Sejarah Palembang Kota Tertua di Indonesia dan Asal Usul Keberadaannya

Palembang, IDN Times - Palembang merupakan kota tertua di Indonesia dan dikelilingi wilayah perairan. Ibu kota Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) ini berada pada astronomis antara 2°52’ - 3°5’ Lintang Selatan dan 104°37’ - 104°52’ Bujur Timur.
Terkenal dengan kuliner khas Pempek, Palembang memiliki luas 400,61 kilometer persegi yang terbagi 18 kecamatan dan 107 kelurahan. Dinobatkan sebagai kota tertua Tanah Air, sebenarnya bagaimana sejarah dan asal usul Kota Palembang lahir? Berikut ulasan IDN Times dari berbagai sumber terkait sejarah Palembang. Simak yuk!
1. Tanggal kelahiran Kota Palembang kerap jadi perdebatan

Hari lahir Palembang berdasarkan keberadaan Prasasti Kedukan Bukit berdiri pada 16 Juni 682 Masehi. Namun seiring waktu, hari lahir Palembang sering dirayakan pada 17 Juni. Persoalan ini kerap menjadi perdebatan, tanggal berapa sebenarnya Palembang berdiri.
Secara sejarah kelahiran Palembang memang tercatat pada 16 Juni, tetapi yang perlu ditekankan dan dipahami adalah sejumlah tokoh masyarakat dan wali kota terdahulu telah menyepakati bahwa hari lahir Palembang akhirnya ditetapkan tanggal 17 Juni.
2. Prasasti Kedukan Bukit Palembang bukti peradaban Kerajaan Sriwijaya

Keberadaan Prasasti Kedukan Bukit menjadi tanda konkret Kerajaan Sriwijaya berkembang di kota tertua Indonesia. Prasasti Kedukan Bukit adalah sumber sejarah peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Kelahiran Palembang yang tak terlepas dari keberadaan Prasasti Kedukan Bukit dibuktikan dalam tulisan aksara yang tertulis di atas batu besar.
"Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua (wilayah pemukiman) di daerah yang sekarang dikenal Kota Palembang," tulisan dalam replika situs Prasasti Kedukan Bukit, yang dilihat IDN Times secara langsung saat berkunjung ke Kantor Wali Kota Palembang yang dikenal dengan Kantor Leding di Jalan Merdeka.
3. Palembang masa Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Darussalam mengembangkan morfologi pemukiman

Kota Palembang yang dikelilingi wilayah perairan secara topografi berada pada dataran lahan rawa dan sungai. Pada masa kepemimpinan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Darussalam, wilayah ini dikembangkan secara morfologi pemukiman. Yakni pengelompokan Kawasan tepi Sungai Musi dan dataran kering daerah Seberang Ilir.
Berdasarkan letak geografis, Palembang tepat berada di bawah garis Khatulistiwa dengan wilayah yang membatasi meliputi sebelah utara, timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim dan Ogan Ilir.
4. Kota Palembang berasal dari bahasa Melayu

Merujuk situs resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, pada masa lampau Palembang hampir 50 persen tanahnya tergenang air. Sehingga nenek moyang masyarakat Palembang menamakan kota ini sebagai Pa-lembang.
Penamaan Palembang berasal dari bahasa Melayu, yakni Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan. Sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air.
Sedangkan dalam bahasa Melayu-Palembang, lembang atau lembeng yakni genangan air. Sehingga bisa disimpulkan Palembang adalah suatu tempat yang dahulu digenangi oleh air.
Palembang pernah menjadi ibu kota Sriwijaya, kerajaan Melayu yang memerintah sebagian dari Nusantara bagian barat dan menguasai rute perdagangan maritim, khususnya di Selat Malaka.
Palembang digabungkan ke dalam Hindia Belanda pada tahun 1825 setelah penghapusan Kesultanan Palembang. Palembang diberi status sebagai kota pada 1 April 1906 pada zaman Hindia Belanda.
Palembang mempunyai sejumlah nama istilah, yakni Bumi Sriwijaya, Kota Pempek, Batanghari Sembilan dan Palembang BARI (Bersih Rapi Aman dan Indah).
5. Palembang lebih sering disebut Bumi Sriwijaya

Istilah Bumi Sriwijaya di Palembang Paling sering disebut karena pengaruh sejarah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya didirikan Dapuntahyang Sri Jayanasa pada abad ke-7.
Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar pada masanya yang mempunyai efek besar di wilayah Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijaya meninggalkan 18 situs bersejarah di Palembang dan empat situs itu berdiri pada abad ke-7 sampai ke-8 masehi. Situs tersebut meliputi Situs Tanjung Rawa, Candi Angsoka, Prasasti Kedukan Bukit, dan Situs Kolam Pinisi.
Kemudian Prasasti Telaga Batu juga merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan di Kolam Telaga Biru, di Kecamatan Ilir Timur.
Alasan lain mengapa Kota Palembang disebut Bumi Sriwijaya karena Kerajaan Sriwijaya selain meninggalkan situs bersejarah, juga meninggalkan jejak budaya. Salah satu budaya Kerajaan Sriwijaya adalah Tari Gending Sriwijaya.
Julukan Bumi Sriwijaya juga dipengaruhi Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar dan kala itu menjadi pusat Kerajaan agama Buddha di Asia Tenggara. Pada zamannya, Sriwijaya memiliki angkatan laut yang sangat kuat untuk memertahankan daerah kekuasaan. Oleh sebab itu mereka mampu menguasai sebagian besar jalur perdagangan laut.
Bahkan Palembang mendapat predikat sebagai kota tertua di Indonesia berdasarkan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, ditemukan di sekitar tepian sungai Batang yang dikenal sebagai Prasasti Kedukan Bukit.