Pasar Murah Palembang: Selamatkan Warga, Matikan Koperasi Merah Putih

- Operasi pasar murah di Palembang mengakibatkan penurunan pemasukan Koperasi Merah Putih.
- Persaingan harga sembako antara pasar murah dan koperasi merah putih menjadi masalah utama.
- KKDMP Sukodadi berencana membuka klinik dan apotek, tetapi keberlangsungan koperasi dipertanyakan karena masalah stok sembako dan modal.
Palembang, IDN Times - Persaingan dan benturan program kebijakan menjadi bagian kecil penghambat Koperasi Kelurahan/Desa Merah Putih (KKDMP) Sukodadi Palembang meredup. Bahkan kini, nasib koperasi diuji dengan segala keterbatasan.
"Awal pertengahan September kami sudah berhenti jualan minyak dan beras karena adanya operasi pasar," kata pengurus KKDMP Sukodadi sekaligus Ketua RT, Nanang Taat Suyudana saat dikonfirmasi IDN Times, Kamis (16/10/2025).
1. Pendapatan koperasi sempat capai Rp9 juta per hari

Program pemerintah daerah melalui operasional pasar murah yang berlangsung di sejumlah kecamatan/kelurahan di Palembang dan beberapa kabupaten di Sumatra Selatan (Sumsel) berimbas pada nasib koperasi merah putih yang sulit dan di ujung tanduk.
Semula, Koperasi Merah Putih yang merupakan program Presiden Prabowo Subianto dibentuk untuk menjaga daya beli masyarakat. Namun, operasi pasar murah justru berdampak buruk terhadap pemasukan KKDMP yang masih berjalan.
"Waktu awal (peluncuran KKDMP) warga antusias membeli kebutuhan pokok. Seminggu itu habis 2 ton beras SPHP. Pemasukan bisa sampai Rp6-9 juta per hari, kami begitu optimis saat pembukaan di awal," katanya.
2. Minta penyelenggaraan operasi pasar murah dihentikan

Tetapi seiring waktu berjalan, lanjut Nanang, minat pembeli KKDMP Sukodadi Palembang perlahan menurun. Kondisi tersebut, kata Nanang, karena operasi pasar banyak digelar di beberapa titik, sehingga ada persaingan harga jual sembako antara pasar murah dan koperasi merah putih.
"Aturan ini (operasi pasar dan realisasi KKMDP) jadi abu-abu, bertabrakan," ujarnya.
Dia mencontohkan, salah satu masalah yang terjadi adalah perang penjualan bahan sembako. Misalnya, beras SPHP di Koperasi Merah Putih dijual Rp62.500 per 5 kilogram, sementara di pasar murah berkisar Rp57-58 ribu per 5kg. Kemudian, minyak goreng subsidi (MinyaKita) di koperasi dijual Rp15.500, sedangkan pasar murah Rp14.700 per liter.
“Kalau selama masih ada operasi pasar murah, Koperasi Merah Putih bisa mati. Kami minta operasi pasar harus berhenti, disetop,”jelas Nanang.
3. Belum ada pinjaman modal dari pemerintah dan Bank Himbara untuk KKDMP

Dia menyampaikan, sebenarnya Koperasi Merah Putih bisa memberikan manfaat langsung kepada warga sekitar. Sebab koperasi ini bersentuhan langsung dengan masyarakat. Nanang memberi contoh, penjualan gas elpiji 5 kilogram katanya, menjadi kebutuhan sehari-hari warga sekitar.
"Dengan ada koperasi sebetulnya setiap RT/RW diberikan sekitar 20 tabung per minggu dan seluruh tabung gas diantarkan langsung ke masyarakat. Jadi mudah (jangkauan ke penerima manfaat) sebenarnya. Sekarang ini kami bertahan hanya dengan jualan gas," katanya.
Nanang mengaku, KKDMP Sukodadi Palembang berencana membuka klinik dan apotek ke depan. Sejauh ini sedang dalam proses penjajakan. Tetapi, apabila ketersediaan stok sembako yang tak memadai akibat persaingan dagang, Nanang mempertanyakan, apakah koperasi bisa bertahan lama?
Sejauh ini lanjut Nanang, tak hanya pasar murah yang jadi masalah. Persoalan modal utama pun jadi polemik. Dia mengaku, dana koperasi beras dari keuangan mandiri masyarakat sekitar dan belum ada bantuan dana langsung dari pemerintah.
Padahal pengelola KKDMP kata Nanang, pada awal launching koperasi sempat dijanjikan pinjaman modal hingga Rp3-5 miliar untuk mengembangka KKDMP. Tetapi sampai sekarang, modal tak kunjung diberikan.