10 Wilayah di Sumsel Terancam Kekeringan Jelang Musim Kemarau

BMKG sebut kemarau tahun ini lebih kering dari sebelumnya

Palembang, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sumatra Selatan (BMKG Sumsel) melaporkan beberapa daerah diprediksi mengalami kekeringan. Musim kemarau kali ini diprakirakan lebih kering ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Wilayah Sumsel yang diperkirakan akan mengalami kekeringan yakni Musi Banyuasin, Banyuasin, Palembang, Muara Enim, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu Timur, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, dan Lubuk Linggau.

Sedangkan daerah lain masih diguyur hujan dalam curah yang rendah. Beberapa wilayah tersebut, antara lain, Empat Lawang, Pagar Alam, Lahat, Muara Enim, Ogan Komering Ulu, dan Ogan Komering Ulu Selatan.

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Suhu di Palembang Panas dan Menyengat

1. Puncak musim kemarau pada Juli hingga Agustus 2023

10 Wilayah di Sumsel Terancam Kekeringan Jelang Musim KemarauIlustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Kepala BMKG Sumsel, Wandayantolis mengatakan, awal musim kemarau diprediksi berlangsung pada Mei hingga Juni 2023. Curah hujan masih terjadi secara sporadis dengan tren menurun, sebagaimana pola menuju puncak musim kemarau pada Juli hingga Agustus 2023.

"Sampai pertengahan Mei 2023, tren curah hujan terlihat menurun meski masih terdapat 1 hari hujan tidak merata di antara 2-3 hari tanpa hujan," ujarnya, Rabu (31/5/2023).

Baca Juga: 10 Cara Meredakan Gejala Pilek, Waspada Saat Cuaca Ekstrem

2. Suhu muka laut masih tinggi

10 Wilayah di Sumsel Terancam Kekeringan Jelang Musim KemarauUnsplash/Mixey

Suhu udara yang tinggi secara umum merupakan pola normal. Puncak suhu pertama terjadi sekitar Mei 2023, berkaitan dengan pelepasan energi panas dari laut dan daratan setelah gerak semu tahunan matahari melewati Sumsel ke bumi bagian utara.

"Terdapat beberapa kali suhu maksimum mencapai batas ekstrem. Didorong juga oleh suhu muka laut yang masih tinggi, dan memang ada indikasi perubahan iklim," jelasnya.

Wandayantolis menambahkan, hujan deras yang datang secara tiba-tiba merupakan kondisi umum saat transisi hasil interaksi sistem konvektif, berupa adanya pemanasan pada siang hari dengan kelembapan yang tinggi.

Interaksi sistem konvektif itu mendorong terbentuknya awan-awan konvektif yang menjulang tinggi seperti kumulonimbus. Hujan yang terjadi cukup deras namun dengan durasi singkat.

"Kondisi curah hujan saat kemarau cenderung sama dengan biasanya. Kondisi 2023 diprakirakan akan sama dengan keadaan pada 2018," ungkapnya.

3. ENSO berada dalam periode netral

10 Wilayah di Sumsel Terancam Kekeringan Jelang Musim KemarauIDN Times/Candra Irawan

Faktor utama pengendali iklim yaitu ENSO berada dalam periode netral, bukan La Nina dan bukan El Nino. Prediksi BMKG juga terdapat potensi El Nino secara globat setelah Juni 2023.

"Dengan ENSO netral, maka kondisi cuaca dan iklim akan dipengaruhi oleh faktor lain yang lebih dominan, seperti suhu permukaan laut dan arah angin monsun," tutupnya.

Baca Juga: Pemkot Sebut Banjir di Palembang Akibat Kesalahan Masyarakat

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya