPempek Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sementara kata Siska Hariani, pemilik usaha Pempek Labibah, mahalnya harga minyak goreng membuat biaya produksi meningkat 15 persen. Minyak goreng merupakan salah satu bahan baku membuat pempek

"Sebenarnya selain minyak goreng, tepung tapioka dan tepung terigu mulai merangkak naik. Saya bisa menghabiskan 0,5 liter minyak goreng per hari untuk buat pempek," jelas dia.

Siska menyampaikan, biaya produksi bisa mencapai Rp130.000 per kilogram adonan pempek. Ia terpaksa menghabiskan Rp150.000 per kilogram adonan pempek.

"Mau gak mau biar bisa tetap jualan. Saya harys mengecilkan ukuran pempek. Cara ini lebih baik daripada harga pempek juga naik. Karena harga pempek naik, konsumen protes jadi mahal," tandas dia.

Baca Juga: Kelangkaan Minyak Goreng Berdampak ke Penjualan Pempek di Palembang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya