Ekspor Karet Sumsel Merosot, Dampak Produksi Turun Tanaman Menua

Palembang, IDN Times - Tanaman karet Sumatra Selatan (Sumsel) makin hari kian menua dan memengaruhi hasil produksi hingga mengurangi potensi ekspor. Bahkan pada 2024 ekspor karet Sumsel hanya di angka 740.624 ton.
Padahal 2023 lalu, ekspor karet Sumsel masih menembus 778.633 ton. Penurunan ekspor ini, tak hanya diakibatkan pohon dan tanaman yang menua. Penyakit tanaman karet pun juga berdampak pada ekspor karet sebagai komoditas unggulan.
1. Usia tanaman karet di Sumsel rata-rata 10-15 tahun

Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K Eddy mengatakan, jumlah ekspor komoditas berkaitan erat dengan hasil produksi karet dari para petani di daerah.
"Rata-rata tanaman karet di Sumsel ini berusia 10-15 tahun, sehingga produktivitas yang dihasilkan menjadi lebih rendah," kata dia, Minggu (16/2/2025).
2. Petani dan pengusaha karet berharap harga masih tinggi

Alex menambahkan, saat ini harga karet kerap mengalami perubahan yang tidak tentu atau fluktuatif. Kondisi ini pun membuat pengusaha dan petani karet sedikit merugi sepanjang tahun lalu. Harga karet di pasar internasional, lanjutnya, dipatok sekitar 1,9 dolar AS per kilogram atau sudah lebih tinggi dibanding sebelumnya yang hanya 1,3 dolar AS per kilogram.
"Harapannya tentu ini (harga tinggi) dapat terus bertahan, supaya para petani lebih bersemangat merawat kebunnya," kata dia.
3. Ekspor karet Sumsel tahun 2025 diperkirakan capai 800 ribu ton

Ia menyampaikan lebih lanjut, meski penjualan ke pasar internasional sedikit menurun pada 2024, ekspor karet di Sumsel pada tahun ini diperkirakan masih menyentuh angka 800 ribu ton atau lebih.
"Atau setidaknya sama dengan jumlah ekspor 2024, mengingat sampai saat ini belum ada lahan baru maupun kegiatan replanting," jelas dia.