Branding SMA Taruna Indonesia sebagai Sekolah Semi Militer Disoal

Palembang, IDN Times - Komisi Perempuan dan Anak Indonesia (KPAI) RI mempertanyakan SMA Taruna Indonesia yang di branding sebagai sekolah semi militer. Karena serapan lulusan sekolah itu yang diterima di Akademi Militer (Akmil) atau Akademi Polisi (Akpol) tidak ada sama sekali.
"Ya kita pertanyakan branding sebagai sekolah semi militer. Saya datang dan minta ke pihak sekolah berapa serapan yang diterima di akmil atau akpol. Ternyata tidak ada untuk tahun lalu, hanya diterima secaba saja. Padahal pendaftarnya banyak dari kabupaten, bahkan provinsi lain," tegas Komisioner KPAI RI, Retno Listyarti, saat melihat langsung kondisi SMA Taruna Indonesa, Rabu (17/7).
1. KPAI Rekomendasikan ke Kemendikbud, perlu ada evaluasi sekolah berbasis militer
Retno menerangkan, pihaknya juga menemukan fakta kondisi sekolah yang tidak layak untuk ukuran sekolah asrama. Tidak ada cahaya yang memadai di setiap ruangan, sehingga menyebabkan lingkungan sekolah memprihatinkan.
"Saya cek sekolah, lalu ke asrama, tempat makan. Di sana tidak ada jendela jadi cahaya tidak ada sama sekali. Pengawasan kurang juga dari Disdik, sehingga sekolah ini tidak memadai untuk menjadi sekolah asrama. Kamar untuk siswa juga tidak layak, 1 ruangan. Ada 20 orang sampai 25 orang," jelas dia.
Retno menyarankan, perlu ada yayasan untuk mengaudit tidak hanya soal kelayakan sekolah, tetapi tentang keuangan sekolah semi militer itu. Karena orang tua siswa mengeluarkan uang tidak sedikit untuk membayar biaya masuk ke sekolah ini.
"Untuk pendaftaran dikenakan biaya Rp22 juta. Tiap semester dibebankan Rp3 juta. Perbulan Rp1,5 juta. Saya juga akan rekomendasikan hasil pengecekan ini ke Kemendikbud. Perlu upaya evaluasi terkait sekolah-sekolah berbasis semi militer," jelas dia.