Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Asal Usul Lawang Borotan, Area Wisata yang Disorot Pemkot Palembang

Lawang Borotan di BKB Palembang (Dok. Kominfo Palembang untuk IDN Times)
Lawang Borotan di BKB Palembang (Dok. Kominfo Palembang untuk IDN Times)
Intinya sih...
  • Lawang Borotan diharapkan menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik minat wisatawan lokal maupun luar kota
  • Lawang Borotan merupakan saksi keturunan terakhir Kesultanan Palembang Darussalam dan jejak penutup Sultan Mahmud Badaruddin II
  • Peresmian destinasi Lawang Borotan menjadi tanda awal revitalisasi kawasan sejarah di sekitarnya, dengan target renovasi harus tuntas pada akhir November
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Lawang Borotan atau yang biasa diartikan masyarakat Palembang pintu di belakang merupakan area wisata sejarah di Kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) yang kini tengah disorot Pemerintah Kota (Pemkot). Destinasi sejarah di Bumi Sriwijaya ini kembali dihidupkan pemerintah setempat untuk menarik geliat wisatawan lokal maupun luar kota berkunjung.

Lawang Borotan merupakan bagian dari lokasi keraton di Kota Pempek. Lawang Borotan menjadi saksi keturunan terakhir Kesultanan Palembang Darussalam dan menjadi jejak penutup Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II.

1. Lawang Borotan memiliki makna pintu di belakang

Acara seni tari di BKB Palembang (Dok. Kominfo Palembang untuk IDN Times)
Acara seni tari di BKB Palembang (Dok. Kominfo Palembang untuk IDN Times)

Menurut Sejarawan Sumatra Selatan (Sumsel) sekaligus dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang Kemas Ari Panji, area wisata Lawang Borotan menjadi bukti nyata Palembang memiliki historis kental akan sejarah sultan dan Kerajaan Sriwijaya.

"Asal usul nama Lawang Borotan dari kata buri yang dimaksudkan terhadap borotan yang artinya belakang, dan dalam perkambanganya kita paham bahwa lawang itu pintu, jadi Lawan Borotan pintu belakang dari Keraton Kuto Besak)," kata dia, Minggu (27/10/2024).

2. Lawan Borotan menjadi bukti peradaban keraton di Palembang

Lawang Borotan di BKB Palembang (Dok. Kominfo Palembang untuk IDN Times)
Lawang Borotan di BKB Palembang (Dok. Kominfo Palembang untuk IDN Times)

Lawang Borotan yang menjadi jejak kerajaan dan keraton di Palembang, dalam catatan sejarah ada empat bagian keraton. Namun karena adanya modernisask zaman dan peralihan fungsi, Lawan Borotan berubah nama menjadi Benteng Kuto Besak dari nama awal Keraton Kuto Besak.

"Padahal dalam catatan sejarah ada empat keraton di Palembang namun semua hancur dan masih tersisa keraton kuto besak atau sekarang disebut Benteng Kuto Besak," jelas dia.

3. Lawan Borotan harapan baru wisata sejarah di Palembang mendunia

Pj Wako Palembang Ucok Abdulrauf Damenta (Dok. Kominfo Palembang)
Pj Wako Palembang Ucok Abdulrauf Damenta (Dok. Kominfo Palembang)

Area wisata Lawang Borotan Palembang saat ini menjadi fokus Pemkot dan kembali dipopulerkan oleh Penjabat Wali Kota (Pj Wako) Ucok Abdulrauf Damenta. Bahkan pemimpin daerah saat ini menjanjikan Lawang Borotan bisa menjadi ikon kota selain Jembatan Ampera.

Komitmen Pemkot mengenalkan kembali Lawang Borotan ke masyarakat Palembang dibuktikan dengan peresmian destinasi sejarah dan budaya di lokasi itu, Jumat (25/10/2024) lalu melibatkan komunitas sejarah dan menampilkan teaterikal pengasinga SMB II oleh komintas batang hari atau kobar 9.

"Launching Lawang Borotan sebagai destinasi wisata berbasis sejarah dan menjadikan Palembang yang bisa mendunia," kata Ucok dalam siaran rilis yang diterima IDN Times.

4. Lawang Borotan dijanjikan revitalisasi oleh Pemkot Palembang

Lawang Borotan di BKB Palembang (Dok. Kominfo Palembang untuk IDN Times)
Lawang Borotan di BKB Palembang (Dok. Kominfo Palembang untuk IDN Times)

Peresmian destinasi Lawang Borotan juga menjadi tanda awal revitalisasi kawasan sejarah di sekitar sana dimulai. Pemkot menjanjikan perbaikan dan perawatan area lebih cantik dengan target penyelesaian renovasi harus tuntas dala. satu bulan pada akhir November.

"Mudah-mudahan akhir november selesai, bisa jadi menarik dapat angle baru dan tidak meninggalkan sejarahnya. Kami persembahkan untuk masyarakat Palembang dengan harapan bisa menjaga sejarah," jelas dia.

Share
Topics
Editorial Team
Feny Maulia Agustin
Yogie Fadila
Feny Maulia Agustin
EditorFeny Maulia Agustin
Follow Us