TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BMKG Dirikan Tower Pemantau Gas Rumah Kaca Dunia di Sumbar

29 unit tower yang sama tersebar di seluruh dunia

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. IDN Times/Andri NH

Padang, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) resmi mempunyai tower Gas Rumah Kaca (GRK). Tower itu baru saja diresmikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Stasiun Pemantau Atmosfer Global atau Global Atmosphere Watch (GAW) di Bukit Kototabang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar), Senin (20/3/2023).

Tower GRK yang dilengkapi dengan sensor meteorologi ini menurut Dwikorita Karnawati, akan berfungsi memantau tiga titik ketinggian, yakni pada ketinggian 30 meter, 70 meter, dan 100 meter.

"Tower GRK ini akan memberi gambaran tentang gas rumah kaca pada ketinggian yang berbeda. Ini merupakan wujud kontribusi Indonesia dalam program Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS)," kata Dwikorita Karnawati, Senin (20/3/2023.

 

Baca Juga: 38 Sekolah di Musi Rawas Terendam, Siswa Libur Sementara Waktu

Baca Juga: 5.000 Rumah di Sumsel Terendam Banjir Dalam Sepekan Terakhir

1. GAW Koto Tabang bagian dari 30 stasiun jaringan di dunia

Tower Gas Rumah Kaca di Stasiun GAW Koto Tabang. IDN Times/Andri NH

Menurut Dwikorita, GAW Koto Tabang yang terletak di Kabupaten Agam ini merupakan satu dari 30 unit stasiun jaringan GAW global oleh Badan Meteorologi Dunia. Bahkan operasional dan hasil analisis yang dilekuarkan dari GAW Koto Tabang dipantau dan diawasi langsung dari seluruh dunia.

"GAW Koto Tabang ini merupakan satu dari 30 unit stasiun jaringan yang ada di dunia. Data dan analisis tidak boleh salah," ujar Dwikorita.

2. Representasi pemantauan wilayah ekuatorial tropis

ilustrasi gas rumah kaca yang berasal dari rumah tangga (unsplash.com/elmuff)

Dwikorita bilang, seluruh data GRK hasil pemantauan dari GAW Bukit Koto Tabang member kontribusi yang sangat penting, bahkan menjadi representasi pemantauan dari wilayah ekuatorial tropis. GRK akan mendorong mitigasi perubahan iklim.

"Peningkatan kapasitas pemantauan akan digunakan lebih lanjut dalam mengembangkan pemodelan untuk emisi GRK, sebagai informasi komplementer inventarisasi GRK nasional," kata Dwikorita.

Baca Juga: Walhi Sumsel Sebut Banjir Besar di Lahat Dipicu Kerusakan Hulu Sungai

Berita Terkini Lainnya