Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pengamat: Pembungkaman Lagu Sukatani Tingkatkan Kritik ke Polisi

Band Sukatani dalam salah satu penampilannya yang justru sebagai musik konstruktif dan edukatif. (IDN Times/Foto : Humas UIN Saizu)
Intinya sih...
  • Kritikan sosial lewat kesenian menjadi keresahan masyarakat terhadap kinerja polisi dan pemerintah.
  • Pembungkaman di era media sosial sulit dilakukan, sensor yang dilakukan Polda Jawa Tengah justru memicu perlawanan.

Palembang, IDN Times - Suara kritikan atas pembungkaman terhadap Band Sukatani asal Purbalingga menjadi bahan bakar gerakan sosial. Aksi penarikan lagu "Bayar, Bayar, Bayar" dari sejumlah platform digital menjadi simbol perlawanan masyarakat dalam protes Indonesia Gelap pekan lalu di sejumlah wilayah di Indonesia.

Lagu tersebut menyebar lebih cepat setelah para personel band dintimidasi hingga menjadi tagar yang menyatukan gerakan sipil. Alih-alih pembungkaman, represi dinilai menjadi penyatu gerakan sipil dalam merespon kondisi sosial yang ada.

"Mungkin bisa kita lihat sebagai reaksi dari pada kondisi sosial atau kritik sosial terhadap persoalan di negeri ini, utamanya kinerja polisi. Sebenarnya ini juga harus dipandang jadi masukan untuk pemerintah dan kepolisian untuk memperbaikan kinerja polisi sendiri," ungkap Pengamat Sosial UIN Raden Fatah Palembang, Profesor Abdullah Idi kepada IDN Times, Selasa (25/2/2025).

1. Sudah banyak musisi yang terlibat dalam kritik sosial

Band Sukatani yang vokalisnya bernama Citra Novi Indriyati ditawari berkarir di Purbalingga oleh Bupati Fahmi Muhammad Hanif, Senin (24/2/22025).(IDN Times/Foto : @sukatani.band)

Abdullah Idi menilai, kritikan sosial merupakan suatu keresahan yang dirasakan masyarakat dan disampaikan lewat medium kesenian. Dari musik ini banyak penyanyi yang sudah lebih dulu memberikan kritikan terhadap pemerintah atau aparat penegak hukum seperti Iwan Fals, Roma Irama dan sebagainya.

"Namun dalam kritik itu juga perlu disampaikan dengan memperhatikan etika, dan disampaikan secara substantif. Saya kira kepolisian akan memaklumi bila kritikan itu bukan diarahkan ke pribadi tetapi pada institusi," jelas dia.

2. Pembungkaman sulit terjadi di era media sosial

ilustrasi kritik (pexels.com/yan)

Dirinya menjelaskan, upaya pembungkaman atau sensor yang dijalankan oleh Polda Jawa Tengah pekan lalu justru membuat orang-orang yang semakin sadar untuk melakukan koreksi atas tindakan tersebut. Padahal, sensor seperti itu dapat menjadi bumerang lantaran dilakukan di era terbuka seperti saat ini.

"Pada intinya (pembungkaman) seperti ini tidak bisa dilarang, agak sulit melarangnya di tengah era media sosial seperti sekarang. Paling benar menumbuhkan kesadaran dari kedua belah pihak. Dari polisi sendiri dan masyarakat dalam hal ini seniman bahwa persoalan etika itu sangat penting," jelas dia.

3. Polisi dinilai jangan berlebihan tanggapi kritik

Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto di ruang sidang Propam. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Idi menjelaskan, masyarakat tentu kini menyoroti setiap kinerja polisi yang kian hari semakin banyak oknum yang membuat kesalahan. Meski tidak seluruh polisi berbuat salah, citra institusi jugalah yang tercoreng sehingga upaya pembungkaman yang dilakukan turut mempengaruhi citra polisi keseluruhan.

"Tentu karena ulah oknum tertentu bisa mempengaruhi nama baik polisi namun tidak secara keseluruhan. Akibat pengaruh polisi ini jadi tersebar di media sosial dan menjadi simbol perlawanan," jelas dia.

Padahal selama ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah secara terbuka meminta masyarakat dapat memberikan kritik. Perlawanan yang ditunjukan masyarakat lewat kritik tersebut harus diterima secara arif dan bijaksana sebagai masukan untuk membangun.

"Sebenarnya kritikan itu harus menjadi masukan tetapi memang bagi yang mengkritik termasuk untuk seniman juga harus memperhatikan etika mengkritik barang kali. Adapun kalau perlawanannya berubah menjadi anarkis itu ranah polisi untuk menindaklanjuti. Saya kira subtansinya kritik itu juga ada pada persoalan etika kedua belah pihak," jelas dia.

4. Polisi diminta tidak tanggapi kritikan dengan pembungkaman

Gitaris Sukatani Electroguy (kanan) dan vokalis Poision Girl (kiri) saat tampil pada konser Crowd Noise di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (23/2/2025) malam. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/nz

Sebagai profesi yang berhubungan langsung dengan masyarakat, polisi diharapkan tidak anti terhadap kritik. Terlebih apapun profesinya, tidak akan terlepas dari pujian dan kritik.

"Mereka dituntut untuk tidak bereaksi dengan kekerasan, pembungkaman atau intimidasi. mereka dituntut secara profesional berdasarkan regulasi. Mereka hanya perlu meningkatkan profesional polisi dan menumbuhkan kesadaran bermasyarakat dalam berbagai hal karena polisi juga bagian dari anggota masyarakat itu sendiri," jelas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
Rangga Erfizal
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us