10 Daerah di Sumsel Ini Rawan Karhutla 2021

Gubernur Sumsel akui karhutla sebagai "penyakit tahunan"

Ogan Ilir, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Pemprov Sumsel) bersama seluruh jajaran kepala daerah dari 17 kabupaten dan kota, menggelar apel siap siaga penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) tahun 2021.

Pada tahun ini, Pemprov Sumsel kembali menetapkan 10 daerah rawan karhutla yang sama seperti tahun sebelumnya. Daerah tersebut adalah Ogan Ilir (OI), Musi Banyuasin (Muba), Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Musi Rawas (Mura), Musi Rawas Utara (Muratara), Ogan Komering Ulu (OKU), dan OKU Timur.

"Dari prediksi BMKG, kemarau tahun ini akan sama seperti tahun 2019 lalu. Artinya kita akan waspada karena kadar air di lahan gambut akan menipis," ungkap Gubernur Sumsel, Herman Deru, Selasa (9/3/2021).

1. Gubernur akui karhutla sebagai "penyakit tahunan"

10 Daerah di Sumsel Ini Rawan Karhutla 2021Gubernur Sumsel lakukan apel kesiapsiagaan karhutla 2021 (IDN Times/Humas Pemprov Sumsel)

Deru menilai, upaya pencegahan kekeringan di lahan gambut harus dilakukan karena Sumsel memiliki lahan gambut cukup luas. Lahan gambut itu terkenal dalam, sehingga saat terjadi kebakaran akan sulit dipadamkan oleh tim satgas.

Kondisi air saat kemarau yang menipis menyulitkan proses pemadaman di gambut dalam. Terkadang, api hanya padam di permukaan namun tetap menyala di bagian bawah.

"Semua siaga dari penyakit menahun yang setiap tahun selalu saja terjadi. Gambut tidak boleh kering, dibutuhkan stok air agar permukaan terjaga minimal lebih dari 30 sentimeter agar tetap lembab," jelas dia.

Baca Juga: BMKG Sumsel Peringatkan Potensi Karhutla Seperti 2019 

2. Embung air disiapkan untuk jaga gambut tetap basah

10 Daerah di Sumsel Ini Rawan Karhutla 2021Water Bombing di wilayah OI (IDN Times/Istimewa)

Beberapa embung tempat penyimpanan air diresmikan Pemprov Sumsel. Terbaru Deru baru saja meresmikan embung air yang terletak di Kebun Raya Sriwijaya, diharapkan dapat membantu proses pencegahan karhutla dan kekeringan saat kemarau.

Dalam proses penanganan karhutla, air tidak hanya disiram dari atas melainkan, dimasukan ke bawah permukaan gambut. Ketersediaan air juga akan berdampak pada cepat tidaknya penanganan karhutla di bumi Sriwijaya.

"Dalam situasi darurat helikopter water bombing bisa memanfaatkannya. Kita akan mengelola alam ini. Kita cegah kebakaran untuk mencegah karhutla," jelas dia.

3. Pencegahan karhutla libatkan masyarakat dan perusahaan

10 Daerah di Sumsel Ini Rawan Karhutla 2021Ilustrasi pemadaman karhutla (IDN Times/Humas Pemprov Sumsel)

Deru menambahkan, penanganan karhutla tahun 2020 di Sumsel berjalan cukup baik. Satgas berhasil mencegah lahan yang terbakar tidak menjalar lebih luas. Menurutnya, keberhasilan itu tidak semata-mata karena penanganan saat musim karhutla, melainkan edukasi dan sosialisasi yang dilakukan ke masyarakat dan perusahaan.

"Karhutla 2020 lalu menurun berkat sosialisasi dan edukasi kepada pemilik lahan yang berangsur menyadarinya tentang dampak buruk karhutla. Lalu perusahaan sudah tidak lagi membakar," beber dia.

Baca Juga: Cegah Karhutla Lebih Dini, Sumsel Siaga Darurat Mulai Maret 2021

4. Hari tanpa hujan perparah musim kemarau

10 Daerah di Sumsel Ini Rawan Karhutla 2021Kepala Stasiun Klimatologi Palembang, Hartanto (IDN Times/Rangga Erfizal)

Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumsel, memprediksi musim kemarau di tahun 2021 akan lebih kering dari tahun 2020. Hal ini diprediksi karena memperparah kekeringan dan dapat menyebabkan karhutla.

"Tahun ini agak kering. Sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau. Dasarian kedua Mei sudah mulai kemarau, curah hujan mulai rendah. Potensi karhutla mulai muncul dengan puncak kemarau terjadi di bulan Agustus 2021 mendatang," kata Kepala Stasiun Klimatologi Palembang, Hartanto.

Ia menambahkan, kondisi kemarau akan berjalan dengan hari tanpa hujan selama tiga bulan. BMKG telah melihat sinyal awal kondisi kekeringan karena tidak adanya hujan saat kemarau nanti.

"Hari tanpa hujan di Sumsel tahun ini diprediksi sekitar tiga bulan di puncak kemarau. Dimulai dari Juni, Juli, Agustus, sampai September awal. Prediksi tidak sekering 2019, tapi lebih kering dari 2020," tutup dia.

Baca Juga: Karhutla Sering Terjadi di Lahan Tak Produktif, Sumsel Ajukan Konsesi

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya