Panic Buying Salah Satu Faktor Pemicu Kelangkaan Migor di Sumsel

Palembang, IDN Times - Dinas Perdagangan Sumatra Selatan (Disdag Sumsel) menilai kelangkaan minyak goreng (migor), salah satunya terjadi karena panic buying atau beli panik masyarakat. Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat berbondong-bondong untuk membeli migor sebagai persediaan.
"Untuk mengatasi kelangkaan, salah satu faktornya panic buying, pemerintah telah melakukan operasi pasar. Tercatat sudah ada 100.000 liter yang dijual pada operasi pasar," ungkap Kepala Disdag Sumsel, Ahmad Rizali, Senin (7/3/2022).
1. Produksi tak sesuai kebutuhan masyarakat
Rizali menjelaskan, pihaknya memastikan stok persediaan baru bisa pulih paling cepat akhir Maret mendatang. Dari total produksi migor di Sumsel yang mencapai 10 juta liter per bulan, dianggap belum memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 15 juta liter per bulan.
"Namun saya memprediksi tidak ada lagi harga minyak lama yang masih beredar," beber dia.
Baca Juga: Antrean Minyak Goreng Membeludak, Polisi Bubarkan Kerumunan
2. Asosiasi pedagang berharap pemerintah berikan solusi pasti
Sekretaris Umum Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia Sumsel, Irwansyah Musry menilai, kelangkaan migor di pasar juga disebabkan pedagang yang sulit mendapatkan stok barang dari distributor. Jika pun ada stok, pedagang harus membayar mahal. Tak ayal mereka juga harus menaikkan harga jual untuk masyarakat.
"Entah apa karena produksinya terbatas atau ada penyebab lain," jelas dia.
Irwansyah berharap, ada solusi yang ditawarkan pemerintah untuk menjamin ketersediaan barang. Menurutnya jika migor dapat dicari dengan mudah pedagang pun enggan menaikan harga.
"Kita berharap pemerintah punya solusi agar pedagang dapat stok langsung. Jangan sampai kelangkaan ini mengakibatkan ada pihak yang dirugikan," jelas dia.
Baca Juga: Tipe Pedagang Ini Diutamakan Terima Minyak Goreng Murah di Ogan Ilir
3. Pedagang mengaku dibatasi empat liter per hari
Hal senada disampaikan Rizki (30), salah satu pedagang di kawasan Mata Merah Palembang. Agar mendapat migor dari pihak distributor yang sangat terbatas, dirinya mengaku hanya mendapat 4 liter migor per hari.
"Migor sulit karena ketersediaan barangnya terbatas. Pedagang hanya dibatasi 4 liter per hari," ujar dia.
Untuk memenuhi kebutuhan toko, Rizki terpaksa harus bolak balik ke distributor untuk membeli migor. Dirinya mengaku jika migor adalah salah satu barang paling dicari pembeli dalam beberapa waktu terakhir.
"Sempat tidak jual karena langka. Kalau pun ada, kita terpaksa jual dengan harga yang lebih tinggi," tutup dia.
Baca Juga: Penetapan HET Minyak Goreng Pemerintah Memicu Penurunan Harga