Minim Persiapan, Pendaki Pemula Rawan Celaka di Gunung Dempo

- Pendaki pemula sering abai persiapan dan logistik
- Pendaki konten demi viral berbahaya bagi keselamatan
- Pendaki ambisius minim persiapan, mengabaikan SOP dan kesehatan
Palembang, IDN Times - Kabut tebal dan suhu dingin menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatra Selatan. Gunung ini merupakan gunung tertinggi ketiga di Pulau Sumatra dan termasuk dalam kategori gunung tingkat dua, yang berarti medan pendakiannya cukup berat. Di balik keindahan alamnya, Gunung Dempo yang memiliki ketinggian 3.173 meter di atas permukaan laut (mdpl) menyimpan risiko besar, terutama bagi pendaki pemula yang sering mengabaikan aspek keselamatan.
Joko Wibowo, seorang pemandu bersertifikat dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) mengatakan, ambisi saja tidak cukup untuk mendaki gunung. Menurutnya, apa yang terlihat di media sosial tidak selalu seindah kenyataan yang dihadapi selama pendakian.
"Selama saya memandu para pendaki, tidak pernah ada pendaki yang celaka parah. Apa lagi sampai jatuh ke jurang. Tapi ada pendaki yang nekat naik tanpa pemandu, banyak yang kena hipotermia bahkan ada yang meninggal dunia," ungkap Joko Wibowo kepada IDN Times, Jumat (1/8/2025).
1. Pendaki pemula kadang abai persiapan

Sebagai pemandu, dirinya juga merupakan seorang relawan yang kerap melakukan evakuasi saat terjadi insiden di gunung. Salah satu kejadian meninggalnya pendaki di Gunung Dempo terjadi pada awal 2025 lalu. Penyebab kematian pendaki tersebut bukan terjadi karena jalur pendakian yang ekstrem, melainkan kurang matangnya persiapan pendakian. Kebanyakan pendaki pemula memaksakan diri tanpa mengukur batas kemampuan dirinya.
"Korban sebenarnya sudah mengaku tidak sanggup mendaki, tetapi tetap memaksa karena diajak teman-temannya. Saat naik, korban sakit," jelas dia.
Dirinya menilai kesiapan fisik menjadi yang utama dalam pendakian. Dirinya tidak akan mendampingi pendaki yang sejak awal tidak dalam keadaan fit. Terlebih kebanyakan pendaki pemula memaksakan diri naik gunung tanpa memperhatikan logistik mereka selama berada dalam jalur pendakian.
"Pendaki muda sekarang tidak menghiraukan masalah logistik. Kurangnya asupan nutrisi tinggi kalori justru membahayakan mereka melakukan pendakian gunung," jelas Joko.
2. Pendaki konten demi viral, bahayakan nyawa

Baru-baru ini empat pendaki mendapat sanksi tidak boleh naik gunung Dempo usai video yang mereka buat menjadi perhatian publik. Pasalnya mereka merekam aktivitas turun ke kawah Gunung Berapi Dempo yang merupakan area berbahaya dan dapat menyebabkan mereka kehilangan nyawa.
"Mereka sudah di-blacklist setahun, tapi saya pribadi lebih setuju diberikan edukasi tentang kode etik pendakian," jelas dia.
Dirinya menyayangkan makin banyaknya pendaki konten yang mengabaikan keselamatan demi viral di medsos.
"Mereka lupa bahwa ini alam liar, bukan panggung hiburan," jelas dia.
3. Pendaki ambisius dan minim persiapan

Masalah lain yang dihadapi pemandu dan relawan adalah sikap ambisus pendaki muda yang mengabaikan aspek keselamatan. Untuk itu, dirinya akan menolak jika ada pendaki yang datang tanpa persiapan untuk mendaki Gunung Dempo.
"Kami selalu minta data kesehatan calon klien bahkan sampai diagnosis penyakit sebelum kami dampingi menaiki gunung. Kalau dia punya riwayat patah tulang pun kami briefing terlebih dahulu," jelas dia.
Pihak pemandu memiliki perlengkapan standar SAR seperti webbing, body harness, dan tandu lipat. Namun semua itu tak cukup jika pendaki tidak disiplin. Menurutnya standar keselamatan lebih penting untuk itu setiap pendaki dituntut untuk fit dengan membawa surat sehat dari dokter sebelum mendaki.
"Banyak pendaki muda yang ambisius. Biasanya mereka kita awasi ketat sampai dua orang. Mereka cenderung ambisius mengabaikan arahan," jelas dia.
Menurutnya, pendakian tanpa persiapan diri membahayakan nyawa. Sebagai pemandu, dirinya akan menolak jika pendakian dilakukan tanpa memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
"SOP penting untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. Kalau mereka tidak bisa memenuhi SOP itu, kita tidak mau mendampingi mereka," jelas dia.
4. Jalur alami dan medan pendakian yang berat

Joko menyebutkan, jalur pendakian Dempo bukan jalur wisata yang dibangun dan disiapkan berdasarkan standar keselamatan khusus. Jalur pendakian tersebut merupakan jalur yang tercipta secara alami dari aliran air dengan sisi kiri dan kananya adalah jurang.
"Jadi sangat berbahaya kalau tidak punya persiapan matang. Kami bahkan punya shelter bayangan untuk evakuasi darurat," jelas dia.
Untuk itu, dirinya tidak menyarankan pendaki pemula mendaki sendiri di Gunung Dempo. Sehingga perlu ada pemandu yang dapat menemani mereka. Meski begitu, Dempo belum menerapkan aturan pendakian wajib menggunakan pemandu meski jalur medan pendakiannya tergolong berat untuk pendaki pemula.
Setiap proses evakuasi dalam keadaan darurat, para relawan dan pemandu dituntut untuk bergerak secara cekatan. Mereka tidak boleh terlambat lantaran dapat berakibat pada kehilangan nyawa survivor.
"Kalau dalam evakuasi kita dituntut selalu siap karena lambat sedikit saja bisa berakibat fatal," jelas dia.
5. Catatan penting untuk pendaki

Gunung merupakan tempat ekstrem dan berbahaya. Banyak pendaki menantang maut karena kurangnya edukasi soal alam liar. Menurutnya, edukasi penting dilakukan untuk keselamatan sekaligus menjaga kelestarian alam.
"Saya pikir kepedulian pendaki dalam hal kebersihan Dempo masih sangat minim. Ada pendaki yang cermat, banyak juga pendaki yang hanya mencari eksistensi atau kita sebut pendaki konten," jelas dia.