5 Fakta dan Sejarah Kabupaten Ogan Komering Ilir

Palembang, IDN Times - Generasi millennial di Sumatra Selatan (Sumsel) sudah seharusnya mengenal berbagai sejarah daerah di Bumi Sriwijaya, termasuk sejarah Ogan Komering Ilir (OKI) yang memiliki kaitan sejarah dengan Ogan Ilir (OI).
Mengetahui sejarah berarti turut serta dalam mengingat jasa pahlawan dan wujud kecintaan diri terhadap negara. Berikut sejarah terkait dengan Kabupaten OKI, Sumsel.
1. OKI menjadi wilayah penyanggah Palembang sejak zaman Belanda

Sejarah OKI dimulai dari era penjajahan Belanda. Kabupaten ini termasuk ke dalam wilayah Keresidenan di Sumsel, dan Sub Karesidenan di Palembang. Afdeling atau Sub Keresidenan ini kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan wilayah.
Seperti wilayah onder afdeling Komering Ilir serta onder afdeling Ogan Ilir. Saat era kemerdekaan, wilayah ini termasuk ke dalam Keresidenan Palembang yang telah mencakup 26 marga.
Kemudian pada saat memasuki Orde Baru, wilayah OKI ini kembali dipecah menjadi 12 kecamatan defensif serta enam Kecamatan perwakilan. Dalam perjalanannya, wilayah ini dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu OKI serta OI.
Setelah mengalami pemekaran, wilayah tersebut berhasil mempunyai 12 kecamatan yang di antaranya meliputi 272 desa dan 11 kelurahan.
2. Pemecahan wilayah OKI dan OI pasca reformasi

Asal usul penamaan Ogan Ilir terjadi pasca reformasi. Jika sebelumnya Ogan Ilir berada dalam satu kesatuan wilayah dengan OKI, kemudian OI akhirnya memisahkan diri. Kedua wilayah memiliki hubungan erat sebelum masa kemerdekaan.
Sebutan OI ini dikaitkan dengan keberadaan wilayah yang terletak di hilir Sungai Ogan. Sungai tersebut merupakan salah satu sungai di antara sembilan sungai lain yang ada di Sumsel.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, nama Ogan Ilir menjadi Zona Ekonomi Afdeling yang merupakan daerah perkebunan pada masa itu. Hingga pada Januari tahun 1939, wilayah ini resmi dibentuk dan dipimpin oleh A.V. Peggemier yang menjalankan tugasnya di Tanjung Raja.
3. Sosial budaya masyarakat OKI hasil percampuran banyak suku

Kabupaten OKI mempunyai banyak sekali suku bangsa, baik itu suku asli maupun suku yang dibawa oleh pendatang. Suku-suku tersebut di antaranya yaitu Suku Melayu, Bali, dan Komering.
Selain itu, daerah ini juga dilengkapi dengan berbagai bahasa yang beragam. Mulai dari bahasa Bali, Bugis, Sunda atau bahkan bahasa Madura. Semua bahasa tersebut, menjadi salah satu bahasa sehari-hari di daerah tertentu.
Sehingga sudah tidak heran lagi jika di setiap desa tersebut menganut bahasa yang beragam sebagai alat komunikasi sehari-hari.
4. Luas wilayah OKI dan kepadatan penduduk

Berdasarkan segi demografinya, jumlah penduduk OKI mampu mencapai 727.376 jiwa. Setiap tahunnya, kawasan ini selalu mengalami pertumbuhan jumlah penduduk hingga 2.01 persen.
Selain itu, tingkat kepadatan yang ada di kawasan tersebut bisa mencapai sekitar 69 jiwa per kilometer persegi.
5. Warisan budaya daerah di OKI

Sejarah OKI juga bisa dilihat dari warisan budaya daerah yang dimilikinya. Daerah ini memiliki banyak sekali warisan yang ditinggalkan oleh nenek moyang zaman dahulu. Misalnya dengan tradisi arak-arakan yang biasa diiringi dengan alunan musik tradisional. Kegiatan tersebut biasa dikenal dengan sebutan Midang.
Tradisi ini diadakan khusus untuk menyambut kedatangan wisata lokal maupun mancanegara yang menjadi salah satu agenda nasional.
Demikian penjelasan singkat terkait sejarah Ogan Komering Ilir yang wajib untuk diketahui. Mengingat serta melestarikan sejarah yang ada sekarang ini, menjadi salah satu bentuk dari menghargai perjuangan pendahulu. Setuju?