Sumsel Deflasi 0,35 Persen Mei 2025, Untung atau Rugi Perekonomian Daerah?

- Cabai dan bawang memengaruhi kondisi deflasi di Sumsel
- Deflasi bisa jadi tanda positif dan negatif ekonomi di suatu daerah
- Deflasi yang menerus dapat menyebabkan ekonomi daerah stagnan
Palembang, IDN Times - Badan Pusat Stastik Sumatra Selatan (BPS Sumsel) melaporkan adanya kondisi penurunan harga sejumlah komoditas di pasaran. Periode itu pun menyebabkan Sumsel deflasi tipis di angka 0,35 persen pada Mei 2025.
"Secara tahunan (yoy), Sumsel mengalami deflasi (penurunan harga) lebih rendah dari inflasi (kenaikan harga) pada Mei 2024," kata Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto dalam keterangan rilis yang diterima, Minggu (8/6/2025).
1. Cabai dan bawang memengaruhi kondisi deflasi di Sumsel

Komoditas penyumbang terbesar terhadap deflasi Sumsel Mei 2025, jelas Wahyu, dipengaruhi adanya penurunan harga cabai merah, bawang merah, bawang putih, emas perhiasan dan cabai rawit di pasaran.
"Komoditas tersebut banyak dikonsumsi masyarakat dan kemudian kecenderungannya mengalami penurunan harga," jelas dia.
2. Deflasi bisa jadi tanda positif dan negatif ekonomi di suatu daerah

Kondisi harga komoditas menurun atau deflasi di suatu wilayah, bisa menandakan keadaan perekonomian daerah positif dan negatif. Namun secara nilai keuangan, deflasi pada satu kabupaten/kota atau provinsi itu bisa jadi nilai ukur roda perekonomian. Apakah di situasi untung atau merugi.
Biasanya, penyebab suatu wilayah mengalami deflasi karena permintaan barang dan jasa yang menurun meski produksinya tetap tinggi atau berkontribusi terhadap suatu kondisi. Secara umum, penurunan harga dapat terasa menguntungkan bagi konsumen, tetapi dalam jangka panjang deflasi dapat membawa dampak bagi perekonomian secara keseluruhan.
3. Deflasi yang menerus dapat menyebabkan ekonomi daerah stagnan

Deflasi yang terus terjadi jelas Wahyu, bisa berdampak pada stagnasi ekonomi, pengangguran, dan beban utang suatu wilayah. Apalagi dalam level makroekonomi, deflasi yang kerap berlangsung menandakan adanya masalah serius dalam perekonomian suatu kabupaten/kota atau provinsi.
"Deflasi bisa membuat menurunnya permintaan dan investasi," kata dia.
Akibatnya, para pelaku bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berpotensi gulung tikar untuk waktu singkat. Karena, pengusaha membutuhkan biaya lebih untuk menutupi operasional bisnisnya akibat pemasukan bisnis makin berkurang.
4. Deflasi bisa menyebabkan investasi tarik modal dan adanya gelombang PHK

Apabila deflasi terus berlanjut tanpa langkah mitigasi, lanjut Wahyu, maka bukan tidak mungkin jika angka pengangguran di Indonesia kembali naik dan meningkat signifikan. Kemudian bisa saja terjadi lagi, gelombang PHK besar-besaran di semua sektor.
Kerugian lain deflasi katanya, seperti pemilik usaha berpotensi sulit membayarkan cicilan dan timbul situasi cicilan kredit macet. Kemudian memicu investor menarik kembali modal, saat melihat aktivitas jual beli bisnis merosot dan melandai terus menerus.
"Pendapatan negara pun menurun karena pajak yang dibebankan kepada pengusaha atau masyarakat juga menurun. Akibatnya, aktivitas perekonomian negara mengalami resesi," jelasnya.