Melihat Semarak Festival Bidar Palembang di Pelataran BKB

- Festival Bidar Palembang menjadi identitas Kota Pempek
- Pemerintah Kota Palembang perlu memperhatikan kenyamanan penonton dan tempat khusus
- Perahu bidar memiliki sejarah panjang dan berakar pada tradisi masa Kesultanan Palembang
Palembang, IDN Times - Panas terik di Pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang tak menyurutkan semangat dan antusias masyarakat menonton festival perahu bidar di Sungai Musi, Minggu (17/8/2025).
Suhu hangat dan sinar matahari yang langsung menusuk kulit pun jadi sensasi berbeda yang dirasakan penonton festival bidar. Festival bidar adalah salah satu warisan budaya Bumi Sriwijaya yang sudah mendunia.
1. Perahu bidar jadi transportasi air di masa Palembang Darussalam

Masuk dalam kegiatan internasional kalender event, festival bidar memang jadi identitas Kota Pempek. Tak hanya saat perayaan HUT RI, rangkaian acara bidar kerap ditampilkan saat momen peringatan ulang tahun Palembang.
Perahu bidar pada masa Palembang Darussalam dipergunakan sebagai transportasi air untuk mengontrol, atau patroli daerah di perairan Sungai Musi saat zaman kerajaan Sriwijaya.
Namun seiring waktu, tradisi perahu bidar kini menjadi acara ceremonial untuk menyemarakkan kemerdekaan. Tetapi, hal penting yang harus jadi catatan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang adalah tradisi ini harus mendapat perhatian penuh.
Apalagi pemkot mengalami hambatan, karena unit perahu bidar minim. Sementara anggaran perbaikan perahu bidar memerlukan biaya cukup tinggi.
2. Festival bidar perlu menyiapkan tempat khusus bagi penonton

Menurut salah satu penonton festival bidar, Mela, meski menciptakan daya tarik dan memiliki keistimewaan dalam pelestarian tradisi dan wujud nyata warisan budaya, pemkot perlu memerhatikan segala aspek agar festival ini makin banyak dikunjungi wisatawan.
"Yang perlu jadi evaluasi pemerintah, harus menyiapkan tempat terbaik. Karena ini nontonnya kurang nyaman, karena tempat nonton seperti kurang prepare tidak ada tempat khusus," jelasnya.
Dia menyarankan, sebaiknya Pemkot Palembang menyediakan tempat dan area khusus menonton. Tujuannya, agar wisatawan lebih tertata dan tertib. Sehingga, pelaksanaan festival berjalan dengan nyaman tanpa ada keributan.
"Kita nonton nyari sendiri, jadi berdesakan. Harapannya bisa harus tertata. Kayak ada lokasi khusus untuk anak, perempuan dan lansia. Biar sesama penonton merasa nyaman. Segala kalangan nyaman, perhatikan semua elemen. Tidak hanya nyaman untuk VIP," kata dia.
3. Perahu bidar Palembang memiliki dua jenis ukuran

Sementara fakta menarik perahu bidar yakni pada zaman dahulu kala perahu itu disebut pancalang. Asal usul perahu bidar berakar pada tradisi masa Kesultanan Palembang. Perahu bidar memiliki kecepatan untuk menjaga wilayah perairan Sungai Musi oleh askar (tentara). Secara struktural, pancalang memiliki panjang sekitar 10–20 meter, lebar 1,5–3 meter, dan kapasitas hingga 50 orang.
Kini, perahu bidar terbagi menjadi dua jenis ukuran. Pertama, bidar berprestasi dengan panjang sekitar 12,7 meter, lebar 1,2 meter dan tinggi sekitar 60 sentimeter. Perahu bidar prestasi ini, kerap digunakan untuk perlombaan. Bidar ukuran standar biasanya ada 24 pendayung termasuk juragan dan tukang timba air.
Lalu jenis perahu bidar tradisional dengan ukuran besar, memiliki ukuran panjang 29 meter, lalu lebar sekitar 1,5 meter dan tinggi perahu dari permukaan air 80 sentimeter. Jumlah pendayung jenis ini sampai 57 orang (55 pendayung+juragan+tukang timba air).