Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pemanfaatan nanas sebagai panganan lokal di SMKN 1 Belida Darat (Dok: SMKN 1 Belida Darat)

Intinya sih...

  • SMKN 1 Belida Darat mengembangkan kurikulum pangan lokal dengan memanfaatkan buah nanas sebagai bahan pangan bernilai ekonomis.
  • Siswa diajarkan menanam, mengolah, dan memanfaatkan limbah nanas untuk berbagai produk olahan dengan nilai jual yang lebih tinggi.
  • Kurikulum ini menjadi tantangan dalam menghadapi perubahan iklim dan dirancang untuk menggali potensi pangan lokal di Sumsel.

Muara Enim, IDN Times - Kurikulum muatan lokal (Mulok) Pangan Lokal menjadi salah satu bahan ajar baru yang akan diuji coba dalam dunia pendidikan di Sumsel. Mengawali kurikulum tersebut, salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Belida Darat yang berada di Kabupaten Muara Enim, ternyata telah lebih dulu mengajarkan hal itu di sekolah.

SMKN 1 Belida Darat memanfaatkan kekayaan pangan lokal dari buah nanas yang berlimpah di wilayahnya. Bahkan sekolah itu, melakukan penanaman nanas di lahan seluas tiga hektare untuk dimanfaatkan sekolah menjadi bahan pangan bernilai ekonomis.

"Di kurikulum nanas ini, kami mengajarkan cara menanam, pengolahan hingga pemasaran. Sehingga buah nanas bisa bernilai rupiah yang tinggi," ungkap Wakil Kepala SMKN 1 Belida Darat, Jakpar, Jumat (24/1/2025).

1. SMKN 1 Belida Darat manfaatkan 3 Ha lahan untuk tanam nanas

Pemanfaatan nanas sebagai panganan lokal di SMKN 1 Belida Darat (Dok: SMKN 1 Belida Darat)

Jakpar menerangkan, buah nanas yang ditanam di sekolah biasanya dipanen oleh siswa dan guru. Buah nanas tersebut dihargai Rp3.000-Rp3.500 per buah. Namun, olahan nanas yang dilakukan di sekolah tersebut dapat menaikan harga jual produknya hingga Rp5.000 per produk.

Dalam pemanfaatan nanas itu, para siswa diajarkan membuat berbagai olahan seperti jus nanas, keripik, sirup, selai, cuko, dan beberapa manisan nanas. Bahkan pihaknya juga memanfaatkan limbah nanas untuk menjadi produk olahan bernilai ekonomis.

"Limbahnya jadi tidak terbuang, bisa diolah lagi. Dari kulitnya, kami memanfaatkan cita rasa manis dari buah nanas sebagai penambah rasa cuko," jelas dia.

2. Setiap daerah memiliki ciri khas pangan lokal masing-masing

Pemanfaatan nanas sebagai panganan lokal di SMKN 1 Belida Darat (Dok: SMKN 1 Belida Darat)

Sementara itu, Kadisdik Sumsel Awalluddin mengatakan, SMKN 1 Belida Darat menjadi contoh bahwa kurikulum mulok pangan lokal menjadi tantangan dalam menghadapi perubahan iklim. Kurikulum ini dirancang untuk menggali potensi pangan lokal di Sumsel.

"Kami ingin generasi muda memahami, menghargai dan memanfaatkan sumber daya lokal sebagai solusi ketahanan pangan," ungkap Awalluddin,

3. Kurikulum ini diharapkan jadi tujuan pengembangan potensi pangan lokal

Pemanfaatan nanas sebagai panganan lokal di SMKN 1 Belida Darat (Dok: SMKN 1 Belida Darat)

Menurutnya, setiap daerah bisa memanfaatkan panganan lokal tergantung kekayaan daerah masing-masing. Seperti di Pagar Alam, masyarakat bisa mengembangkan kopi sebagai kurikulum mulok.

"Ini punya tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang, untuk mengantisipasi keterbatasan pangan utama dan mengembangkan potensi pangan lokal lainnya. Kurikulum ini akan mewarnai pemikiran anak anak kita dalam proses belajar mengajar," jelas dia.

Editorial Team