Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sumbar Inflasi 1,03 Persen pada Maret 2025, Dampak Tarif Listrik 

Grafik Inflasi Sumbar Maret 2025 (Foto: BPS Sumbar)
Intinya sih...
  • Inflasi Sumbar Maret 2025 mencapai 1,03 persen secara month to month.
  • Tarif listrik normal kembali, menyebabkan inflasi kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 7,18 persen.
  • Kota Padang mengalami inflasi terbesar dengan angka 1,06 persen secara month to month.

Padang, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Sumatra Barat mengalami inflasi pada Maret 2025 secara month to month, year on year ataupun year to date.

"Secara month to month tercatat inflasi Sumbar pada Maret 2025 sebesar 1,03 persen dibanding bulan Februari lalu," kata Kepala BPS Sumatra Barat, Sugeng Ariadi, Selasa (8/4/2025).

Sementara, secara year on year tercatat inflasi Sumatra Barat sebesar 0,30 persen dan secara year to date terjadi inflasi sebesar 0,9 persen.

1. Inflasi didorong tarif listrik

Inflasi Sumbar (Foto: BPS Sumbar)

Menurut Sugeng, inflasi yang terjadi pada Maret 2025 terjadi karena tarif listrik yang kembali normal setelah adanya pemotongan pada Januari dan Februari 2025 lalu.

"Tercatat, untuk andil inflasi dari kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga pada Maret 2025 ini sebesar 7,18 persen," katanya.

Menurutnya, inflasi yang terjadi pada kelompok tersebut memberikan andil sebesar 1,18 persen dari total inflasi di Sumatra Barat.

"Inflasi yang terjadi ini karena tarif listrik yang kembali normal setelah PLN memberikan diskon listrik pada awal tahun lalu," katanya.

Selain itu, inflasi juga terjadi pada kelompok pakaian dan alas kaki yang tercatat sebesar 0,19 persen dan memberikan andil sebesar 0,01 persen terhadap inflasi.

"Untuk kelompok peralatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,97 persen dan memberikan andil sebesar 0,05 persen terhadap inflasi," katanya.

2. Deflasi pada kelompok makanan

Kepala BPS Sumbar, Sugeng Arianto (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Meskipun terjadi inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, kelompok makanan, minuman dan tembakau malah masih mengalami deflasi.

"Tercatat, untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau terjadi deflasi sebesar 0,57 persen dengan andil terhadap inflasi minus 0,20 persen," kata Sugeng.

Selain itu, kelompok transportasi menurut Sugeng juga mengalami deflasi sebesar 0,23 persen dan memberikan andil minus 0,02 persen terhadap inflasi.

3. Inflasi terbesar di Kota Padang

Inflasi Sumbar (Foto: BPS Sumbar)

Sugeng mengungkapkan, inflasi terbesar di Sumatra Barat terjadi di Kota Padang sebesar 1,06 persen secara month to month, 0,58 persen secara year to date dan 0,4 persen secara year on year.

"Selanjutnya ada Kabupaten Dharmasraya yang mengalami inflasi sebesar 0,99 persen secara month to month, 0,84 persen secara year to date dan 0,39 persen secara year on year," katanya.

Selain itu, Kota Bukittinggi juga mengalami inflasi sebesar 0,98 persen secara month to month, 0,57 persen secara year to date dan 0,50 persen secara year on year.

"Kabupaten Pasaman Barat juga mengalami inflasi sebesar 0,98 persen secara month to month, 2,12 persen secara year to date dan 0,21 persen secara year on year," katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us