Mengulas Aesan Paksangko Palembang, Warisan Budaya Takbenda 2025

- Aesan Paksangko Palembang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) 2025.
- Museum Sultan Mahmud Badaruddin II di Benteng Kuto Besak memperoleh sertifikat Standar Nasional Museum Tipe A.
- Aesan Paksangko merupakan busana adat Palembang yang melambangkan kebesaran dan keanggunan, dengan aksesori khas untuk pria dan wanita.
Palembang, IDN Times - Wali Kota Palembang Ratu Dewa mengumumkan bahwa Bumi Sriwijaya kini telah menambah deretan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) terbaru pada 2025. WBTb tersebut meliputi Aesan Paksangko, Rumah Rakit Palembang dan kuliner bubur suro yang kerap tersedia saat momen bulan Ramadan.
"Penetapan ini menjadi bukti nyata bahwa Palembang berkomitmen untuk terus menjaga dan menghidupkan warisan leluhur," ujar Dewa, Senin (21/10/2025).
1. Warisan Budaya Takbenda Palembang termasuk kuliner khas

Tak hanya mendapat label WBTb terhadap sejumlah budaya dan kuliner khas Palembang, Dewa juga mengumumkan dengan bangga bahwa keberadaan Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II yang terletak di dalam kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) sudah memperoleh sertifikat Standar Nasional sebagai Museum Tipe A.
"Sertifikasi ini menandakan pengelolaannya yang profesional dan berstandar nasional," kata dia saat menghadiri acara pameran perangko di BKB Palembang.
2. Kini baju pengantin adat Palembang tak hanya warna merah

Diketahui, budaya Aesan Paksongko merukan salah satu adat Palembang yang biasa dipakai pengantin. Aesan Paksongko melambangkan kebesaran dan keanggunan. Zaman dahulu, busana tradisional ini sering dijumpai dalam acara Munggah atau pernikahan, yang merupakan baju adat peninggalan kerajaan Sriwijaya. Seiring perkembangan waktu, pakaian adat tersebut mengalami modernisasi desain dan inovasi warna.
Sejarawan Palembang Vebri Al Lintani menyampaikan, Aesan Paksongko juga dilengkapi dengan berbagai aksesori di baju pengantin. Seperti jubah, kalung, bunga melati, teratai, selempang sawit, carkalimah, gelang kano, gelang gepeng, baju, rompi, celana, songket dada, kain songket dan saputangan wangsit berbentuk segitiga dikaitkan di jari tangan.
"Dominasi warnanya merah dilengkapi benang emas serta jubah bermotif bunga dan bintang emas. Tapi, sekarang baju pengantin tidak hanya merah dan banyak pilihan warna lain untuk mengikuti tren," kata dia.
3. Pakaian adat Palembang tampak mewah dengan songket sulam emas

Bicara soal keagungan Aesan Paksangko, pakaian adat tersebut memiliki gaya busana mewah. Aksesori Aesan Paksongko bagi pria biasanya menggunakan songket Lepus sulam emas, selempang songket, seluar atau celana, serta sebuah songkok emas yang digunakan di kepala.
"Sementara Aesan Paksangko bagi wanita memakai baju kurung merah dengan motif bintang emas dengan mahkota sebagai penutup kepala, teratai penutup dada, serta kain songket bersulam emas," jelasnya.
Kemudian bicara soal bentuk pakaian adat tersebu yang dominan bermotif teratai, bermakna bahwa laki-laki maupun perempuan mesti memiliki rasa kesabaran dan ketabahan hati dalam hal apapun. Sedangkan songket bermotif geometris abstrak murni berarti keramahan, ketertiban, dan saling menghormati sesama masyarakat Palembang.
"Pakaian ini bermotif hampir sama dengan songket, tetapi biasanya jenis kain dodot bermotif tumpal dengan garis zig-zag yang menyimbolkan kedua pengantin adalah makhluk sosial," kata dia.