Peluang Masih Banyak, Pemanfaatan Energi Surya di Sumsel Baru 2 Persen

- Potensi dari total potensi energi surya di Sumsel mencapai 441.150 MWp
- IESR menekankan pentingnya untuk memiliki rantai pasok yang kuat dan efisien
- Pemanfaatan PLTS di Indonesia berkembang dengan pola berbeda pada setiap skala
Palembang, IDN Times - Pemerintah Indonesia mulai menempatkan energi surya sebagai strategi penting untuk penurunan emisi dan pemenuhan kebutuhan energi di tingkatan nasional, daerah maupun industri. Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034, menargetkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sekitar 17,1 GW.
Sementara untuk Provinsi Sumsel mencatatkan bauran energi terbarukan sebesar 24,18 persen pada tahun 2023, melampaui target sebesar 21,06 persen pada tahun 2025 yang dicanangkan dalam RUED. Pencapaian tersebut disumbang oleh pengembangan bioenergi, panas bumi, hidro, dan surya di Sumsel.
1. Pemanfaatan energi surya baru mencapai 8,86 MWp hingga Juni 2025

Koordinator Subnasional Program Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR), Rizqi Prasetyo mengatakan, meskipun target bauran energi terbarukan hingga 2025 telah tercapai, peluang pemanfaatan energi terbarukan masih terbuka lebar, khususnya untuk energi surya.
"Berdasarkan analisis IESR, potensi dari total potensi energi surya di Sumsel mencapai 441.150 MWp. Pemanfaatan energi surya baru mencapai 8,86 MWp hingga Juni 2025, atau 2 persen dari total potensi yang ada," ujarnya, Rabu (3/9/2025)
2. Presiden akan meluncurkan program 100 GW PLTS

Menurutnya, untuk memastikan keberhasilan proyek PLTS, IESR menekankan pentingnya memiliki rantai pasok yang kuat dan efisien. Dukungan dari sektor manufaktur domestik yang mampu memproduksi panel surya dengan kualitas terbaik akan sangat berpengaruh pada kelancaran proyek-proyek energi terbarukan ini, baik di pasar domestik maupun internasional.
"Presiden Prabowo Subianto juga meluncurkan program 100 GW PLTS yang dikembangkan secara tersebar di desa-desa. Kami memandang rencana dan inisiatif pemanfaatan energi surya ini perlu didukung dan dipastikan berjalan dengan adil dengan mengatasi berbagai tantangan regulasi, finansial, tata kelola yang berkelanjutan, dan pengembangan rantai pasoknya," ungkap Rizqi.
3. IESR akan gelar Indonesia Solar Summit 2025

Maka itu, untuk memperkuat komitmen, kolaborasi lintas sektor, dan pembelajaran strategis mempercepat integrasi energi surya sebagai pilar utama transisi energi yang berkelanjutan dan kompetitif, IESR bekerja sama dengan dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Kementerian ESDM akan menyelenggarakan Indonesia Solar Summit (ISS) 2025.
Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR menyampaikan, forum ini merupakan cerminan semangat gotong royong dalam memastikan pemanfaatan energi hijau yang masif dan inklusif.
"Pemanfaatan PLTS di Indonesia berkembang dengan pola berbeda pada setiap skala, mulai dari elektrifikasi desa, kebutuhan industri, hingga pembangkit skala utilitas. Meski demikian, tantangan yang dihadapi relatif serupa yakni regulasi yang kerap berubah, keterbatasan skema pembiayaan, serta rantai pasok domestik yang masih lemah," bebernya.
4. Energi surya kunci transisi energi bersih

Menurut IESR, percepatan pemanfaatan PLTS hanya bisa terwujud jika didukung oleh kebijakan yang konsisten, akses pembiayaan yang adil dan inklusif, serta partisipasi aktif masyarakat.
"Energi surya adalah kunci transisi energi bersih. Dengan potensi lebih dari 7 TW, Indonesia punya peluang besar untuk melompat ke masa depan yang lebih hijau. Momentum ini jangan hanya dimanfaatkan industri besar; PLTS harus hadir juga di sekolah, pesantren, UMKM, hingga rumah tangga," ucap Marlistya.