Harga Emas Palembang Sumbang Inflasi September hingga 1,06 Persen

- Harga emas Palembang menyumbang inflasi Sumsel sebesar 1,06 persen menurut BPS Sumsel.
- Kenaikan harga emas terjadi secara global dan lokal, mencapai Rp2,2 juta per gram pada 30 September 2025.
- Masyarakat mulai membeli emas sebagai investasi, mempengaruhi tren tabungan dan dana pihak ketiga di Sumsel.
Palembang, IDN Times - Badan Pusat Statistik Sumatra Selatan (BPS Sumsel) melaporkan nilai inflasi September 2025 mencapai 3,44 persen. Berdasarkan angka itu, komoditas emas perhiasan dan batangan masih menyumbang harga paling tinggi.
"Periode September ini emas perhiasan menyumbang andil sebesar 1,06 persen terhadap inflasi Sumsel secara tahunan (year on year)," ujar Kepala BPS Sumsel Moh. Wahyu Yulianto, Rabu (1/10/2025).
1. Harga emas naik secara global

Sumbangsih nilai inflasi Sumsel dari harga emas terutama perhiasan, kata Wahyu, disebabkan karena harga emas tak hanya tinggi di Bumi Sriwijaya, melainkan lonjakan juga berlangsung secara global.
"Karena harga emas ini membubung tinggi dan global menyeluruh," katanya.
2. Masyarakat sadar bahwa emas adalah instrumen investasi jangka panjang

Pantauan IDN Times dari laman PT Logam Mulia Antam, harga emas pada 1 September 2025 tercatat di angka Rp1.978.000 per gram. Kemudian, harga itu terus meningkat hingga Rp2.198.000 per gram pada 29 September. Bahkan per 30 September 2025, harga emas batangan sentuh Rp2,2 juta per gram.
Namun kata Wahyu, walau harga emas mengalami kenaikan tingkat pembelian emas justru tetap tinggi. Kondisi tersebut sejalan dengan perubahan perilaku masyarakat yang mulai menjadikan emas sebagai instrumen investasi jangka pendek dan panjang.
"Sekarang masyarakat makin sadar. Mereka membeli emas bukan hanya untuk dipakai, tapi juga sebagai investasi," jelas dia.
3. Pergeseran tabungan di masyarakat dorong kenaikan harga emas

Sementara kata Pengamat Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri) Sukanto, kebiasaan membeli emas di tengah masyarakat pada tahun ini memang cenderung meningkat dan naik signifikan. Kondisi itu, menurutnya, dipengaruhi berbagai faktor. Salah satunya, kemungkinan perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya menabung dalam bentuk tunai menjadi bentuk emas.
"Kondisi ini juga (ada pergeseran tabungan emas) yang mungkin menjadi alternatif tren dana pihak ketiga di Sumsel tumbuh melambat," katanya.