Laki-laki Butuh Solusi, Meski Diam jadi Strategi Ampun Bertahan

- Kebanyakan laki-laki memilih diam sebagai strategi bertahan menghadapi masalah kehidupan, terutama soal ekonomi.
- Meski finansial belum stabil, laki-laki tetap berusaha bertahan dan mencari peluang mendapatkan uang tambahan.
- Laki-laki juga butuh dukungan dan empati dalam menghadapi masalah, namun tidak selalu ingin mendengar nasihat atau solusi.
Palembang, IDN Times - Memilih sengaja ke luar rumah dengan alasan 'ada pekerjaan yang harus diatasi' jadi cara terbaik David menahan emosi kala hati dan perasaan sedang berantakan. "Bukan hati aku ini baja," kata dia saat berbincang dengan IDN Times melalui pesan WhatsApp. Sengaja memang, IDN Times bertanya kepada David soal bagaimana caranya mengatasi masalah kehidupan saat situasi tak kondusif. Dia bercerita hampir lima tahun menjalani rumah tangga, masalah paling sering bergejolak adalah perihal ekonomi.
"Kalau pas nikah, duit inilah jadi masalah," tulisnya di kolom pesan.
1. Laki-laki ingin memanfaatkan peluang jika ada kesempatan

Meski finansial belum stabil, dirinya selalu berusaha bertahan. Kuat dalam dinding tebal dan keyakinan 'aku pasti bisa menafkahi dengan cukup'. David mengaku, terkadang diam adalah strategi terbaiknya menahan beban di pundak. Walau memang katanya, terkadang sulit dan tak mampu memendam sendiri.
"Diamnya cowok bukan beneran mantep, tapi diam sambil mikir bagaimana, harus ngapoi? Terusik pikiran. Kadang sambil minum kopi, merokok sendiri; selalu mikir sanggup tidak melanjutkan hidup," ungkap dia.
Jika ada momen dan kesempatan jelasnya, tentu dia ingin memanfaatkan peluang dengan baik. Terutama soal bagaimana bisa mendapatkan uang tambahan. David sehari-hari bekerja sebagai fotografer sembari mengajar olahraga di salah satu SD Negeri Palembang.
"Kalau ada lokak (peluang kerja) lain, mau juga aku," jelasnya.
David menyampaikan, selama ia menyimpan banyak pikiran di kepala. Terkadang hanya butuh ruang sendiri tanpa gangguan. Ia menyebut, sangat jarang bercerita dengan orang lain. Sebab katanya, pernah kejadian cerita, tetapi berujung kena mental.
"Awak lanang lemah (ngomong aja pria lemah). Pernah dibilang seperti itu, jadi males cerita-cerita. Paling sekarang, ya ke istri ceritanya. Tapi kadang gak mau juga cerita (ke istri) nanti dia malah jadi beban lagi sudah urus anak. Paling ya diskusi saja," kata dia.
2. Beberapa laki-laki memilih menyendiri menyelesaikan masalah

Sebelum membangun bahtera rumah tangga, lanjut David, masalah yang sering terjadi soal keresahan tak kunjung menikah atau mendapatkan pekerjaan, padahal sudah usia dewasa. Menurutnya, ketika masih status single, kebisingan mulut keluarga yang menyakitkan jadi masalah yang terkadang tak terselesaikan.
"Kalau dulu (sebelum nikah), banyak ocehan dari keluarga yang bikin males. Padahal (mereka) juga tidak ngasih solusi. Kita kan kalau ada masalah butuhnya solusi, bukan ceramah atau omelan," jelas dia.
Makanya, kata David, ia lebih sering menyendiri untuk menenangkan pikiran. Terkadang lanjutnya, waktu untuk duduk tanpa harus mengejarkan apa-apa adalah hal yang paling berkesan. Namun, ujarnya, penting juga untuk tetap bergaul dengan sekitar agar tidak mengalami gangguan mental hingga stres.
3. Laki-laki juga butuh empati saat lelah

Sementara kata Ricky, salah satu pengawas perkebunan di perusahaan kehutanan Ogan Komering Ilir (OKI), ketika memiliki banyak masalah. Dia hanya bisa bersikap sok kuat. Karena ungkapnya, bingung ingin menyampaikan keluh kesah ke siapa.
"Sama kawan mending bercanda, main futsal atau war Mobile Legends," ujar dia.
Kemudian lanjut Ricky, kalau cerita sama Ibu, dirinya merasa kasihan dan takut ibu merasa sedih.
"Ibu sudah berjuang tanpa suami buat mengurus saya. Sedih kalau ibu tahu, saya lagi bermasalah," ungkapnya.
Sebenarnya, lanjut dia, ketika lelah menghampiri, bukan motivasi yang dicari, melainkan empati.
"Kalimat kayak, kamu udah usaha maksimal, udah kalau ada apa-apa ngomong aja," kata Ricky. Namun menurut dia, tak semua orang paham bahwa pria juga butuh dihibur dengan cara yang tenang, bukan diatur.
4. Laki-laki juga manusia yang bisa mengeluh

Ricky mengaku, saat hatinya sedang kacau, dia tidak butuh banyak nasihat. Dia hanya ingin duduk bareng teman-teman atau bermain bersama anak. Ia juga menyebut, sekedar jalan sore sama anak istri sudah bikin lega. Meskipun tidak beli apa-apa.
"Yang jelas cari cara biar otak fresh. Kadang pengen mengeluh ke semua orang atau berteriak kencang: 'Aku juga capek. Aku bukan orang yang selalu kuat'," kata Ricky.
Kalimat itu, menurutnya, jadi hal yang melegakan meski untuk sebagian orang terdengar biasa. Ia menyebut, sepertinya menjadi pria harus bisa menahan semua sendiri. Keresahan, ketakutan dan kekecewaan hingga akhirnya gagal selalu ia sembunyikan dengan rapat.
"Kadang lemah juga, rasa capek manusiawi. Walaupun cowok, emang gak boleh nangis?," jelas dia.
Apapun gendernya, kata Ricky, siapa pun orangnya, semua berhak mendapatkan kesempatan sama. Merata untuk didengarkan dan ditenangkan kala hati berantakan dalam tekanan. Dia mengaku, laki-laki juga butuh dukungan dan jangan selalu dianggap kuat.