NTP Naik Tipis, Petani Sumsel Berpotensi Lebih Sejahtera?

- NTP Sumsel naik 1,40% pada Agustus 2025, setelah dua bulan penurunan.
- Indeks harga yang diterima petani naik 1,59%, biaya yang dibayar petani juga naik tipis sebesar 0,18%.
- Tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan mengalami kenaikan di atas satu persen, sementara subsektor peternakan dan perikanan menurun.
Palembang, IDN Times - Petani Sumatra Selatan (Sumsel) berpotensi lebih sejahtera jika Nilai Tukar Petani (NTP) terus melonjak. Diketahui, NTP sempat merosot dalam dua bulan terakhir.
"Perbaikan NTP di bulan Agustus bisa mendorong biaya yang dibayar ke petani juga naik," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Moh. Wahyu Yulianto, Senin (9/9/2025).
1. NTP Sumsel naik 1,40 persen

Berdasarkan data BPS Sumsel pada Agustus 2025, NTP tercatat sebesar 122,19 atau naik 1,40 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
"Kenaikan ini cukup melegakan karena pada dua bulan sebelumnya NTP Sumsel mengalami penurunan," kata dia.
Apalagi dari data Juni tahun ini, NTP turun 122,38 dari angka bulan Mei yang masih 125,01. Kemudian pada Juli, NTP merosot lagi senilai 120,50.
2. Petani menerima pembayaran lebih tinggi pada Agustus

Wahyu menyampaikan, kenaikan NTP pada bulan kemerdekaan kemarin, dipengaruhi kenaikan harga yang diterima petani. Indeks harga yang diterima petani tercatat naik 1,59 persen menjadi 155,86.
"Kemudian biaya yang dibayar petani juga ikut naik meski tipis, sebesar 0,18 persen jadi 127,55," ujarnya
Dia merinci, dari sisi subsektor, ada tiga komoditas yang mencatatkan kinerja positif. Yakni tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Masing-masing komoditas itu mengalami kenaikan di atas satu persen.
3. Komoditas BBM dan pupuk mengalami penurunan NTP

Sementara lanjut Wahyu, untuk, subsektor peternakan dan perikanan justru menurun. Yakni dari sisi perikanan tangkap turun 0,35 persen dan sektor budidaya turun lebih dalam 1,39 persen.
Kemudian, berdasarkan komoditas, harga jual yang naik antara lain karet, kopi, kelapa sawit, gabah, dan jagung. Lalu, untuk kebutuhan rumah tangga, beberapa barang yang mengalami kenaikan harga tinggi adalah bawang, beras dan tahu mentah.
"Termasuk ketimun dan untuk biaya produksi serta penambahan modal, sebagian komoditas seperti bensin, rumput segar dan pupuk urea malah turun meski dalam persentase yang kecil," jelasnya.