Kisah Pakde Jukir di Palembang, Sekolahkan Anak dari Uang Seikhlasnya

- Pakde Adi menjadi juru parkir di Palembang, menghasilkan uang Rp100-150 ribu per hari.
- Adi tidak mematok harga parkir, menerima bayaran antara Rp2-5 ribu per kendaraan, tergantung jenisnya.
- Adi berharap mendapat pelatihan atau pengakuan resmi dari pemerintah kota untuk para juru parkir.
Palembang, IDN Times - Terik matahari tidak menyurutkan langkah Adi (49) untuk mengatur kendaraan yang keluar dan masuk di sebuah toko grosir Alat Tulis Kantor (ATK) di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Palembang. Wajahnya yang ramah dan murah senyum, menjadi ciri khasnya dalam menyapa konsumen yang datang dan pergi.
Baginya, pekerjaan menjadi juru parkir bukanlah pekerjaan yang membuat dirinya kaya melainkan pekerjaan yang cukup untuk menghidupi keluarga.
"Jadi tukang parkir ini bukan pilihan tapi terpaksa sama keadaan. Kalau bisa memilih tentu mau bekerja yang lebih enak tapi gak bisa. Saya sadar diri saya tidak lulus sekolah, tidak punya kompetensi lain," ungkap pria yang akrab disapa Pakde kepada IDN TImes, Senin (19/5/2025).
1. Pakde Adi tak pelit tenaga bantu pelanggan

Saat menjadi jukir, Pakde Adi kerap memakai penutup kepala khas Jawa, yakni blangkon. Tampilannya yang eksentrik dan ramah membuat dirinya mudah berbaur dengan para pelanggan yang ada sehingga mereka kerap tidak mempermasalahkan kehadiran Pakde.
Selain menjaga parkir dan menarik pungutan uang kepada para konsumen, Pakde juga kerap membantu tenaga untuk para konsumen. Tak jarang dirinya membantu mereka mengangkut barang belanjaan hingga mengikat barang belanjaan ke motor.
"Dari uang parkir inilah saya menghidupi keluarga. Saya tak malu menjalani pekerjaan ini, Bagi saya, selagi itu halal akan tetap saya lakukan," ungkap dia.
2. Jadi jukir sejak 6 tahun silam

Setiap hari, sejak pukul 08.00-18.00 WIB, Pakde berdiri di tepi jalan. Sesekali dia menuju parkiran untuk mengarahkan kendaraan yang masuk dan keluar. Dengan peluit kecil dan rompi lusuh, ia mengatur keluar-masuk kendaraan sambil tersenyum kepada setiap pengendara yang datang.
Bagi sebagian orang, profesi juru parkir mungkin tampak sederhana, bahkan dipandang sebelah mata. Tapi baginya, pekerjaan itu adalah sumber utama penghasilan yang menghidupi istri dan dua anaknya yang masih sekolah.
"Saya mulai jadi juru parkir sejak 6 tahun lalu sekitar tahun 2019. Awalnya karena susah cari kerja tetap, lama-lama saya tekuni karena ini yang bisa saya andalkan," ujar Pakde Adi saat berbincang di sela-sela kesibukannya.
3. Sekolahkan anak dengan uang parkir

Sebelum menjadi jukir, Pakde dulunya bekerja di salah satu toko alat musik di kota Palembang sebagai office boy (OB). Sejak tidak lagi bekerja di sana, Pakde pun akhirnya terjun menjadi jukir. Dirinya menyadari dunia kerjanya saat ini kerap dianggap menyulitkan orang-orang yang tak berpendidikan seperti dirinya, sehingga dirinya berikhtiar tak ingin anak-anaknya kelak mengikuti jejaknya.
"Saya punya dua anak. Mereka sekolah dari uang parkir. Anak yang paling tua saat ini sudah SMA, saya menghidupi mereka dari uang parkir ini," jelas dia.
4. Tak patok biaya parkir ke konsumen

Pakde tidak pernah memaksa konsumen untuk membayar atau menetapkan tarif parkir tertentu. Ia biasanya menerima bayaran antara Rp2-5 ribu per kendaraan, tergantung jenisnya. Namun, tak jarang ada juga yang hanya memberi seikhlasnya, bahkan ada yang tidak membayar sama sekali.
Sikap Pakde yang ramah dan suka membantu membuatnya disukai para konsumen. Ia kerap membantu mengangkat barang belanjaan atau sekadar mengikatkan barang ke motor. Karena itulah, banyak konsumen yang dengan sukarela memberi lebih atau memberinya minuman untuk sekadar melepas dahaga.
"Saya kerja ikhlas, tidak pernah mematok harga. Kalau ada yang tidak bisa bayar, saya tidak akan memaksa. Kalau ada yang memberi lebih, saya terima dengan senang hati. Yang penting saya tetap melayani mereka dengan baik," ujar dia.
5. Sempat ditangkap polisi saat jadi jukir

Dari pekerjaannya menjadi juru parkir, Pakde Adi dapat menghasilkan uang hingga Rp100-150 ribu per hari. Uang tersebut masih akan disetor ke pihak-pihak tertentu yang juga mendapat untung dari pekerjaannya tersebut. Adi pun mengaku mendapat surat izin menjadi juru parkir dari pemerintah. Dirinya diberikan rompi dan ID card khusus yang menandakan bahwa parkiran yang dijaganya resmi bukan parkir liar.
"Biasanya dalam sehari setorannya Rp20 ribu. Tapi itu semua tergantung ramai atau tidaknya parkiran per hari. Kalau sedang sepi biasa Rp10-Rp15 ribu," jelas dia.
Meski sudah memberikan setoran setiap harinya, Adi mengaku juga pernah mengalami hal nahas. Dirinya pernah ditangkap oleh polisi untuk didata.
"Setelah mendapat arahan dari polisi dilepas lagi. Kami juga diingatkan untuk tidak memeras masyarakat," jelas dia.
6. Bersyukur uang parkir bisa hidupi keluarga

Dengan penghasilan tidak menentu dan harus berdiri berjam-jam di bawah terik matahari atau guyuran hujan, Pakde Adi tetap bersyukur. Ia menyadari, banyak orang yang bahkan lebih sulit nasibnya.
"Yang penting halal dan bisa bawa pulang uang buat makan anak-istri," katanya.
Pakde mengaku pernah beberapa kali ditertibkan oleh petugas karena dianggap juru parkir liar. Namun kini ia sudah berusaha mengikuti aturan dan berharap ada perhatian dari pemerintah kota untuk memberikan pelatihan atau pengakuan resmi bagi para juru parkir seperti dirinya.
"Kalau bisa, kami juga dilibatkan dalam program kerja atau dibekali keterampilan lain. Supaya ada harapan ke depan," ucapnya penuh harap.