Melihat Bubur Syuro di Palembang, Tradisi yang Ada Saat Ramadan

Tradisi Bubur Syuro ternyata sudah eksis ratusan tahun lalu

Tradisi masyarakat setiap daerah saat Ramadan menjadi pemandangan unik. Begitu juga suasana di halaman Masjid Al Mahmudiyah Suro. Keramaian masyarakat di sekitar Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, merupakan momen setiap tahun menjelang waktu berbuka puasa atau bisa disebut Tradisi Pembagian Bubur Syuro.

Ibu-ibu, remaja, bahkan anak-anak, datang memenuhi halaman masjid sembari membawa mangkuk, piring, dan kantong keresek kecil untuk wadah Bubur Syuro yang sudah dimasak oleh pengurus masjid sejak siang.

1. Dana memasak Bubur Syuro berasal dari sumbangan jemaah dan masyarakat

Melihat Bubur Syuro di Palembang, Tradisi yang Ada Saat RamadanMelihat Tradisi Bubur Syuro di Palembang, Cuma Ada Saat Ramadan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sekitar pukul 17.00 WIB, pengurus Masjid Al Mahmudiyah Suro Palembang yang telah memasak bubur, membagikannya kepada masyarakat untuk dinikmati sebagai menu berbuka puasa.

Menurut pembuat bubur, Mahmud, tradisi berbagi bubur sudah berlangsung ratusan tahun lalu. Biasanya, pengurus masjid selalu membuat bubur syuro untuk dibagikan kepada jemaah masjid dan warga jelang buka puasa.

"Dana pembuatan bubur dari sumbangan para jemaah dan selalu dibagikan hingga akhir Ramadan. Kalau awal Ramadan disiapkan 5 kilogram beras, tapi jelang akhir berkurang jadi 4 kilogram beras karena orang sudah bosan," kata dia, Kamis (7/4/2022).

Baca Juga: Ngabuburit Emak-emak di Palembang, Barang Bekas Jadi Harta Karun

2. Butuh waktu 3 jam membuat Bubur Syuro

Melihat Bubur Syuro di Palembang, Tradisi yang Ada Saat RamadanMelihat Tradisi Bubur Syuro di Palembang, Cuma Ada Saat Ramadan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Proses pembuatan bubur membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Sebelum memasak, pengurus masjid menyiapkan bahan seperti beras, daging cincang, dan rempah-rempah. Seluruh bahan diaduk rata dan dimasak di dalam dandang besar.

"Satu dandang ini bisa lebih dari 100 porsi. Biasanya akan dibagi kepada warga dan jemaah masjid untuk berbuka," timpalnya.

Bubur Syuro berwarna coklat bercita rasa gurih dan manis. Wajar saja semua kalangan menyukai bubur tersebut. Campuran bubur berasal dari potongan daging dan kentang yang diaduk bersama beras.

"Sebenarnya tidak perlu dicampur dengan makanan lain, karena bubur ini sudah diberi bumbu dan cukup mengenyangkan setelah seharian puasa," jelas dia.

3. Masyarakat sekitar tak pernah bosan menyantap Bubur Syuro

Melihat Bubur Syuro di Palembang, Tradisi yang Ada Saat RamadanMelihat Tradisi Bubur Syuro di Palembang, Cuma Ada Saat Ramadan (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Seorang penikmat Bubur Syuro, Indah mengakui, ia selalu datang sore hari menjelang berbuka puasa selama Ramadan untuk ikut mengantre bubur Syuro. Ia biasanya menyiapkan dua mangkuk kecil untuk dibawa ke rumah.

"Satunya buat adik karena rasanya enak. Adik saya juga suka memakan bubur ini," ungkapnya.

Meski tiap hari menyantap Bubur Syuro, Indah menyebut tidak pernah bosan dengan rasanya. Sebab Bubur Syuro cepat membuat perut kenyang setelah seharian puasa.

"Biasa makan pas buka puasa, setelah itu baru salat. Nanti sudah Tarawih baru makan nasi," tandas dia.

Baca Juga: Tradisi 10 Muharam di Palembang, Berbagi Bubur Suro untuk Anak Yatim

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya