Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekonom Sumsel Ungkap Sebab Deposito Melesu dan Emas Naik Diburu

ilustrasi emas logam mulia (LM) PT Aneka Tambang Tbk atau Antam. (pexels.com/Robert Lens)
ilustrasi emas logam mulia (LM) PT Aneka Tambang Tbk atau Antam. (pexels.com/Robert Lens)
Intinya sih...
  • Ekonomi Sumsel melambat karena deposito melesu dan harga emas naik
  • Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) melandai, menghambat perbankan dalam memberi pinjaman
  • Pemerintah menyalurkan dana Rp200 triliun ke perbankan Himbara untuk meningkatkan ketersediaan dana
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Bank Indonesia Sumatra Selatan (BI Sumsel) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun 2025 melambat. Selain karena situasi keuangan sektor deposito melesu, animo harga emas yang naik dan tetap diburu pun jadi faktor utama ekonomi melamban.

Berdasarkan perkiraan Kepala BI Sumsel Bambang Pramono, dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua di angka 7,15 persen, ke depan pada kuartal ketiga tahun ini pertumbuhan ekonomi sebesar 6,91 persen.

1. Keinginan masyarakat menabung turun lebih dari 12 persen

ilustrasi ekonomi (freepik.com/freepik)
ilustrasi ekonomi (freepik.com/freepik)

Menurut pakar ekonomi Sumsel, Sukanto, melihat prediksi yang disampaikan BI, tentu ada sebab yang memengaruhi. Dia menyampaikan, perlambatan ekonomi di akhir 2025 dipengaruhi karena pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga melandai.

Pertumbuhan DPK atau uang yang disimpan masyarakat di bank dalam bentuk tabungan dan deposito yang terhambat itu dikhawatirkan bisa berdampak negatif pada pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), karena perbankan justru jadi lebih hati-hati dalam memberi pinjaman.

"Salah satu penyebabnya adalah menurunnya keinginan masyarakat untuk menabung. Terlihat dari data yang turun ke level 12,5 persen dari penghasilan mereka," jelas dia, Rabu (1/10/2025).

2. Tren peningkatan emas naik sepanjang 2025

Butik Emas Antam Setiabudi One, Jakarta Selatan. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Butik Emas Antam Setiabudi One, Jakarta Selatan. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Kata Sukanto yang juga akademisi dari Universitas Sriwijaya (Unsri) itu, situasi DPK yang melamban penting diperhatikan. Sebab DPK adalah sumber utama bank untuk memberikan kredit.

"Jika uang simpanan masyarakat berkurang, maka bank akan kekurangan dana untuk dipinjamkan ke sektor produktif seperti UMKM," katanya.

Dia mengamati, salah satu alasan lain dari turunnya DPK adalah kebiasaan masyarakat yang berubah. Yakni adanya pergeseran kebiasaan menabung di tengah masyarakat.

"Sebagian masyarakat memilih menyimpan uang dalam bentuk emas, dibanding tabungan di bank. Ini terlihat dari tren peningkatan pembelian emas sepanjang tahun ini," kata Sukanto.

3. Tahun depan ada peluang ekonomi membaik

Ilustrasi ekonomi global (Pixabay)
Ilustrasi ekonomi global (Pixabay)

Walau ada kekhawatiran karena DPK dan perputaran deposito perbankan bergerak lamban dan beralih terhadap cara investasi dengan menabung emas, Sukanto memperkirakan, ke depan ada peluang perbaikan ekonomi Indonesia, karena kata dia, pemerintah sudah menyalurkan dana Rp200 triliun ke perbankan Himbara dari deposito Bank Indonesia.

"Pencairan ini bisa meningkatkan ketersediaan dana dan membuat pinjaman jadi lebih murah. Tapi bank tetap harus selektif dalam memberikan kredit," jelas dia.

Sementara menyoal tren pembelian emas meningkat sepanjang tahun ini, Sukanto menilai, sebagian masyarakat mungkin menganggap emas sebagai alternatif investasi atau tabungan yang lebih aman alias safe haven dan kian menguntungkan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us

Latest News Sumatera Selatan

See More

Waspada Hujan! 8 Wilayah di Sumsel Berpotensi Cuaca Ekstrem Hari Ini

02 Okt 2025, 08:06 WIBNews