Palembang Menarget 160 Hektar Kawasan Kumuh Tuntas Direvitalisasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times - Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang menjanjikan ratusan hektar kawasan kumuh akan direvitalisasi dan dibenahi hingga akhir 2023. Rencana tersebut masuk dalam Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Palembang.
"Tahun ini ada 160 hektar akan dibenahi," ujar Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (Disperkimtan) Palembang, Affan Prapanca Mahali, Senin (21/8/2023).
Baca Juga: Pemkot Klaim Kawasan Kumuh di Palembang Berkurang 1.092 Hektar
1. Masih ada 900 hektar kawasan kumuh di Palembang
Pemkot mengklaim Program Kotaku yang sudah berjalan sejak 2015 menunjukkan hasil signifikan, dan membantu mengurangi daerah kurang layak huni di Palembang. Apalagi kawasan kumuh sebelumnya mencapai 2.500 hektar.
"Tersisa 900 hektar lagi kawasan kumuh di Palembang. Program Kotaku yang kita lakukan bisa dibilang berhasil karena sudah lebih dari setengah kawasan dibenahi," kata dia.
Baca Juga: Pemkot Palembang Janjikan 57 Kawasan Kumuh Disulap Menjadi Layak Huni
2. Pemkot mengklaim berhasil mengatasi 1.500 hektar kawasan kumuh
Keberhasilan Pemkot Palembang menurunkan kawasan kumuh lewat Program Kotaku, tak terlepas dari dari dukungan dan kolaborasi semua pihak, termasuk bantuan Pemprov Sumsel dan masyarakat secara swadaya. Begitu juga bantuan instansi non pemerintah serta dorongan dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
"Sejak 2015, Program Kotaku menurunkan kawasan kumuh sekitar 1.500 hektar," timpalnya.
3. Revitalisasi kawasan kumuh di perbatasan kecamatan
Target terdekat tahun ini, Disperkimtan Palembang akan mengejar Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2 persen luasan pada 2023, dengan pembenahan kawasan kumuh yang tersebar di 57 kelurahan.
"Pembenahan akan kita lakukan di kawasan Seberang Ulu, Sungai Musi, dan kecamatan di perbatasan seperti Sematang Borang hingga Gandus," jelas dia.
Baca Juga: Pemkot Palembang Siapkan Rp19,6 Miliar Menata Sekanak sebagai Wisata